"Bujung buset. Ini mau berantem apa pengajian? Rame bener." Ucap Langit ketika mereka melangkah keluar menuju lapangan parkir belakang klub dan disambut dengan lebih dari sepuluh preman berbadan besar dan kekar beserta muka sangar.
Satu berambut gondrong dan berkumis tebal dengan tato hingga mencapai lehernya mendekat ke arah Dewa yang berdiri paling depan.
"Oh, ini yang kemarin ngabisin lima orang kita sendirian?" Ucapnya sarkas sambil memperhatikan Dewa dari ujung kaki hingga kepala.
Seorang pria lainnya membuka selembar foto lalu membandingkan dengan wajah Dewa. Alisnya mengerut ketika menemukan wajah yang di foto bukanlah wajah yang kini berada di hadapannya.
"Bukan si Raja ini, Bos." Ujarnya.
Si 'bos' lalu menatap Dewa bingung sekaligus bengis.
"Siapa lo?" Tanyanya nyalang.
"Cari Raja, kan? Urusannya pindah ke gue." Jawab Dewa datar.
"Lo kira urusan satu ini bisa asal dipindah tangan macem ngasih permen doang? Tau nggak siapa yang lo hadapin sekarang?"
Dewa tertawa sinis, "Justru gue yang haru nanya, lo tau nggak siapa yang lo hadepin sekarang?" Balasnya yang langsung menyulut emosi si pria kekar itu hingga ke ubun-ubun.
"Ah! Kebanyakan bacot! Kapan berantemnya?!"
BUGH!
Suara Langit diiringi hantaman kakinya pada salah satu pria di dekatnya seakan menjadi intro pertempuran mereka. Anak itu langsung terlibat perkelahian dengan seorang yang tadi ia tendang alat vitalnya.
"Ngocol bangsat, temen lo!" Bara berujar emosi pada Juna lalu mulai menangkis serangan preman lainnya yang mulai menyeruak maju.
"Enak aja, kembaran lo itu!" Jawab Juna.
Bara menendang bagian belakang lipatan kaki pria itu dengan keras hingga ia tersimpuh lalu meninju keras bagian kepalanya. Satu jatuh, satu lagi datang dari belakang. Untung Juna dengan sigak menendang bagian pinggang pria yang mengeluarkan pisau menuju Bara.
Ditendangnya kembali tangan yang masih menggenggam pisau itu hingga sajam tersebut terpental, lalu tanpa ampun, Juna melayangkan killer kick-nya di kepala orang itu. Si pria jatuh tak bergerak.
Bara yang tadinya asik menonton pertarungan Juna, terpental tiba-tiba ketika ada seorang pria kekar lain menghujaminya tinju. Belum sempat berdiri, ia ditindih dan wajahnya menerima bogeman demi bogeman kencang.
Langit yang baru saja memutar leher seorang pria hingga lewat, menangkap Bara yang kesulitan. Ia berniat membantu namun kedua tangannya tiba-tiba ditahan oleh seorang pria lagi. Langit meronta namun apalah daya, si pria itu kekuatannya jauh lebih besar darinya.
Ujung matanya melihat sebuah botol bir, ia pun menendang botol itu ke arah Bara hingga menabrak pinggang pemuda yang masih menjadi samsak tinju pria di atasnya. Bara dengan cepat mengambil botol itu dan memecahkan ujungnya hingga menyisakan bagian-bagian tajam. Dihunuskannya bagian tajam itu ke leher pria di atasnya. Seketika pria itu jatuh.
"Dari tadi kek bergunanya!" Teriak Bara pada Langit. Sementara yang ditarik masih sibuk dengan urusannya sendiri.
"Argh! Apaan sih main tarik-tarikkan doang!" Langit berujar kesal ketika ia hanya diseret entah menuju kemana.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, ia tendang kemaluan pria di belakangnya dengan kakinya yang untungnya cukup lentur. Pria itu melepaskan cengkramannya, dan Langit meloloskan diri. Dengan cepat, ia melepas jaketnya, lalu berlari sekuat tenaga, melemparkan jaket itu hingga menutupi leher sampai wajah si pria kekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil May Care ✔
FanfictionManifestasi empat kepala yang isinya mengalahkan kerumitan otak seorang Albert Einstein seakan siap memporak-porandakan dunia nyata. Emosi yang melonjak, darah yang tak berjarak, hormon yang bersorak membawa mereka hidup dalam lintasan penuh adrenal...