Extra Chapter

3.6K 301 57
                                    

"Kakek liat, Dilan lagi gambal buaya dalat sama om Lion!"

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar Dilan yang memangil Jason dengan sebutan kakek.

"Kok panggil kakek sih nak? Panggil papa Jason aja ya sayang. Papa masih belum setua itu untuk di panggil kakek."

Aku mencibir ucapan Jason. Umur udah mau mendekati empat puluh tahun nolak di panggil kakek?
Dasar kakek-kakek lupa umur.

"Nggak mau. Kan Dilan ada papa Saka. Dilan cuma mau punya satu papa aja kakek."

"BUAHAHAHA RASAIN! MANGKANYA JADI ORANG TUH JANGAN LUPA UMUR BY. UDAH MAU EMPAT PULUH TAHUN KOK NGGAK MAU DI PANGGIL KAKEK."

"Kan masih mau yang. Sumpah, geli banget tau di panggil kakek." Rutuk Jason dengan mulut ya monyong seperti Rion jika sedang merajuk.

"Ma Lion mau dedek dong, tapi yang cewek. Lion nggak mau dedek cowok lagi. Kasian nanti Dilan melasa telsaingi." Ucap Rion tiba-tiba dan itu berhasil membuatku tersedak air liur ku sendiri.

"Telsaingi tuh apa om?" Tanya Dilan polos. Rion pun tampak berfikir, lalu kepalanya terangkat dan menatapku dan Jason secara bergantian.

"Telsaingi tuh apa ma? Soalnya Lion pelnah dengal mas Dana sama mas Tama lagi belantem telus ngomong telsaingi gitu."

"Siapa yang berantem?"

Aku, Jason, Rion dan Dilan menatap kearah sumber suara. Ternyata Saka. Ia baru saja datang bersama Safira entah dari mana.

"PAPA!" Teriak Dilan dan langsung berlari menuju ke arah Saka.

"Halo jagoan! Nggak rewel kan?"

Dilan menggeleng cepat. "Enggak dong. Kan Dilan ada om Lion, kakek sama nenek. Jadi Dilan nggak lewel sama sekali." Jawab Dilan.

"Good boy. Ini baru anak pintar nya papa." Ujar Saka sembari mengacak-acak rambut Dilan.

Dilan tertawa kencang, lalu memeluk leher Saka erat.

"Tante sama om udah makan belum? Ini Safira bawain ikan bandeng. Tadi habis dari butik nya bunda, Safira mampir ke restoran ayah."

Dengan senang hati aku pun menerima makanan dari Safira. "Makasih loh sayang, nggak usah repot-repot harusnya."

"Oh iya, kalian berdua ngapain ke butik?" Lanjut ku bertanya pada Saka dan Safira.

"Mama gimana sih. Dua bulan lagi kan abang sama Safira wisuda ma, kita berdua ngukur baju buat kita pakai pas wisudaan nanti."

Aku menepuk jidat pelan. Lupa, bahwa Saka sebentar lagi akan lulus dari kuliahnya.

"Maaf bang, mama lupa kalau abang bentar lagi lulus."

"Gimana mama nih. Belom tua kok udah lupaan," sahut Rion. Aku pun hanya terkekeh pelan.

"Ma, pa abang mau mau bicara. Mumpung ada Safira di sini."

"Mau bicara apa bang?" Tanya Jason.

"Gini, waktu itu abang pernah bilang kan setelah lulus S1 abang mau ngelamar Safira. Sekarang abang berubah pikiran,"

"Kok berubah pikiran?!" Protes Safira.

"Aku belum selesai ngomong bubu. Dengerin dulu," ucap Saka. Dan Safira pun langsung terdiam.

"Aku mau lanjut S2 di Jakarta. Nanti, setelah lulus aku langsung nikahin Safira." Lanjut Saka.

"Mana yang terbaik buat abang deh. Mama sama papa ngikut aja. Ya kan ma?" Balas Jason. Aku menangguk, menyetujui ucapan Jason.

Happy Family! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang