Part 12

6K 533 188
                                    

🥀Happy Reading🥀

______________________________
_________

Rean berdiri di balkon kamarnya. Laki-laki itu mendongakkan kepalanya, menatap langit malam yang nampak indah dengan ditaburi ribuan bintang yang berkilau. Angin sepoi-sepoi yang berhembus perlahan, membuat suasana menjadi terasa sangat nyaman.

Perlahan, Rean mengukir senyumannya ketika teringat kembali dengan perkataan Hana tadi siang di perpustakaan.

"Lo selau terlihat tampan dalam kondisi apapun, Rean."

Selama ini, memang tidak sedikit yang sering memuji ketampanan dirinya. Tetapi, Rean selalu menanggapinya biasa saja dan tidak terlalu peduli. Akan tetapi, pujian yang dilontarkan Hana kepadanya, entah kenapa terasa berbeda. Ada perasaan senang yang menjalar di tubuhnya ketika gadis itu memujinya.

Menggelengkan kepalanya cepat, Rean berusaha untuk menghilangkan nama Hana dalam pikirannya. Karena sedari tadi, gadis itu terus saja memenuhi pikiran Rean.

"Kenapa gue jadi mikirin Hana?" Rean menggumam pelan. Merasa heran sendiri dengan dirinya yang terus saja memikirkan Hana. Padahal selama ini, Rean tidak terlalu mempedulikan gadis itu dan hanya mengenal sekedar namanya saja.

Rean membalikkan badannya, memilih untuk masuk ke dalam kamar dan berjalan menuju tempat tidur. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang, mengambil ponselnya di atas meja.

Banyak notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. Namun, Rean mengabaikannya karena merasa tidak ada yang penting. Kemudian, tangan laki-laki itu tergerak untuk mencari kontak seseorang.

Rean menatap cukup lama kontak bernama Nadine yang tertera di layar pipihnya. Ia
terlihat ragu untuk menghubungi sepupunya itu.

Menghela napasnya sejenak, Rean akhirnya memilih untuk memencet tombol panggil. Sedetik kemudian, terdengar suara sambungan telepon.

"Hallo, Rean. Ada apa? Tumben nelepon." Suara Nadine terdengar dari seberang telepon ketika panggilan baru saja terjawab.

"Nad, gue mau tanya sesuatu. Boleh?" Nada ragu terdengar dari pertanyaan yang baru saja dilontarkan Rean kepada Nadine.

"Tentu aja, boleh. Tanya apa?"

Rean terdiam cukup lama. Laki-laki itu kembali menghela napas panjangnya, entah kenapa ia ingin sekali menanyakan sesuatu kepada Nadine. Tetapi, rasa ragu terus saja dirasakannya.

Menghela napasnya sejenak, akhirnya Rean membuka suaranya. "Menurut lo, Hana orangnya kayak gimana?"

°•°•°•°

Hana menghentikan langkahnya, gadis itu mencoba mengatur napasnya yang tidak beraturan karena tadi berjalan dengan cepat agar dirinya tidak terlambat ke sekolah. Namun sepertinya, keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya ketika matanya melihat gerbang tinggi yang berdiri kokoh tak jauh dihadapannya, kini sudah tertutup rapat.

Hana menghela napasnya kecewa. Tadi pagi, gadis itu bangun kesiangan. Juga karena Pak Ujang yang baru saja pulang kampung karena anaknya sakit, membuat Hana mau tidak mau harus berangkat ke sekolah naik taksi. Meskipun tadi Hana sudah menyuruh sopir taksi untuk mengebut, tapi tetap saja ia datang terlambat ke sekolah.

Hana berjalan menghampiri gerbang. Membuat Pak Didit yang sedang sibuk meminum kopinya di pos satpam, menoleh karena menyadari kehadirannya.

"Aduh, Neng Hana. Tumben datang telat, Neng?" tanya Pak Didit. Karena biasanya Hana selalu datang tepat waktu dengan sopir pribadinya.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang