Chapter 12

1.3K 135 35
                                    

Heloo! Sebelum baca, aku mau ngasih beberapa kosa kata yang di chapter 11 lupa aku jelasin hwehe.

OD = overdosis ya kawan-kawan.

Jadi pas Langit kejang, Juna nyuntikin obat yang namanya Narcan, kalo kalian masih ingat itu nama obat aku sebut berkali-kali. Jadi, Narcan itu satu jenis obat anti toksin, kalo di Amerika dia memang legal dan boleh dibeli, nah biasanya yang sedia Narcan itu dokter atau orang-orang yang kecanduan narkoba. 

Narcan ini sifatnya bisa menghambat penyebaran racun dari over dosis obat, jadi bisa mengulur waktu buat tim medis untuk memberi penanganan sama orang yang overdosis. Di Indo ini belum legal ya, dan memang susah ditemuin, biasanya yang punya rumah sakit aja, karena memang rate OD di Indo juga nggak sebanyak di Amerika.

Kalo misalnya ada yang bingung sama istilah-istilah disini bisa komen aja, aku bakal balesin dan jelasin sebisa mungkin yeheee.

Anyway, Happy Reading!


---


Saga berjalan ke arah belakang mini market yang tak terlihat dari jalan seberang. Disana ia menemukan sosok Kai dengan kepulan asap tebal keluar dari mulut dan hidungnya. Pemuda itu bersandar di tembok belakangnya sambil asik menyesap rokoknya, sudah pasti menunggu kemunculan Saga.

"Lama amat, jalan dari seberang doang. Pose dulu apa lo tiap perempatan? Macem model yang jalan di catwalk." Komentar Kai setelah Saga berdiri di hadapannya sambil bersidekap dan menatapnya datar.

"Kalo lo yang pose tiap ketemu tikungan, gue percaya, sih." Balas Saga.

Kai hanya terkekeh singkat lalu mebuang rokoknya yang sudah pendek. Ia mengeluarkan ponselnya, entah menekan apa, lalu memasukkannya lagi ke saku. Saga pun mengerut bingung dan menatap Kai curiga.

"Ngerekam, mager nulis gue. Hari ini udah gebukin berapa orang, tangan berharga ini perlu diistirahatkan." Ujar Kai sambil menunjuk tangannya yang kemudian dimasukkan ke saku celana.

Saga hanya memutar bola matanya jengah lalu mulai melirik sekeliling, memastikan keadaan aman.

"Semuanya pengedar. Nggak cuma Langit doang. Per orang punya marketnya sendiri-sendiri jadi cakupan pasar mereka emang luas banget."

Kai mengangguk. Ia mengeluarkan rokoknya dan menawarkan satu pada Saga. Yang ditawari pun tak menolak dan mengambil sebatang dengan senang hati.

"Terus? Si Bara gimana?" Kai melanjutkan setelah rokoknya menyala.

"Udah, beres. Kemarin gue bikin drama murahan dikit juga kepancing. Masih agak canggung sih, tapi at least udah nggak denial parah sama gue." Kata Saga lalu membuang asap putih dari mulutnya.

"Yang dirawat Langit, kan?" Tanya Kai memastikan.

Saga mengangguk, namun sedetik kemudian menatap seniornya itu sedikit sangsi dan penuh keheranan, "Kok lo tau? Plus, lo bisa ngajak ketemuan disini, gue kan nggak lapor kalo hari ini gue nginep di rumah sakit?"

Kai pun menyombongkan wajahnya. Ingin rasanya Saga menguliti ekspresi itu dan membuangnya jauh-jauh ke tengah sungai Amazon sehingga tak usah melihat ekspresi yang sama setelahnya.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang