Chapter 31

1.1K 130 30
                                    

"Oy, Ngit!" 

Seorang pemuda berjaket bomber biru menghampiri Langit yang kini berjalan di koridor gelanggang mahasiswa dengan santai. Siulan Langit pun terhenti. Ia menyempatkan merogoh saku jaketnya, mengambil sebuah bungkusan.

"Oy, Daf, Pakabar lo?" Jawab Langit lalu membalas salaman hangat dijejali produk utamanya di sela-sela tangan.

Dafa langsung dengan lancar mengambil benda itu dan memasukkannya ke jaketnya. Keduanya terlihat seperti sepasang teman yang saling menyapa, padahal transaksi terjadi disana. Dafa melirik sekilas tubuh Langit yang sudah berdiri tegak.

"Kenceng juga lo sembuh. Baru seminggu lalu masih pake kursi roda." Komentar pemuda itu. Belum lagi ia menangkap helm yang ditenteng Langit, tanda anak itu sudah mengendarai motornya untuk sampai kesini.

Langit hanya tersenyum tengil, "Nggak kenceng nggak nikmat, ye kan?" Ujarnya. Dafa hanya tersenyum miring, "Tambah tekanan dikit biar mantep?" 

"Tau aja lo." Langit terbahak setelahnya, "Eh yaudah ya, gue udah ditelfonin mulu nih daritadi." Langit berujar lalu menepuk pundak Dafa dan beranjak menuju ruang klub bisnis.

"Udah gue transfer ya yang tadi." Bisikan Dafa masih terdengar dan acungan jempol diberikan Langit setelahnya. 

Ia terbatuk sedikit ketika disapat bau dan asap rokok yang memenuhi ruangan klubnya itu. Sungguh, memang tanpa akhlak semua anggotanya. Nasib sebuah klub hanya memiliki sedikit anggota perempuan, apalagi anggota minoritas itu juga semuanya mengkonsumsi batang nikotin. Jadilah basecamp klub ini sekaligus asbak.

"Buset, dah. AC hidup juga ini masih pada nyebat. Kanker paru-paru mampus lo pada." Ucap Langit lalu mematikan AC dan membuka jendela ruangan. Ia menyapa beberapa orang yang terlihat hanya duduk-duduk sambil merokok.

"Ngapain lo?" Tanya seorang. 

Langit melirik sekitar, "Ada siapa aja di dalem?" Tanya Langit menunjuk satu ruang yang hanya bisa dimasuki anggota yang memiliki izin.

"Ada Bang Dewa dari jam 10 tidur di dalem, sama Bang Saga baru lima belas menit yang lalu masuk barengan sama anak baru." Ucap pemuda itu.

Langit mengernyit, "Anak baru?" Pemuda di depannya mengangguk, "Cek sendiri aja." Ujarnya. Langit pun melangkah masuk ke ruangan yang letaknya paling dalam itu. Tempat mereka menyimpan data transaksi sejak awal klub ini beroperasi.

Terlihat Dewa yang tertidur pulas di sofa ruangan itu sementara Saga tengah mengerjakan entah apa di laptopnya dibantu oleh Ansel. Langit mengerut, "Anak baru yang dimaksud tuh Bang Ansel?" Tanya Langit yang duduk di ujung sofa tempat Dewa tidur.

Ansel melirik sekilas lalu mengangguk kecil, "Iya kayaknya. Gue kan baru dua kali kesini." Ujar Ansel lalu kembali fokus ke layar laptop Saga. Langit yang penasaran pun ikut menimbrung.

"Ngapain, sih, Bang?" Tanyanya.

"Ini, si Dewa minta di-back up data transaksi yang di arsip." Jawab Saga sibuk mengetik. 

Langit menaikkan sebelah alisnya, "Ngapain? Mau ada apaan emang?" Tanyanya tak mengerti. Saga hanya mengedikkan bahunya tanpa menjawab. Langit pun tak bertanya lebih lanjut. Masalah administrasi biarkanlah Dewa dan Saga yang mengurusi. Terlebih sudah ada Ansel yang membantu.

"Oh iya, Bang Juna mana?" Tanya Langit kembali mendekati sofa Dewa lalu pelan-pelan membuka-buka tas dan jaket abangnya itu.

"Ada kelas. Bara?" Tanya Saga balik. Langit pun menjawab, "Lab. Jadwal dia ngendon seharian disono." Ujarnya sambil dengan sangat hati-hati mengambil sekotak rokok dari saku jaket Dewa yang masih pulas.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang