OOT lagi tapi : Cek header, P'Sing ganteng banget yawla main gitar :(
Maapkeun kalo ada typo, akan diperbaiki jika ada waktu huehe
Happy reading!
---
Dewa menyalakan rokoknya ketika akhirnya dapat menghirup udara luar klub tempatnya bekerja. Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Pelanggan di malam senin pun sudah pasti tak sebanyak di akhir pekan karena semua bersiap untuk kembali bekerja di awal minggu.
Dihembuskannya asap rokok mint-nya dengan hikmad, seakan penatnya melebur habis bersamaan dengan kepulan udara keruh itu. Disandarkannya punggung tegapnya di dinding bengunan belakang klub yang remang dan sunyi.
Telinganya menangkap debuman pintu yang ditutup, seperti ada seseorang yang baru saja keluar juga dari klub. Tak lama, suara ketukan heels pada tanah menggema hingga mendekat ke arahnya. Dewa hanya melirik sekilas seorang wanita dengan sepatu heels merah dan satu set jas serta cullotes merah berdiri di sampingnya. Jangan lewatkan juga riasan tajam dengan lipstik maroon si wanita yang mampu menembus gelapnya malam.
"Lagi sepi? Tumben punya waktu buat smoke break." Kata si wanita itu sambil ikut menyalakan rokoknya di samping Dewa.
Dewa menyemburkan asap putih kembali dari mulutnya, "Lumayan, besok senin, eh udah masuk senin malah sekarang." Balasnya.
"Bawa barang biasa, kan?" Tanya si wanita tanpa basa-basi.
Dewa mengangguk dan merogoh bagian dalam jaketnya. Ia menyerahkan sekotak bungkusan minuman coklat bermerk ke wanita itu. Tangan cantik berkuku merah merona menerima kotak itu dengan cepat dan memasukkannya ke dalam tas putihnya.
"Bayarannya bakal aku kasih ke Juna aja, ya. Sekalian sama bagian kamu kemarin." Ujarnya.
Dewa pun mengangguk sambil menginjak rokoknya yang sudah pendek.
"Malem ini jatah sama Juna?" Tanya Dewa.
Clara, si wanita berambut legam dengan paras menawan itu mengangkat alisnya bersamaan sebagai jawaban. Disematkannya rokoknya yang masih menyala ke bibir merahnya, lalu ia mengelus lembut dada Dewa yang tertutup jaket,
"Tapi, kalo dibandingin, kamu sih masih nomor satu kalo bikin feel-nya dapet. Tarik ulurnya itu loh, aku suka. Kalo Juna mah langsung hajar aja, nafsunya besar." Ujar Clara dengan intonasi menggoda.
Clara adalah kliennya yang memiliki uang segudang. Keluarganya termasuk 5 besar keluarga paling kaya di Indonesia. Sejak pertama wanita itu menghampiri spot barnya, ia sudah tau bahwa Clara datang hanya untuk membeli waktunya. Tentu saja, Dewa cukup terkenal dan merupakan barang mahal di mata perempuan sosialita.
Dan ketika Juna sempat datang untuk mengobrol dengan Dewa, mata wanita itu juga langsung membuat Juna menjadi papan targetnya, bergantian dengan Dewa. Tak jarang wanita itu menggunakan keduanya sekaligus dalam waktu yang sama. Baik Dewa maupun Juna pun tak masalah dengan hal itu selama tarif tak turun harga.
Sebuah Range Rover hitam yang dikenali Dewa melaju hingga ke parkiran belakang tempatnya dan Clara merokok. Mobil itu berhenti tepat di depan mereka dan terbukalah kaca depannya. Senyuman tengil Juna muncul di balik kemudi.
"Ngapain, Wa? Tumben banget bisa keluar buat nyebat?" Katanya serupa dengan yang pertama dilontarkan Clara.
"Tanya Kak Clara aja deh, capek gue bilang dua kali." Balasnya malas.
Clara tertawa kecil lantas mencium singkat pipi mulus Dewa. Wanita itu mengedipkan matanya lalu berjalan masuk ke mobil Juna. Mereka sempat saling menempelkan bibir ketika Clara sudah duduk di kursi penumpang depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil May Care ✔
FanfictionManifestasi empat kepala yang isinya mengalahkan kerumitan otak seorang Albert Einstein seakan siap memporak-porandakan dunia nyata. Emosi yang melonjak, darah yang tak berjarak, hormon yang bersorak membawa mereka hidup dalam lintasan penuh adrenal...