Part 32

4.6K 368 15
                                    

🌈Happy Reading🌈

___________________________________
________

Rean mengusap keringatnya yang mengucur memenuhi dahi. Pelajaran olaharga pada siang hari benar-benar menguras tenaga karena cuaca yang sangat terik.

"Materi hari ini, kita cukupkan sampai disini. Kalian bisa istirahat." Suara intruksi dari guru olahraga mereka membuat hampir semua murid kelas XII-Mipa 4 menghela napas lega, termasuk Rean.

Suasana hatinya yang tengah kacau, membuat Rean tidak bersemangat melakukan apapun, termasuk mengikuti pelajaran olahraga--salah satu pelajaran favorite-nya.

"Gila, gila! Cuaca hari ini panas banget! Baju olahraga gue nyampe basah gini, dong!" Nando berseru heboh. Laki-laki itu mengipas-ngipasi wajahnya dengan kedua tangan.

"Panas cuaca hari ini mah nggak seberapa, Do. Lebih panasan lihat dia sama yang lain." Arvin menyahuti cuek, laki-laki itu juga melakukan hal yang sama dengan Nando, mengipas-ngipasi wajahnya dengan kedua tangan.

"Gaya lo kayak cowok setia aja. Pacar dimana-mana nggak usah banyak bacot, deh," sahut Nando ngegas.

"Selow aja kali ngomongnya nggak usah ngegas," kata Arvin dengan nada santai.

"Mau ke mana, Rean?" Pertanyaan Devan membuat Arvin dan Nando ikut mengalihkan pandangannya kepada Rean yang baru saja melangkah hendak meninggalkan lapangan.

Rean menoleh sejenak menatap ketiganya. "Ganti baju," jawabnya singkat.

"Nggak main basket dulu, Rean?" tawar Arvin. Tidak mempedulikan cuaca yang tengah panas, Arvin malah mengambil sebuah bola basket yang tergeletak di pinggir lapangan.

Rean menggeleng cepat. "Nggak," jawabnya masih singkat sambil melanjutkan langkahnya meninggalkan lapangan.

Namun, langkah laki-laki itu terhenti ketika Hana tiba-tiba datang menghampirinya dengan satu botol air mineral yang ada di tangan gadis itu.

"Kenapa kemarin nggak bilang kalau mau pulang. Gue nungguin," ujar Hana. Kemarin, dirinya merasa cukup khawatir ketika Rean tak kunjung kembali menemuinya. Ia pikir, ada sesuatu yang terjadi pada laki-laki itu.

"Maaf." Rean berkata pelan. "Gimana keadaan Mama lo?" tanyanya.

Hana tersenyum tipis. "Tadi malam, Mama udah siuman. Keadaannya juga semakin membaik," ujarnya dengan nada yang penuh kelegaan.

Rean tersenyum tipis. Tidak bisa dipungkiri kalau dirinya ikut merasa senang ketika mengetahui kalau keadaan Maudy semakin membaik. "Syukurlah."

Hana mengangguk pelan. Tatapan matanya menatap Rean lekat, gadis itu terlihat ingin mengatakan sesuatu. "Rean," panggilnya ragu.

"Hmm?"

"Soal yang kemarin, gue..."

"Lupain aja." Rean memotong cepat, membuat Hana langsung menghentikan ucapannya. Ada raut terkejut sekaligus bingung dari wajah Hana. Padahal, gadis itu ingin membahas ucapan Rean kemaren untuk memastikan hubungan mereka berdua.

"Kenapa?" tanya Hana bingung.

"Anggap aja gua nggak pernah bilang," sahut Rean tegas. Setelah itu, ia langsung berpamitan pada Hana untuk pergi menuju kelas.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang