Part 36

5K 402 49
                                    

🐧Happy Reading🐧

_______________________________
______

Hana berjalan santai melewati koridor sekolahnya. Entah kenapa, hari ini bebannya merasa banyak berkurang.

Mungkin, karena beberapa hari lalu Maudy yang sudah sembuh dan diperbolehkan pulang. Juga, hubungannya dan Rean yang sepertinya akan segera membaik.

Ah, mengingat kembali bagaimana sikap Rean waktu itu di rumah sakit, sontak membuat pipi Hana kembali merona merah tanpa diminta.

"Rean, kenapa sih lo betah banget lari-lari dipikiran gue." Hana menggumam pelan. Tangannya terangkat menyentuh kepala, berharap ia mampu berhenti memikirkan laki-laki tampan berwajah tenang itu.

Namun, sepertinya itu akan terasa sulit. Jika terus begini, bisa-bisa apapun kegiatan yang dilakukan Hana, ia akan selalu kepikiran Rean.

Dugh!

Karena tidak fokus ketika berjalan, kepala Hana tidak sengaja menabrak dada bidang seseorang. Sontak, gadis itu mendongak. Sedetik kemudian, ia menggeleng cepat sembari mengucek-ngucek matanya.

Tidak mungkin. Tidak mungkin laki-laki dihadapannya adalah Reandra Arganthara. Bisa saja, Hana salah melihat karena terlalu fokus memikirkan Rean.

"Kalau jalan hati-hati, kepala lo sakit, nggak?"

Jantung Hana seakan berhenti berdetak ketika suara berat bernada tenang itu menyapa indera pendengarannya. Itu suara Rean.

"Rean?" Hana malah menatap Rean dengan lekat. Memastikan kalau pagi ini ia memang tidak sedang salah lihat.

"Apa beberapa hari nggak ketemu gue, bikin lo lupa dengan wajah gue, Hana?" tanya Rean dengan nada sedikit geli ketika melihat ekspresi kebingungan gadis dihadapannya itu.

Hana menggeleng kikuk. "Nggak, kok." 'Mana mungkin, gue bisa lupain wajah ganteng lo, Rean.' lanjut Hana dalam hati.

"Kepalanya sakit, nggak?" tanya Rean tiba-tiba sambil mengusap pelan kepala Hana yang bertubrukan dengannya.

Hana mematung. Mengapa sikap Rean menjadi lebih manis ketika sudah keluar dari rumah sakit? Ini sangat tidak sehat bagi kesehatan jantungnya.

"Nggak kok, Rean. Kepala gue baik-baik aja." Hana menurunkan tangan Rean dari kepalanya. Sebelum jantungnya berdetak lebih keras, takut jika ampai Rean bisa mendengarnya.

Rean tersenyum tipis. Kemudian tanpa bicara, laki-laki itu mengambil tas yang tersampir dipundak Hana, membuat Hana yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu, merasa terkejut.

"Eh, Rean. Lo mau apa?"

"Bawain tas lo." Rean menjawab cuek, mulai melangkahkan sambil membawa tas Hana.

Hana langsung berjalan menyusul Rean. "Nggak usah, Rean. Gue bisa bawa tas gue sendiri."

"Nggak apa-apa. Ayo, gue anterin ke kelas," sahutnya cuek tanpa berniat memberikan tas Hana kepada pemiliknya.

Hana tidak bisa untuk tidak tersenyum, Hana semakin dibuat jatuh cinta oleh seorang Reandra Arganthara. Sikap laki-laki itu yang cuek saja bisa membuat Hana memikirkannya semalaman.

Lantas, bagaimana sekarang? Sepertinya, seharian ini Rean akan menguasai pikirannya.

"Hana?"

Hana sontak menoleh ketika Rean memanggil namanya. "Iya?"

Rean menghentikan langkahnya tak jauh dari kelas Hana. Laki-laki itu mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Hana.

"Gue tunggu jawaban lo tentang pengakuan gue waktu itu."

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang