Part 16

6.3K 595 179
                                    

Vote dulu lalu spam komen ya guys😚

💦Happy Reading💦

__________________________________
__________


Hana tak henti-hentinya tersenyum ketika melihat pantulan dirinya di depan cermin dengan seragam sekolah yang sudah terpasang rapi ditubuhnya.

Kemudian, gadis itu melangkahkan kakinya keluar kamar, menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah ringan tanpa berniat menghilangkan senyuman yang sedari tadi terpatri di bibirnya.

Hari ini, semangatnya untuk berangkat ke sekolah tiba-tiba bertambah berkali-kali lipat. Entahlah, setiap kali mengingat pujian Rean kemarin siang untuk dirinya, Hana merasa menjadi gadis yang paling bahagia saat ini. Mungkin itu terdengar berlebihan. Namun, menurut Hana kebahagiaannya itu adalah hal yang wajar mengingat bagaimana sikap Rean selama ini yang terkenal cuek dan tidak terlalu mempedulikan perempuan.

Hana berjalan menghampiri meja makan yang sudah dipenuhi bermacam-macam menu makanan diatasnya. Tanpa membuang waktu lama, gadis itu duduk di atas kursi dan menatap Bi Minah yang baru saja kembali dari dapur sembari membawa minuman untuknya.

"Mama sama Papa udah berangkat kerja ya, Bi?" tanya Hana. Melihat suasana rumahnya yang terasa sepi seperti biasa, Hana sudah menduga kalau kedua orang tua-nya itu pasti sudah meninggalkan rumah sedari pagi.

Bi Minah mengangguk seraya menuangkan minuman dan menaruhnya didekat Hana. "Iya, Non."

Hana menghela napasnya. Namun sedetik kemudian, gadis itu mengukir senyumannya, kembali menatap Bi minah yang hendak berbalik meninggalkan ruang makan. "Bibi udah makan?"

Bi Minah membalikkan badannya menatap Hana. "Belum, Non," jawabnya dengan nada heran, karena tidak biasanya Hana menanyakan dirinya sudah makan apa belum.

"Kalau gitu, Bibi makannya bareng sama aku aja, sekarang. Biar aku ada teman."

"Eh, nggak usah, Non. Bibi makannya nanti aja di dapur." Bi Minah segera menolak dengan nada tidak enak ketika Hana menawarinya makan bersama di meja yang sama.

Hana kembali mengukir senyuman. "Nggak usah sungkan, Bi. Aku udah anggap Bibi sebagai orang tua aku, kok."

Mendengar perkataan Hana, Bi Minah terdiam. Wanita paruh baya itu nampak masih ragu untuk menerima tawaran dari anak majikannya itu.

"Masa Bibi tega sih lihat aku selalu sarapan sendirian di meja makan yang luas ini?"

Ucapan Hana, membuat Bi Minah menghela napas pelan. Akhirnya, wanita itu menganggukan kepalanya. "Baiklah, Non."

Hana tersenyum senang ketika melihat Bi Minah yang sudah duduk dihadapannya. "Bibi makannya yang banyak, ya. Nggak usah malu buat nambah," kata Hana sambil menatap Bi Minah dengan sorot senang.

Setidaknya, meskipun ia jarang mempunyai waktu bersama kedua orang tua-nya. Tetapi, masih ada orang yang bisa ia ajak untuk menghabiskan waktu sejenak agar dirinya tidak terlalu merasa kesepian.

Bi Minah hanya mengangguk pelan. Dengan sedikit ragu, wanita itu mulai meletakkan beberapa sendok nasi dan juga lauk ke atas piringnya. Hana sendiri sudah sibuk memakan makanannya.

Tidak ada percakapan yang terjadi selama keduanya makan. Hingga acara makannya hampir selesai, Bi Minah tiba-tiba membuka suaranya. "Hari ini, Non kelihatan senang dan ceria," kata Bi Minah, membuat Hana mendongakkan kepalanya menatap wanita itu.

"Kelihatan banget ya, Bi?" tanya Hana sambil meraih segelas air dan meminumnya.

Bi Minah mengangguk. "Iya, Non."

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang