Memasuki bulan kedelapan. Perutku juga semakin membesar. Kehamilan ku kali ini benar-benar membuat semua orang kerepotan. Terbukti dari usia kandungan kelima, waktu itu aku sempat demam dan tidak selera makan. Berlanjut keusia kandungan keenam, aku membuat keributan di caffe milik Jason.
Saat itu aku tidak sengaja menabrak seorang wanita dan menumpahkan susu coklat ku hingga mengenai baju nya. Wanita itu pun memerahi dan memaki-maki diriku. Aku yang menahan emosi sejak ia memarahi ku, langsung saja aku mendorongnya hingga ia terjatuh. Aku pun balik memaki-maki wanita itu. Wanita yang tidak ku kenali itu tidak terima dengan perbuatan ku. Dan keesokan harinya, ia malah meminta ganti rugi pada Jason. Jika Jason tidak ingin mengganti rugi, wanita sialan itu akan melaporkan perbuatan ku ke kantor polisi. Saat itu aku tidak peduli jika wanita itu akan melapor pada polisi, tetapi Jason malah menarahi ku dan membayar uang sebesar sepuluh juta pada setan itu.
Dan saat memasuki usia kandungan yang ketujuh, aku melakukan makan, minum, tidur, mandi. Begitu terus kegiatan ku. Sampai-sampai berat badan ku naik dengan drastis. Yang semula enam puluh kilo, kini berubah menjadi tujuh puluh kilo.
Dan sekarang, memasuki bulan kedelapan. Aku benar-benar tidak bisa lepas dari Jason. Contohnya tadi pagi. saat Jason hendak pergi ke restoran, aku menangis dan tidak memperbolehkan Jason untuk pergi. Tetapi Jason tetap meninggalkan diriku dengan tangisan yang seperti anak kecil yang tidak di beri permen.
Sebenarnya aku tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Tapi ini bukan kemauan ku tetapi kemauan si calon adek. Terkadang aku juga selalu berdoa agar situasi yang tidak menyenangkan ini cepat hilang.
"Ma, Galen lapal. Mau makan."
Aku kembali tersadar dari lamunanku dan menatap Galen yang sibuk terhadap nitendo switch ditangan nya. "Iya, mama ambilin dulu." Jawabku dan berlalu pergi menuju dapur.
Lima menit berlalu aku kembali keruang tengah, membawa sepiring nasi beserta sayur, lauk dan segelas besar air putih.
"Disuapin atau mau makan sendiri?" Tanyaku. Galen menoleh ke arahku lalu meletakkan nitendo switch diatas sofa tempat duduknya dan berjalan mendekat kearah ku.
"Makan sendili lah! Galen kan dah besal, malu dong sama Damala yang masih kecil."
"Iya, udah besar tapi nggak bisa ngomong 'R'." Ledek ku. Memang benar adanya jika Galen sampai diusian nya yang akan genap berumur enam ini masih belum bisa mengucapkan huruf 'R'.
"Mama nih! Galen bukan nya ndak bisa, tapi belum bisa. Setiap hali Galen selalu belajal membaca buku yang banyak huluf 'l' nya sama mas Tama." Gerutu Galen dengan raut wajah yang kesal.
Aku terkekeh mendengarnya. Tangan kanan ku terulur sampai menyentuh kepala Galen. Lalu ku usap-usapnya secara perlahan.
"Iya, iya mama percaya kok sama kakanda Galen. Sekarang makan dulu, terus bobok siang ya." Ucapku dan diangguki kepala Galen.
Sorenya, tepat pada pukul 16.30 Jason pulang bersama dengan anak-anak. Aku yang sedang duduk di teras rumah sembari melihat Galen yang sedang bersepedah mengejar kucing milik Alin itu langsung saja berdiri dan menghampiri Jason.
"Tumben pulang bareng anak-anak by?" Tanyaku setelah mencium tangan kanan Jason dan dibalas Jasomln kecupan singkat di kening ku.
"Pak Yahya kan nggak bisa jemput sayang," balas Jason. Aku menepuk keningku pelan. Aku lupa bahwa pak Yahya izin pulang kampung karena ibu mertuanya sedang sakit. Tapi untung saja pak Yahya tadi sempat mengantar anak-anak ke sekolah sebelum pulang.
"Yaudah, kamu mandi dulu aku siapin makan buat kamu sama anak-anak." Ucap ku. Dan Jason pun menganggukkan kepala lalu merangkul ku masuk ke dalam rumah.
Diruang makan. Jason, Saka, Tama, Dana dan Galen telah menunggu. Aku beserta Alea dan Alin pun langsung meletakkan makanan yang baru saja selesai di masak. Sore ini, aku memasak ayam goreng, sayur bayam, ikan asin, tempe dan tahu tak lupa juga sambal bajak favorit Jason.
"Ayo makan. Jangan lupa berdoa dulu sebelum makan," kataku sembari mengambilkan nasi beserta sayur, lauk pauk dan sambal.
"Iya mama," jawab anak-anak berbarengan. Aku tersenyum di buatnya. Lalu mengambil makanan untuk diriku sendiri.
"Ma, abang boleh jadi pilot?"
"Nggak!"
"Polisi?"
"Nggak!"
"Tentara?"
"Enggak abang!"
"Terus boleh nya abang kerja apa ma?" Ucap Saka kesal. Aku terdiam, dan menyelesaikan makanan ku terlebih dahulu.
"Terusin aja usaha papa. Mama nggak ikhlas kalau kalian bekerja dari pekerjaan itu. Mama masih belum rela kalau kalian tinggal," ucap ku dan semuanya pun terdiam.
"Maaf, bukan nya mama ngelarang kalian buat kerja pilot, tentara ataupun polisi. Kalian tau sendiri kan, ketiga pekerjaan itu sangat-sangat berat?"
Hening. Suasana ruang makan kembali hening. Aku jadi tidak selera untuk melanjutkan makan.
"Udahlah, Mama udah selesai makan nya. Kalian lanjutin makan nya dan jangan lupa belajar." Ucapku dan pergi meninggalkan ruang makan.
🍃🍃🍃🍃
"Sayang, kamu dimana?"
"Di kamar mandi," Jawab ku dengan berteriak.
Sepuluh menit berlalu, aku keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Jason yang sedang menonton televisi. Aku pun berjalan mendekat kearah tempat tidur dan langsung saja merebahkan tubuhku tepat di samping kanan nya.
Jason yang merasakan kasur bergerak, ia langsung menoleh dan memiringkan tubuhnya agar bisa menatapku.
"Kamu marah?" Tanya Jason sembari mengelus-elus perutku yang buncit.
"Enggak. Cuma kecewa aja,"
Jason terdiam. Dan masih mengusap-usap perutku. Aku pun juga terdiam dengan tatapan yang mengarah pada langit-langit kamar. Ku hembuskan nafaslu pelan, lalu menatap pada Jason yang sejak tadi menatapku.
"Aku tau pasti kamu lagi mikirin cara buat ngerayu aku agar aku bisa kasih kebebasan untuk anak-anak memilih cita-cita nya kan?"
Jason menganggukkan kepalanya. Aku mendesah kesal. "Aku udah kasih kebebasan buat mereka memilih cita-citanya by. Tapi tidak dengan ketiga pekerjaan itu!"
"Iya, iya aku ngerti yang. Udah, nggak usah dibahas lagi. Sekarang kamu tidur ya biar pikiran kamu tenang." Ucap Jason lalu memeluk ku erat. Akupun membalas pelukan Jason tak kalah erat.
Aku menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jason yang selalu membuatku mabuk kepayang. Kedua mataku terpejam dan kembali menghirup aroma tubuh Jason.
"Sayang, besok kita belanja perlengkapan buat si adek yuk."
Kedua mataku kembali terbuka dan menatap Jason. "Ngapain by? Kan masih ada punya Galen. Baju sama barang-barang nya masih pada bagus-bagus loh."
Jason menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku mau nya yang baru buat si adek yang,"
Aku menghela nafas dan hanya menganggukkan kepala. Jika Jason bilang 'Enggak' maka semua harus menurut pada permintaan nya dan tidak boleh menolak.
.
.
.
.Happy reading❤
Maaf kalau ceritanya makin ngebosenin🙃Vote dan komen jangan lupa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family! [SELESAI]
General Fiction(Follow dulu sebelum membaca. Thank you💕) . . . . Sequel dari 'My Sweet Husband' Di sarankan untuk membaca cerita My Sweet Husband terlebih dahulu yaa. . . . Kalau nggak sibuk cerita ini akan up setiap hari❤ Start: 01 Desember 2020 Finish: 14 Febru...