Part 8

7.3K 645 168
                                    

🌸Happy Reading🌸

_______________________________
____________

Hana menuruni satu persatu anak tangga rumahnya dengan sedikit tergesa. Gadis itu kini sudah berpakaian seragam sekolah lengkap dengan tas yang tersampir di pundaknya.

Menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di meja makan, Hana terdiam sejenak. Matanya memandang lurus ke arah meja makan, di mana Mama dan Papanya sudah duduk di sana sembari menunggu dirinya. Akan tetapi, Hana dapat merasakan aura canggung dan juga tegang diantara keduanya.

Hana menghela napasnya panjang, ia pikir sarapan pagi ini akan menyenangkan karena jarang sekali kedua orang tuanya menyempatkan diri untuk sarapan bersama. Namun sepertinya, semuanya tidak akan berjalan sesuai keinginannya. Tidak ada sarapan dengan suasana hangat, melainkan hanya ada suasana canggung dan juga tegang.

Kembali melangkahkan kakinya menghampiri keduanya, Hana menyapa terlebih dahulu Mama dan Papanya sebelum gadis itu duduk di kursinya.

Tangan Hana langsung tergerak mengambil piring. Namun, tatapan gadis itu sedari tadi memperhatikan kedua orang tuanya. Tidak ada percakapan yang terjadi, juga ekspresi mereka yang tidak bersahabat membuat Hana kurang merasa nyaman.

"Ma, Pa...sebenarnya ada apa?" Hana memberanikan diri untuk bertanya. Meskipun tadi malam ia sempat mendengar pertengkaran orang tua-nya, namun gadis itu tetap ingin mendengar langsung alasannya dari mereka.

Maudy mengalihkan tatapannya menatap Hana sejenak, lantas wanita tersebut menghela napas panjangnya. "Nggak ada apa-apa. Cepat makan, nanti terlambat sekolah," ujarnya dengan nada yang sedikit dingin.

"Mama sama Papa ada masalah? Tadi malam aku dengar kalian ribut. Ada masalah apa sebenarnya?" Tidak menuruti ucapan Maudy, Hana malah kembali melontarkan sebuah pertanyaan.

"Kamu makan saja! Jangan campuri urusan orang tua!" Rangga membuka suaranya dengan nada yang sedikit tinggi, nampaknya pria itu kurang suka dengan Hana yang sedikit ikut campur.

"Tapi--"

"Cepat makan, Hana! Jangan banyak bicara!" Kali ini, Rangga berkata dengan nada yang membentak, membuat Hana tidak meneruskan ucapannya karena terkejut.

Hana menghela napasnya. Kemudian, gadis itu meletakkan sendok dan garpu di tangannya dengan sedikit kasar dan langsung bangkit berdiri. "Nafsu makan Hana tiba-tiba hilang. Hana berangkat sekolah dulu."

Menyalami kedua tangan orang tua-nya yang memilih diam, Hana bergegas berjalan keluar rumahnya dan langsung menghampiri sopir pribadinya yang sudah menunggunya di garasi mobil.

"Langsung ke sekolah ya, Pak," kata Hana sembari masuk ke dalam mobil. Gadis itu kembali menghela napasnya, suasana hatinya terasa buruk pagi ini.

°•°•°•°

Setibanya di sekolah, Hana tidak langsung menuju kelasnya. Melainkan, gadis itu memilih berdiri tak jauh dari parkiran untuk menunggu seseorang yang sedari malam membuatnya khawatir dan susah tidur.

Cukup lama, Hana berdiri di tempat itu sembari menatap siswa-siswi yang berlalu-lalang memasuki gerbang sekolah, namun orang yang dicarinya belum juga menampakkan batang hidungnya. Hal itu, membuat ia mendadak gelisah bersamaan dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang muncul di kepalanya.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang