Part 33

4.2K 384 32
                                    

Happy Reading❤

_________________________________
__________


Bughhh!

Marvel melayangkan tendangannya mengenai perut Rean, laki-laki itu nampak tidak kasihan sama sekali melihat Rean yang sudah tidak berdaya.

Rean kembali terbatuk, darah segar keluar semakin banyak dari dalam mulutnya, laki-laki itu ingin melawan Marvel yang terus memberikan tendangan kepadanya. Akan tetapi, tidak ada yang bisa dilakukan Rean karena tenaganya sudah terkuras habis menghadapi puluhan anggota Vandalas tadi.

Sepertinya, keputusannya tadi yang tiba-tiba datang ke markas Vandalas tanpa memberitahu temannya satu pun adalah keputusan yang salah. Karena bagaimanapun juga, melawan mereka seorang diri bukanlah hal yang mudah.

"Berhenti! Jangan sakitin Kak Rean!!!" Teriakan seorang gadis membuat mereka yang berada disana, mengalihkan pandangan. Termasuk Marvel yang langsung menghentikan aksinya yang tengah menendang Rean. Namun, senyuman puas masih terlihat jelas di bibir Marvel ketika melihat Rean yang semakin tidak berdaya.

Laura berlari cepat menghampiri Rean yang tergeletak di tanah, napas gadis itu tampak terengah-engah. Ternyata dugaannya benar, Rean tidak bersama teman-temannya saat pulang tadi karena berniat menemui Marvel di markas Vandalas.

"Apa yang udah Kak Marvel lakuin?! Tindakan Kakak barusan bisa aja bunuh Kak Rean!" Laura berseru geram, menatap Marvel dengan sorot marah. Gadis itu bergerak mendekati Rean.

"Memang itu niat gue." Marvel menjawab santai. Hal itu, membuat Laura melotot mendengarnya. Bukannya di perjanjian awal, niat mereka adalah memisahkan Rean dan Hana, bukan malah menyakiti salah satunya.

"Apa?!"

"Tapi, berhubung lo ada disini. Gue jadi nggak niat lagi buat habisin dia. Sebaiknya, lo bawa cowok yang lo suka itu pergi, sebelum gue berubah pikiran," titah Marvel pada Laura dengan nada santai. Kemudian, laki-laki berbalik, melangkah masuk ke dalam markas diikuti teman-temannya yang lain.

"Kak, Kakak nggak apa-apa? Kita ke rumah sakit sekarang, ya." Laura menatap Rean khawatir. Dirinya ikut merasa ngilu ketika melihat luka lebam disekujur tubuh Rean.

Rean menarik napasnya dalam-dalam, mencoba tidak mempedulikan rasa sakit disekujur tubuhnya, laki-laki itu mencoba bangkit berdiri sembari menepis tangan Laura yang hendak mencoba membantunya.

"Ngapain lo disini?" Pertanyaan bernada dingin itu, Rean lemparkan kepada Laura.

Laura terdiam sejenak. "Aku mau nolongin Kakak. Harusnya, Kakak berterimakasih," sahutnya sedikit kesal karena Rean malah terlihat tidak suka dengan kehadirannya.

Setelah bersusah payah untuk bangkit, Rean akhirnya bisa berdiri secara perlahan. "Gue nggak butuh lo, mending lo pergi." Setelah mengucapkan hal itu, Rean segera berjalan tertatih hendak menghampiri motornya.

Suasana hatinya yang buruk sedari kemarin semakin buruk setelah kejadian sekarang. Ditambah, kehadiran Laura entah kenapa membuat suasana hati Rean semakin kacau.

"Tapi, Kakak harus ke rumah sakit, luka-luka Kakak harus diobatin." Laura bersikeras, dengan cepat gadis itu menggandeng tangan Rean, berniat membantu jalan cowok itu yang terlihat kesulitan.

Rean dengan cepat melepaskan tangan Laura dari tangannya, tatapannya menatap gadis itu tajam. "Apa perlu gue tegaskan, Laura. Jangan pernah dekatin gue lagi! Gue nggak suka lo sering ganggu waktu gue!" Tidak bisa menahan emosinya, Rean mengatakannya dengan sedikit membentak. Membuat Laura langsung terdiam karena terkejut.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang