Jason
Sudah berjalan dua tahun aku hidup menduda. Dan aku masih sangat berharap bisa rujuk kembali dengan Vanya. Tapi hal itu sepertinya mustahil, karena Vanya sudah menemukan pengganti diriku.
"Pak boss ini sepedah nya mau taruh di mana?"
Aku yang sejak tadi melamun kini tersadar dari lamunan dan menoleh pada Ramon yang membawa sepedah kecil.
"Taruh di situ aja gapapa. Makasih ya Ramon,"
"Yoi pak, sama-sama." Balas Ramon dan kembali menutup pintu ruangan ku.
Aku beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke arah sepedah yang baru saja Ramon beli. Aku tersenyum menatap sepedah berwarna hijau itu. Warna kesukaan Isyana.
Ya, hari ini aku berencana untuk pulang sebentaruntuk memberikan hadiah ini pada Isyana. Tetapi, seketika senyumku memudar jika mengingat Isyana yang takut melihat ku dan berlari lalu memeluk Bagas erat. Hatiku serasa tercubit jika mengingat itu.
Ingin menangis rasanya jika anak sendiri engan di peluk ataupun di cium oleh ku. Tapi apa boleh buat, ini karma dari tuhan karena telah menyakiti wanita sebaik Vanya.
Aku menegakkan kembali tubuh ku dan tersenyum tipis. "Ayo Jason semangat! Pasti lo bisa mendapatkan maaf dari anak-anak dan juga Vanya." Gumamku lirih dan berlalu keluar dari ruangan kerja tak lupa juga membawa sepedah kecil untuk Isyana.
Pak Yahya membukakan pintu gerbang untukku. Dan aku pun langsung saja memasukkan mobil dan memarkirkan mobil ku tepat di depan pintu garasi. Aku keluar dari dalam mobil, lalu sedikit berlari menuju baasi untuk mengambil sepedah.
"Mau saya bantu pak?"
Aku menoleh ke arah pak Yahya lalu menggelengkan kepala. "Nggak usah pak. Terimakasih," ucapku dan berlalu masuk ke dalam rumah.
Saat pertama kali aku membuka pintu, terdengar suara lagu Baby Shark yang cukup keras dari arah ruang tengah. Dengan rasa percaya diri, aku melangkahkan kedua kaki ku masuk ke dalam. Sesampainya di ruang tengah, senyum ku memudar.
Pemandangan yang sangat-sangat aku tidak inginkan. Sangat-sangat jelas di depan sana Vanya dan juga anak-anak yang sedang tertawa dan bercanda bersama dengan Bagas. Sekuat tenaga aku menahan agar tidak meluapkan emosi di sini. Aku kembali mengembangkan senyum dan melangkahkan kaki ku ke arah mereka.
"Halo. Kayak nya lagi pada seru nih,"
Semua nya terdiam lalu menatap ke arahku. Aku tersenyum lalu melambaikan tangan pada mereka. Galen yang melihatku, langsung saja ia melompat dari duduk nya dan sedikit berlari ke arahku.
"Papa lama banget nggak kesini. Galen kangen tau!"
Aku terkekeh pelan lalu membalas pelukan Galen. "Maaf ya nak, papa lagi sibuk. Akhir-akhir ini restoran sama caffe lagi rame."
"Iya, sampai lupa sama anak-anaknya." Cetus Alin yang tiba-tiba saja berada di sampingku.
Aku kembali terkekeh karena ucapan Alin. "Kalau papa lupa sama kalian, mana mungkin papa ada di sini. Ya kan Len?"
"Iya. Kak Alin nih emang suka nya asal ngomong aja," balas Galen. Alin tidak menjawab ia malah sibuk membuka kancing kemeja yang berada di pergelangan tangan ku.
Aku yang menyadari perbuatan Alin itu langsung saja menarik tangan ku dari bahu Alin dan menyembunyikan nya di balik badan ku. Tetapi itu hanya sia-sia, Alin menarik kembali tangan kanan ku dan mengangkat kemeja ku tinggi-tinggi.
"Kenapa papa lukai diri papa sendiri?" Tanya Alin dengan nada yang datar.
Alea yang sejak tadi hanya menatap ku sinis, kini berada tepat di hadapan ku lalu menyingkirkan Alin dari tempat nya dan mengusap bekas-bekas sayatan yang ada di area pergelangan tangan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family! [SELESAI]
General Fiction(Follow dulu sebelum membaca. Thank you💕) . . . . Sequel dari 'My Sweet Husband' Di sarankan untuk membaca cerita My Sweet Husband terlebih dahulu yaa. . . . Kalau nggak sibuk cerita ini akan up setiap hari❤ Start: 01 Desember 2020 Finish: 14 Febru...