Part 20

6.1K 479 521
                                    

🦢Happy Reading🦢

__________________________________
__________

Hana berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Gadis itu menatap sejenak ke arah pintu ruangan UGD yang masih tertutup rapat. Ia menghela napas panjangnya karena dokter yang memeriksa Laura belum juga keluar.

Rean yang tengah duduk di kursi tunggu, terlihat sama gelisahnya. Berkali-kali laki-laki itu menghela napas sembari mengusap kasar wajahnya. Ia tampak khawatir, karena bagaimanapun, Laura seperti ini karena menolong dirinya.

Ceklek!

Suara pintu ruangan UGD yang terbuka, mengalihkan pandangan keduanya. Rean langsung bangkit dari duduknya. Sementara Hana, gadis itu langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari dalam ruangan.

"Bagaimana keadaan saudara saya, Dok?" Hana bertanya khawatir dengan nada tidak sabaran.

Dokter tersebut mengukir senyuman tipis. "Pasien baik-baik saja dan hanya mengalami luka ringan. Sebentar lagi, pasien akan segera sadarkan diri. Saya permisi." Dokter tersebut segera melangkahkan kakinya meninggalkan Hana.

Mendengar hal itu, Hana menghela napasnya lega. Gadis itu segera melangkah masuk ke dalam ruangan. Rean juga melakukan hal yang sama, laki-laki itu berjalan mengikuti Hana dari belakang.

Sesampainya di dalam, Hana berdiri di dekat brankar Laura yang masih memejamkan matanya rapat dengan kondisi kepala yang dililit perban.

"Ra." Hana berkata pelan. Tangannya menyentuh tangan Laura.

Senyuman senang langsung terukir di bibir Hana ketika melihat tangan Laura yang perlahan mulai bergerak juga kedua mata gadis itu yang mengerjap pelan.

"Akhirnya, lo sadar." Hana berkata lega ketika melihat kedua mata Laura mulai terbuka sempurna. Gadis itu tampak memandang sekeliling ruangan sejenak. Butuh beberapa waktu bagi dirinya untuk menyadari kalau ia sedang berada di rumah sakit.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Hana lagi. Sementara di sampingnya, Rean terdiam, tidak berniat membuka suaranya. Namun, senyuman tipis terukir di bibir laki-laki itu ketika melihat kondisi Laura baik-baik saja.

Laura mengangguk. "Aku baik-baik aja, Kak," jawabnya dengan nada pelan. Kemudian, tatapan gadis itu beralih menjadi menatap Rean. "Kakak baik-baik aja, kan?" tanyanya.

Hana yang mendengarnya, terdiam ketika Laura melontarkan sebuah pertanyaan bernada khawatir pada Rean. Sebegitu, pedulinya kah dia pada Rean? Hingga gadis itu mau mengorbankan dirinya sendiri untuk melindungi Rean. Bahkan sekarang, ia masih menanyakan keadaan Rean.

"Seharusnya, lo nggak perlu lakuin ini." Rean berkata tanpa berniat menjawab pertanyaan Laura tadi.

"Aku nggak mau lihat Kakak kenapa-kenapa." Jawaban Laura membuat Hana sontak menatap gadis itu. Entah mengapa, Hana merasa janggal dengan Laura yang terlalu mempedulikan Rean. Apa perkataan gadis itu tempo lalu yang mengatakan kalau dirinya menyukai Rean, itu benar?

"Thanks udah peduli. Lain kali, jangan lakuin ini lagi." Rean berkata datar. Jujur saja, ia paling tidak mau jika melihat seseorang terluka karena dirinya. Karena hal itu, akan membuatnya sangat merasa bersalah.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang