Happy Family! 37

3.5K 321 174
                                    

"Adek, jangan di makan itu buku tugas abang!"

"Alin, kucing mu minta di sate ya? Ini eek'in baju mas Dana!!"

"Mas Tama, please bantu Lea ngerjain pr fisika. Otak Lea tiba-tiba ngelag nggak bisa ngerjain sama sekali."

Aku yang sedari tadi menyimak hanya bisa menghela nafas pelan dan menggeleng-geleng kan kepala. Pusing. Saat ini yang aku rasakan adalah pusing.

Jason dan Galen juga belum sampai-sampai. Mereka beli gorengan nya di Bali apa? Kok ya nggak pulang-pulang dari tadi.

"Galen pulang!"

Nah! Itu dia anak nya. Galen berjalan sembari melompat-lompat dengan kedua tangan nya yang menenteng kantong plastik berisikan gorengan.

"Lama ya ma? Maaf ya. Tadi papa lagi ngobrol sama mas yang jual gorengan, ngomongin masalah burung. Papa mau beli burung yang bisa ngomong,"

"Galen! Kan tadi dah janji nggak ngadu ke mama!" Ujar Jason dari belakang Galen.

Galen menutup mulut nya dengan kedua tangan nya. "Upss, sorry pa. Keceplosan,"

Jason memutar kedua bola mata nya malas. Ia pun langsung duduk di samping ku. Jason menundukkan kepala nya, dan mencium perutku yang sedikit membuncit.

"Adek jangan nyebelin kayak mas Galen ya nak. Kasian mama sama papa nanti kalau kamu ngikut mas Galen sifatnya," ujar Jason yang mengajak berbicara bayi di dalam perut ku.

Iya, lagi dan lagi aku kebobolan. Padahal sudah menggunakan KB tetapi tuhan masih memberikan aku kepercayaan untuk merawat bayi sekali lagi.

Pernah beberapa kali aku meminum obat untuk menggugurkan kandungan ini. Tetapi tak berselang lama Jason tau dan ia pun marah besar terhadapku.

"Mah, Ica mau mam baco yang pedes."

Aku kembali ke alam sadar dan menatap pada Isyana yang kini sedang berjongkok sembari memeluk lutut ku.

"Sana sama papa tungguin abang bakso nya di depan. Mama juga mau ya dek, pentol nya yang banyak." Ucap ku. Isyana mengangguk dan menarik tangan Jason agar mengikuti nya.

"Ma, abang kan bentar lagi tinggal di Malang tuh. Emang gapapa mama abang tinggalin?"

Aku yang semula menatap punggung Jason dan Isyana, kini beralih menatap Saka yang sudah duduk manis di samping kiri ku.

"Gapapa bang. Kan ada papa sama adik-adik mu yang bakal jagain mama. Kamu nggak usah khawatir ya, kamu fokus aja sama sekolah."

"Lagian, Malang kan nggak jauh. Kamu bisa pulang pas hari libur." Lanjutku sembari mengusap pelan kepala Saka.

Saka memeluk leherku cukup erat sampai aku sedikit kesulitan untuk bernafas. Ku pukul-pukul pelan tangan nya agar merenggangkan pelukan nya.

"Kalau peluk kira-kira dong bang! Susah nafas ini mama gara-gara kamu." Dumel ku dan di balas kekehan pelan oleh Saka.

"Mama tau nggak, abang sayang banget sama mama. Abang bersyukur tau bisa diketemuin sama mama."

Aku tersentuh. Aku pun sangat bersyukur bisa bertemu dengan Saka. Karena Saka lah aku bisa merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku dapatkan selama ini.

"Mama juga sayang sama abang, sama adik-adik, sama papa juga. Kalian semua lah sumber kebahagiaan mama. Terima kasih telah hadir di hidup mama," balas ku. Aku dan Saka saling tatap cukup lama. Tak lama kemudian, suara tawa kami menggelegar ke seluruh ruang tengah. Sampai-sampai Tama dan Lea berjingkat kaget.

"Mama ketawa kayak kunti, kenceng banget. Lea kaget tau!" Omel Alea. Aku dan Saka kembali tertawa setelah mendengar omelan Alea.

"Yuhuuu mama, Ica bawa baco nya nih. Punya mama pentol nya sepuluh kan?"

Happy Family! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang