Part 38

5.3K 419 58
                                    

Ingatkan kalau ada typo:)

✨Happy Reading

_______________________________________
__________


"Pasien mengalami kerusakan pada kornea matanya karena pecahan kaca jendela mobil yang masuk ke matanya. Untuk saat ini, saya tidak bisa memastikan apa pasien bisa mendapatkan kembali penglihatannya atau tidak. Kecuali, dengan donor mata."

"Kalau gitu, ambil kedua mata saya saja, Dok. Saya bersedia mendonorkannya."

"Mohon maaf, sebaiknya donor mata hanya bisa dilakukan untuk orang yang sudah meninggal."

Rean berjalan gontai menyusuri lorong rumah sakit untuk kembali ke ruangan Hana yang sudah dipindahkan ke ruang rawat.

Percakapan singkatnya dengan dokter yang menangani Hana, kembali terngiang di pikirannya. Hal itu, membuat Rean semakin merasa frustasi.

"Apa yang harus gue lakukan?" Rean bergumam pelan. Wajahnya terlihat kacau. Jika bisa, ia ingin menukar posisi Hana dengannya.

Langkah Rean memelan ketika dirinya sudah sampai di depan ruangan rawat Hana. Laki-laki itu menarik napasnya dalam agar terlihat tenang sebelum tangannya bergerak mendorong pintu.

Kehadirannya, membuat Maudy yang baru saja selesai menyuapi Hana, mengalihkan pandangan. Bersamaan dengan Hana yang menatap ke sekeliling karena menyadari kehadiran seseorang di ruangannya.

"Rean?" Hana mengeluarkan suaranya ragu. Nadanya terdengar bergetar. Mungkin itu efek karena sedari tadi gadis itu tidak henti menangis ketika mengetahui kalau ia harus rela kehilangan penglihatannya akibat kecelakaan itu.

"Iya, sayang. Rean ada di sini." Maudy mengusap pelan rambut Hana. Wanita itu berusaha keras untuk terlihat tetap tegar.

Bangkit dari duduknya, Maudy berjalan menghampiri Rean yang masih setia berdiri di dekat pintu. "Rean, Tante titip Hana dulu ya. Tante mau pulang dulu buat ngambil pakaian."

"Baik, Tante."

"Hana, Mama pulang dulu sebentar ya." Maudy mengalihkan pandangannya pada Hana.

Hana hanya mengangguk pelan. Kemudian, Maudy berjalan keluar ruangan.

Sepeninggal Maudy, Rean melangkahkan kakinya perlahan. Duduk di atas kursi brankar di samping Hana.

"Maaf," Ucapan lirih keluar dari mulut Rean bersamaan dengan tangannya yang menggenggam kedua tangan Hana erat. "Maaf karena datang terlambat, Hana."

Mendengar perkataan bernada putus asa juga rasa bersalah yang keluar dari mulut Rean, membuat Hana terdiam. Namun, air matanya tiba-tiba turun secara perlahan membasahi pipi.

Meskipun sekarang ia tidak bisa melihat apapun. Namun ia yakin, kalau sekarang keadaan Rean juga tidak terlihat baik-baik aja.

"Maaf karena udah gagal lindungin kamu. Maaf karena--"

Hana menggelengkan kepalanya, memotong ucapan Rean dengan cepat. "Berhenti bilang maaf, Rean. Aku baik-baik aja."

Bohong. Hana sadar perkataan yang diucapkannya barusan adalah sebuah kebohongan. Ia tidak sedang baik-baik saja.

Kehilangan penglihatannya cukup membuat Hana merasa hancur karena kini keadaannya tidak sempurna, ia cacat.

"Ini semua karena kesalahan aku yang nggak hati-hati. Jadi aku mohon, berhenti salahin diri kamu sendiri." Hana mengeratkan genggaman Rean di tangannya. Ia berusaha memberi kekuatan untuk kekasihnya itu, dan juga untuk dirinya.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang