Part 2

12K 938 207
                                    

Vote sebelum membaca ya zyg

Happy Reading
_____________________
_________

"JAUH-JAUH DARI GUE, MIMIN!" Teriakan seorang laki-laki menambah keramaian yang terjadi di dalam kelas XII- Mipa 4 karena guru yang mengajar hari ini berhalangan hadir.

Laki-laki itu, Arvin. Terlihat menahan kesal karena seorang gadis yang duduk di sebelahnya terus saja mengganggu dirinya. Semenjak kepergian Aldo--teman sebangkunya beberapa bulan yang lalu, Arvin terpaksa harus duduk bersama Mimin--gadis centil bertubuh gempal yang mengaku mempunyai perasaan padanya.

Meski ia berusaha keras menolak duduk bersamanya, namun Mimin terus memaksa dan selalu mengikuti Arvin. Alhasil, laki-laki itu akhirnya pasrah dan memilih menuruti keinginan Mimin untuk duduk sebangku dengannya.

"Bisa nggak sih, lo nggak usah nemplok-nemplok gue terus?!" Arvin berseru jengah ketika sedari tadi Mimin terus saja mencari-cari kesempatan untuk menggandengan lengannya. Padahal mereka berdua sedang duduk bersampingan, tidak sedang berjalan-jalan.

Mimin mengerucutkan bibirnya kesal. "Habisnya, Arvin main ponsel terus. Lagi apa sih emangnya?" Mimin bertanya seraya merebut ponsel yang berada di tangan laki-laki itu tanpa permisi. Lantas dengan cepat, ia menatap layar ponsel tersebut yang menampilkan sebuah room chat bernama 'Meyra Sayang❤'

Menggeram kesal, Arvin langsung merebut ponsel miliknya dari tangan Mimin. "Ganggu aja sih lo!" gerutunya kesal.

Mimin menatap Arvin yang menampakan raut kesal. "Pacar Arvin?"

"Iyalah."

"Yang ke berapa?" tanya Mimin. Gadis itu memang cukup mengenal Arvin, laki-laki itu pasti mempunyai pacar lebih dari satu.

"Nggak tahu, lupa. Saking banyaknya." Arvin menyahut dengan nada bangga.

"Mimin juga mau dong dijadiin pacar Arvin. Yang keberapa juga nggak apa-apa."

Arvin melotot. "Dih, gue juga pilih-pilih kali kalau mau jadiin cewek sebagai pacar."

"Kenapa? Mimin kurang cantik?"

Arvin menghela napasnya panjang. Sangat risih dengan Mimin yang terus-terusan melontarkan pertanyaan padanya. "Lo cantik, Min. Cantik banget!!!! Sampai gue sendiri juga bingung, di mana letak kecantikan lo."

Mimin cemberut. Mengerti kalau ucapan Arvin barusan itu meledeknya. "Kata Ibu Mimin, Mimin cantik, kok. Nih, lihat. Wajah Mimin juga putih." Mimin mendekat ke arah Arvin, bermaksud menunjukan wajahnya yang putih karena dipolesi bedak yang cukup tebal.

Arvin langsung memundurkan badannya hingga menyentuh tembok. "Anjir! Jangan dekat-dekat gue, Mimin! Gue gerah!!" Arvin berseru dengan nada tinggi sekaligus kesal.

Mimin menjauhkan badannya. Gadis itu langsung meraih buku tulisnya dan mengipas-ngipasinya pada Arvin.

"Lo ngapain, sih?"

"Katanya gerah, jadinya Mimin kipasin."

Arvin kembali menggeram. Hidupnya benar-benar tidak akan pernah tenang jika Mimin selalu berada di sampingnya. "Berhenti ganggu gue, Sarminah!" Arvin berseru seraya merampas buku di tangan Mimin dan melemparnya asal ke arah depan.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang