4 tahun kemudian...
"Udah lama banget ya, kita nggak kumpul berdua kayak gini." Hana menyeruput es teh nya, gadis itu menatap Nadine yang tengah duduk dihadapannya.
Setelah mereka lulus SMA dan masuk universitas yang berbeda, Hana dan Nadine memang sudah jarang kumpul berdua karena kesibukan mereka masing-masing.
Sekarang saja, meskipun sedang refreshing di restoran, Hana masih harus berhadapan dengan laptopnya karena masih ada proposal yang belum ia selesaikan sedangkan deadline-nya sudah dekat.
"Iya. Gue kangen banget tahu, Han. Nggak nyangka, ternyata kalau udah kuliah kita sesibuk ini," sahut Nadine. Seketika, gadis itu jadi merindukan masa SMA-nya dimana ia masih bisa leluasa bermain dengan teman-temannya.
Hana mengangguk, menyetujui ucapan Nadine. "Oh iya, hubungan lo sama Devan gimana? Kalian nggak niat tunangan dulu gitu?" tanya Hana. Sampai saat ini, Devan dan Nadine memang masih pacaran, mereka berdua tampaknya belum berniat mengadakan acara tunangan dulu seperti dirinya dan Rean.
Nadine menggeleng seraya tersenyum. "Kata Devan, dia nggak niat tunangan dulu. Katanya, mau langsung nikah aja," jawabnya sedikit malu.
Hana balas tersenyum. "Duh, mau langsung diajak ke pelaminan ya," ujarnya dengan nada menggoda.
"Oh iya, hubungan lo sama Rean gimana?" Nadine langsung bertanya. Tidak mau kalau Hana akan menggodanya lebih lanjut.
"Baik-baik aja. Meskipun kita LDR, tapi dia selalu ngasih kabar ke gue." Hana menjawab seraya tersenyum. Meskipun sekarang Rean sedang kuliah di London selama empat tahun dan hanya pulang ketika liburan semester, namun laki-laki itu memang tidak pernah absen meneleponnya setiap hari.
"Tapi, Han. Lo nggak khawatir gitu?"
Hana mengernyit. "Khawatir kenapa?"
"Rean 'kan ganteng, pinter, baik. Gimana kalau disana banyak cewek yang suka sama Rean?" Nadine bertanya dengan nada sedikit bercanda. Merasa penasaran dengan respon sahabatnya itu.
Hana terdiam sejenak. Kemudian, gadis itu kembali mengukir senyumnya. "Nggak apa-apa. Yang penting cinta Rean cuman buat gue."
Nadine tertawa pelan. "Sahabat gue udah dewasa ya sekarang. Nggak gampang cemburuan."
"Iya, lah. Punya pacar tampan yang idaman tuh emang nggak boleh gampang cemburuan."
"Iya-iya."
Setelah itu, mereka berhenti mengobrol sejenak. Nadine sibuk dengan minumannya dan Hana sibuk dengan tugas di laptopnya. Sesekali, Hana melirik cincin yang melingkar di jari manisnya.
Itu cincin pertunangannya dan Rean. Entah kenapa, Hana jadi merindukan sosok laki-laki itu. Kapan kira-kira Rean akan datang ke Indonesia?
°•°•°•°•°
"Udah sore. Mau pulang kapan?" tanya Nadine pada Hana sambil mengedarkan pandangan keluar jendela restoran, di mana hari sudah mulai gelap.
Hana menoleh sejenak. "Lo duluan aja, Nad. Gue nanti aja, mau beresin proposal gue dulu. Kalau di rumah suka males."
Nadine terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Oke deh kalau gitu, gue duluan ya. Bye, Hana. Kapan-kapan kita ketemu lagi." Nadine mengatakannya sambil memeluk Hana singkat.
"Iya, hati-hati ya, Nad," jawab Hana sambil tersenyum. Memandang Nadine yang melangkah keluar restoran.
Kemudian, gadis itu kembali memfokuskan pandangannya pada layar laptop bersamaan dengan jari-jari tangannya yang menari dengan lincah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REANDRA [END]
Teen Fiction#Spin-off Feeling of Regret [Follow sebelum membaca] Hight ranks #1 in Fiksiremaja [18-07-21] #2 in Fiksiremaja [17-07-21] #3 in Fiksiremaja [19-07-21] #8 in Fiksiremaja [18-03-21] #3 in Badboy [20-07-21] #9 in Teenfiction [20-07-21] [Terdapat kata...