Part 25

5.8K 457 352
                                    

Happy Reading

_________________________________
______

"Gue normal, Nando! Lama-lama gue colok mata lo yang dari tadi natap gue kayak gitu!" Arvin berseru kesal ketika sedari tadi Nando menatapnya dengan pandangan aneh. Bahkan, laki-laki itu tidak mau duduk terlalu dekat dengannya. Padahal, tadi Arvin sudah menjelaskan semuanya kepada Nando kalau ia hanya memberitahu Rean cara menembak cewek.

"Gue masih merasa ragu aja," jawab Nando sambil mengalihkan pandangannya dan memilih sibuk memakan camilan milik Rean yang ada dihadapannya.

Malam ini, mereka bertiga memang kembali menginap di rumah Rean. Akhir-akhir ini ketiganya memang sering menjadikan rumah Rean sebagai tempat berkumpul, karena selain rumahnya yang nyaman, stok camilan di rumah laki-laki itu juga tidak pernah habis.

Arvin melotot ketika mendengar jawaban santai Nando. Laki-laki itu dengan cepat mendekati Nando dan melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dengan erat, membuat Nando sontak tersedak camilan yang sedang dimakannya karena pergerakan Arvin yang terlalu tiba-tiba.

"Sekali lagi lo meragukan kenormalan gue, gue bakalan bunuh lo sekarang juga, Do!"

"Uhuk, uhuk! Iya, anjir! Uhuk, ampun!" Nando bersusah payah melepaskan tangan Arvin yang terasa mencekik lehernya. Laki-laki itu tak henti-hentinya terbatuk karena tersedak juga sedikit kesulitan bernapas.

Arvin akhirnya melepaskan lingkaran tangannya di leher Nando ketika melihat wajah laki-laki itu yang memerah. Sementara Nando, langsung menjauh dari Arvin untuk mengambil segelas air minum dan meneguknya hingga habis. Kemudian, tatapan laki-laki itu menatap Arvin yang memasang wajah santai dengan pandangan kesal.

"Lo barusan hampir bunuh gue, nyet!" seru Nando kesal.

"Memang itu niat gue." Arvin menyahut santai. Menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur milik Rean. Mulutnya sibuk mengunyah camilan yang baru saja diambilnya.

Nando mendengus kasar. "Sialan lo!" Laki-laki itu menghampiri Arvin, hendak memberikan balasan. Namun, Arvin dengan cepat menatapnya waspada.

"Mau apa lo? Mau gue cekek lagi? Biar mati beneran?" tanyanya dengan nada becanda.

"Gue yang mau cekek lo, nyet!" Nando bersiap mengulurkan tangannya ke leher Arvin, berharap agar laki-laki itu merasakan juga apa yang ia rasakan ketika Arvin memeluk lehernya tadi.

Dengan cepat, Arvin menghindar, berlari mengitari ruangan kamar Rean yang berukuran luas. Tidak mau menyerah, Nando langsung mengejar Arvin, tidak mempedulikan apakah sang pemilik kamar akan marah atau tidak karena kini ruangannya terlihat berantakan akibat Arvin yang melemparkan barang-barang didekatnya kepada Nando.

Devan yang tengah asik bermain game, berdecak kesal. Tingkah kekanak-kanakan mereka berdua sangat mengganggu dirinya. "Bisa diam, gak?! Kalau mau saling bunuh, sekalian gue kasih golok buat kalian masing-masing. Jangan malah kejar-kejaran kayak anak kecil!"

Seruan bernada tegas dari Devan, membuat keduanya sontak menghentikan aktivitasnya dengan posisi Nando yang baru saja berhasil melingkarkan tangannya di leher Arvin, berniat untuk mencekik.

Melepaskan tangan Nando dari lehernya, Arvin segera menatap laki-laki itu dengan napas terengah. "Udahan, Do. Mending kita tiduran aja." Arvin berucap seraya berjalan untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur di samping Rean yang tengah menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

Tidak mau kena amuk Devan, Nando memilih menurut dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Arvin.

Arvin mengalihkan pandangannya, menatap Rean yang sedari tadi terdiam sembari menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur. Tatapan laki-laki itu menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang