Chapter 46

1.1K 145 113
                                    

Warning!
Chapter ini mengandung konten dewasa. Kalau nggak nyaman bisa diskip.
Selamat membaca!
.
.
.

Hitam adalah warna yang jarang menjadi pilihannya. Namun entah mengapa akhir-akhir ini Bara lebih suka mengenakan warna itu. Rasanya cocok saja dengan keadaan hati dan emosinya terkini.

Seperti pagi ini, warna abu kehitaman yang menyelimuti langit seakan menjadi dukungannya untuk mengenakan hoodie hitam lengkap dengan tudungnya yang terpasang. Menyembunyikan paras manis yang dulu suka mengumbar lesung menawan setiap kali ia tersenyum.

Tangannya mengusap mata yang masih sembab dan bengkak. Menangis hebat setiap malam adalah kebiasaannya. Bara belum bisa menerima kenyataan hingga sekarang. Namun, jarak yang sengaja diciptakannya pasti mampu membuatnya sadar.

Ia menyewa sebuah apartemen di tengah kota. Menghindari siapapun yang tak diharapkannya bisa masuk ke kamar. Setidaknya ada security dan sistem keamanan yang memadai.

Sekali lagi dipastikannya kunci kamar sudah bekerja, lalu Bara menyimpan kartu kamar dan berbalik. Namun langkahnya tertunda ketika sudah menemukan seorang yang tak diduga sudah bersandar di dinding depan kamarnya.

"Ngapain lo?" Tanya Bara dengan alis mengerut bingung. Sedetik kemudian terlintas sesuatu di benak.

"Kalo disuruh Bang Juna buat bujuk gue mending pulang aja. Anggep gue tuli." Ujarnya lalu membenarkan posisi tali ransel di pundak dan melangkah pergi.

Tawa Ansel yang aneh membuatnya berbalik, menatap penuh tanya pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan berbeda. Bukan Ansel yang biasanya manis dan ramah.

"Gue kesini sendiri. Bukan buat temen-temen lo."

Ia berdiri dengan tegap, melangkah pelan ke arah Bara yang entah sejak kapan jantungnya berdetak lebih kencang. Perasaan was-was tiba-giba muncul.

Ansel menjulurkan tangannya ke arah Bara dengan senyum miring, "Gue Ansel. Nama samaran sih. Gue pengawas Saga yang baru setelah Kai."

Bara merasa dunia serasa berhenti. Begitu pula dengan jantungnya. Bahkan pupil matanya tak bisa membelalak saking terlambatnya refleks terkejut yang kini melanda.

Apa katanya? Pengawas Saga yang baru? Artinya...

Langkahnya mundur sedikit namun Ansel langsung menahan lengannya. Senyum tipis dengan raut penuh kelicikan itu masih tertera. Makin membuat Bara panik setengah mati. Ia memang ingin menghindari teman-temannya tapi bukan artinya masuk ke kandang polisi juga.

"Tenang. Gue kesini bukan buat nangkep lo. Justru gue mau kasih penawaran bagus yang mungkin benefit buat dua belah pihak."

Bara memiringkan kepalanya, masih memandang Ansel dengan penuh ketidakpercayaan. Sementara polisi licik itu makin melebarkan senyum palsunya.

"Boleh ngobrol di kamar lo aja? Soalnya ini sifatnya rahasia. Gue juga punya pengawas yang telinganya dimana-mana."





***

"D-dewa..."

Lenguhan demi lenguhan yang sejak dua jam lalu menggelegar di kamar itu. Cahaya merah menyala berpendar dari lampu khusus yang dipasang di kamar langganan Dewa. Menyinari beberapa bagian tubuh dengan erotisnya.

Lengan kekar beratato milik Dewa tak henti membelai penuh gairah rambut legam perempuan di bawahnya. Hingga ia mendengar suara desahan puncak milik lawan mainnya, Dewa berhenti. Mengecup lembut bibir merah merona hasil maha karyanya lalu berbaring dengan nafas sedikit terengah di samping perempuan itu.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang