Chapter 50 (Ending)

2K 181 149
                                    

Yes, long time no see. Just want to say sorry I had to end this story very late. But I hope you guys still be here.

Enjoy the last chapter of DMC <3

.

.

.

Saga membuka sebentar kaca mata hitamnya yang tetap tersemat di wajah walau siang itu tak seterang biasanya. Bahkan hujan mengguyur tanpa henti tanah hijau penuh gundukan berisi raga tak bernyawa terbaring disana. 

Pemuda yang kini berdiri di deretan terdepan sebuah liang yang baru saja ditutup itu berubah. Ia sangat menyukai warna hitam sejak dulu. Namun entah mengapa kini ia membenci warna kelam itu. Seakan ia ingin membakar beberapa orang yang berkumpul disana dengan pakaian serba hitam dengan mata yang tersembunyi di balik kaca mata hitam mereka masing-masing.

Tidak. Saga tidak mengenakan pakaian hitam. Ia memilih warna putih untuk mengantar Dewa ke peristirahatan terakhirnya. Prosesi pemakaman yang akhirnya bisa dilakukan seminggu setelah peristiwa besar itu terjadi. Bahkan ia juga tak yakin apakah abu yang ada di peti itu memang benar bakaran tulang rekannya. 

Mata tajamnya melirik ke arah beberapa orang yang sama sekali tak berekspresi. Sedih tidak, senang juga tidak. Tipikal aparat kepolisian. Saga bisa pastikan orang-orang disana adalah orang yang mengenal Dewa di misi-misi sebelumnya. Orang yang berporofesi sama dengannya.

Usai pastur di depan menyelesaikan prosesi dan segala ujubnya, perlahan orang-orang yang tak sampai sepuluh jumlahnya pergi menjauh. Hanya Saga seorang yang masih tinggal sambil menatap kosong batu nisan bertuliskan nama asli Dewa. 

Sky Alterio
Lahir : 1 September 1997
Wafat : 18 Januari 2021

Saga tersenyum di balik wajah datarnya. Kunci untuk mengetahui identitas seorang intelijen adalah mendatangi makam khusus pahlawan tanpa nama itu. Banyak orang tua yang sengaja datang kesini setiap bulan untuk memastikan anak semata wayang mereka belum dikubur dan artinya masih hidup berkeliaran melawan bahaya di luar sana.

Ia juga tak menyangka bahkan nama asli Dewa memiliki arti sama dengan Langit. Pantas saja keduanya terus menempel bak diberi lem kastol. Saga akhirnya memilih untuk membukan anggur putih di tangannya, lalu menuangkan minuman beralkohol kesukaan Dewa itu ke tanah makam. 

"Baik-baik, ya, Wa. Gue bakal ajak Bara kesini kalo semua udah mulai normal." Gumam Saga lalu menilik makan Dewa untuk yang terakhir kalinya dan melangkah pergi.

Makam posisinya berada tepat di belakang gedung kepolisian. Sedikit tersembunyi dan memang tak banyak orang tau ada makan terletak disana. Ia mencuci tangannya di teras belakang sambil melirik sekitar. Alisnya mengerut ketika melihat seorang yang tak asing baru saja keluar dan menyalakan rokok tak jauh darinya. Seorang wanita juga berdiri disana dengan seragam polisi. Menerima berkas dari pemuda yang sudah lama tak ada kabar.

Ketika perempuan berseragam tadi masuk, Saga pun mendekat. Pemuda itu terlihat akan mematikan rokoknya dan pergi namun Saga buru-buru memanggil.

"Raja?"

Pemuda yang berparas tegas dengan wajah blasteran itu menoleh. Matanya sedikit melebar ketika melihat Saga berjalan ke arahnya.

Ia menunjuk Saga lalu berucap agak ragu, "Saga, kan?"

Saga mengangguk. Matanya menelusuri sosok yang dikenalnya sebagai adik Dewa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lantas pandangan agak bingung mengarah pada Raja yang sama sekali tak terlihat takut.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang