Chapter 7

1.2K 132 19
                                    

Ada yg udah liat Sizzy x nanon di header?

Liat nanon joged aku kok nggak bisa terima diri

Anyway, Happy Reading! 



Saga membereskan buku-bukunya sambil berjalan mengantri keluar kelas. Siang ini, untungnya hanya dua kelas yang harus ia masuki. Akhirnya bisa bernafas dari siang hingga sebelum shift kerja malamnya. Namun, sebuah badan menghalangi jalannya di depan pintu, Saga mendongak dan menghela nafas diam-diam ketika menemukan presensi Langit dengan senyum lebarnya kembali hadir menungguinya tepat di depan kelas.

"Heran gue, kok lo bisa tau gue kelas dimana dan selesai jam berapa? Anak bisnis lagi, bisa nyasar ke gedung kriminolog."

"Ada deh, informan gue jangan diragukan. Udah kelas terakhir, kan? Gue mau ajak lo ke klub bisnis, kemarin malem kan gue udah janji." Jawab Langit langsung mendorong Saga yang tingginya hampir sepadan dengannya.

Mereka pun berjalan menuju ke gelanggang mahasiswa. Satu gedung khusus yang dibangun di tengan kampus, terdiri dari tiga lantai yang berisikan sekretariat klub-klub aktivitas mahasiswa yang ada dan terdaftar di kampus.

Saga sempat melirik pintu-pintu yang bertuliskan nama klub pengisi ruangannya. Kebanyakan satu ruangan berisikan dua klub digabung sehingga mungkin mereka harus rela sharing tempat dengan organisasi lainnya.

Langit membawanya ke lantai tiga, ruangan paling ujung. Alis Saga seketika mengerut ketika mendapati klub bisnis memiliki satu ruangan khusus tersendiri tanpa ada nama klub lain yang hadir untuk berbagi tempat.

"Ini klub bisnis sendiri doang satu ruangan?" Tanyanya memastikan.

Langit mengangguk, "Yoi, eksklusif kita, Bang. Masuk yuk." Ujar Langit lalu membuka pintu sekre.

Begitu masuk ke dalam, Saga dapat menangkap cukup banyak meja dan kursi di dalam ruangan ber-AC itu. Dinding tengah ruangan menampang sebuah papan tulis besar yang penuh dengan tulisan nama dan orang beserta angka-angka yang ia sendiri belum mengerti.

Hanya ada beberapa orang yang saat itu sekedar mengeringkan keringat dari udara panas Jogja siang itu. Langit menyapa beberapa orang di dalam dengan asiknya, melupakan Saga berdiri kikuk di sampingnya.

"Siapa, Ngit?" Tanya seorang yang duduk di kursi kanan ruangan.

Langit pun langsung menepuk jidatnya, merasa pikun akan tujuan utamanya datang kesini. 

"Oh iya, guys! Kenalin, anggota baru kita, namanya Sagara. Anak kriminologi semester 6, nanti kerjanya urusan gue sama tiga yang lain. Kalian cukup tau aja namanya dulu." Langit berujar, Saga tersenyum memaksa.

Bagaimana tidak? Orang-orang yang ada di klub itu bukannya membalas senyumnya dengan senyum juga, melainkan dengan tatapan penuh curiga hingga picingan mata yang bisa dibilang tak ramah sama sekali. Namun tak ada satupun dari mereka yang bertanya lebih lanjut. Hanya melihat aneh dan berbisik.

"Tenang, kerja lo nanti nggak ada hubungannya sama mereka. Well, kalo emang lo belom punya pasar. Anyway, kita ke belakang aja."

Saga pun mengikuti Langit masuk ke sebuah pintu lagi. Pintu coklat yang cukup mengkilat itu ternyata menghubungkan dengan ruangan belakang yang berisi banyak arsip. Entah arsip apa, Saga juga masih belum bisa menebak. Di ruangan itu juga terdapat papan tulis besar yang bertuliskan nama orang dan beberapa kode angka, mungkinkah pesanan?

"Nah, karena kita kesini pas jam istirahat, jadi ya, di ruangan ini sepi. Jadi ini klub bisnis. Sesuai namanya, ya kita emang berbisnis. Tapi, bisnisnya mulai Awal tahun lalu berubah." Langit mulai menjelaskan.

Devil May Care ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang