Chapter 6

1.3K 146 21
                                    

Dynamitenya BTS gokeeel!

Mohon maklumi kalo ada typo, akan diperbaiki pada waktunya.

Anyway, happy reading :) 



Netra Saga mengitari rumah bernuansa serba hitam putih itu setengah takjub. Setelah dirinya memberi jawaban pada Langit bahwa ia ingin mencoba bekerja dengan anak itu, tiba-tiba saja Langit sudah berada di depan kelasnya, menunggunya untuk pulang bersama langsung ke rumah baru.

Rumah Langit memiliki halaman depan yang cukup luas, muat untuk enam hingga tujuh mobil parkir. Namun tentu saja hanya Range Rover hitam milik Juna yang ia temui di depan. Langi dan Dewa lebih memilih mengendarai besi beroda dua yang tentunya tak kalah keren dengan mobil si tertua, sedangkan Bara, ia sering mendengar anak itu memilih papan luncur yang dijuluki skateboard penuh sticker miliknya.

Langit memimpin Saga masuk ke rumah berlantai dua itu. Dinaikinya tangga putih yang ada di tengah rumah, mengikuti langkah anak tingkat 1 di depannya. Dari dapur, Saga dapat mendengar suara riuh penghuni rumah lain yang sepertinya tengah sibuk menyiapkan makan malam.

"Nah, pas di depan tangga ini kamar Bang Juna. Kata dia biar kalo males bisa langsung guling-guling turun aja, langsung melek. Tapi, ya gue masih nunggu liat dia guling-guling beneran, sih." Jelas Langit sambil menunjuk pintu coklat tepat di depan tangga lantai dua.

Mereka pun berjalan ke arah kiri lalu menunjuk ke arah pintu di sebelah kamar Juna, "Ini kamar gue. Dan yang di ujung sana kamar Bara. Kalo ada apa-apa jangan ngetok Bara dulu ya, masih sensi dia. Emang gitu anaknya susah kalo harus kenal orang baru, tapi nanti bakal leleh sendiri kok." Jelasnya.

Kemudian mereka menaiki sedikit tangga lagi, seakan rumahnya memiliki mezanine di atas lantai dua. Ia membuka sebuah pintu coklat serupa dengan yang dimiliki kamar lain lalu menyalakan lampunya.

"Nah, ini kamar lo, selantai sama Bang Dewa sih, cuma beda 5 anak tangga doang kok sama lantai dua, jadi nggak secapek itu lah naik turunnya."

Saga mangut-mangut sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kamarnya bernuansa hitam dan putih, masih polos, namun lebih nyama dari kosan  sebelumnya, kosan palsunya tentu saja.

"Yaudah, turun dulu deh. Perut gue udah kram, laper mampus." Ujar Langit lalu mendorong Saga untuk keluar dari kamar dan menuruni tangga.

Saga tiba di ruang makan yang sudah terang dan berasap, tentu saja, isi rumah ini adalah perokok dan mereka pun bisa merokok dimana saja termasuk di ruang makan. Dari jauh ia menangkap sosok Juna dengan kaos putih dan celana pendek santainya duduk nyaman di kursi ruang makan sambil mengisap batang rokoknya.

"Wahai manusia-manusia jahanam, penghuni baru udah check in , nih!" Teriak Langit ketika mereka menginjak ruang makan.

Juna mengalihkan pandangan dari ponselnya lalu langsung berdiri dan merangkul Saga ramah. Bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum supel yang cukup membuat Saga tenang, setidaknya ada Langit dan Juna yang masih membuat misinya berjalan tak terlalu berat.

"Wetts, Apa kabar lo, Ga?" Tanya Juna lalu menuntunnya duduk di salah satu kursi ruang makan.

"Baik, untungnya."Ujar Saga menanggapi seadanya. 

"Tunggu bentar ya, si Dewa sama Bara masih belum kelar kayaknya. Kalo udah laper, cemilin yang ada di meja aja santuy." Juna berucap lalu kembali fokus ke ponselnya. Bisa ia lihat pemuda itu tersenyum miring sambil mengetikkan sesuatu di benda kotak nan canggih itu.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang