Part 28

5.1K 446 362
                                    

🌼Happy Reading🌼

__________________________________
______

Rean turun dari atas motornya. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya sejenak ke sekeliling, di mana tidak sedikit para siswi yang menghentikan sejenak langkahnya di parkiran sembari menatap ke arah Rean. Mungkin, luka lebam di wajah laki-laki itu berhasil menyita perhatian.

"Rean!"

Rean menoleh, mendapati Devan, Arvin dan Nando yang baru saja menghentikan laju motornya di parkiran sekolah secara bersamaan. Ketiganya dengan cepat turun dari atas motor dan berjalan menghampiri Rean.

"Lo memangnya udah dibolehin pulang, ya?" Nando bertanya heran. Setahu dirinya, Rean masih harus dirawat beberapa hari lagi di rumah sakit karena luka dibeberapa bagian tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

"Lo kabur?" Devan menebak. Menatap Rean dengan pandangan lurus.

"Hmm." Rean hanya menjawab dengan deheman pelan. Laki-laki itu mulai melangkahkan kaki mendahului mereka.

"Harusnya lo jangan dulu kabur, Rean. Keadaan lo belum pulih."

Tidak mempedulikan perkataan Devan, Rean memilih melanjutkan langkahnya. Sudah cukup tadi malam Liana mengomelinya karena tidak mau menurut untuk dirawat di rumah sakit lebih lama lagi. Untuk itu, Rean tidak mau mendengarkan perkataan teman-temannya yang pasti tidak akan jauh dengan mamanya.

Mempercepat langkahnya karena tidak sengaja melihat seorang gadis yang sangat dikenalinya tak jauh di depannya, Rean dengan sigap mencekal pergelangan tangan gadis itu, membuat sang gadis menghentikan langkahnya cukup terkejut dan menoleh menatap Rean.

"Rean?" Hana melebarkan matanya. Sangat terkejut dengan kehadiran Rean yang cukup tiba-tiba dan langsung mencekal pergelangan tangannya.

"Hana, lo ba--" Belum sempat Rean menyelesaikan ucapannya, Hana dengan cepat menyela dengan nada terburu-buru.

"Maaf, gue harus pergi, Rean." Hana melepaskan cekalan tangan Rean di tangannya. Lantas, gadis itu langsung berlari meninggalkan Rean yang masih mematung di tempatnya.

Rean menghela napas beratnya. Pandangan laki-laki itu masih setia menatap punggung Hana yang baru saja menghilang di belokan koridor. Sikap gadis itu sekarang benar-benar membuatnya heran. Ia semakin yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Hana sehingga membuat sikap gadis itu berubah seperti ini.

"Rean!"

Tepukan di kedua pundaknya yang berasal dari Nando dan Arvin, membuat Rean menolehkan kepalanya. "Lo 'kan baru sembuh, jadi mending langsung ke kelas aja buat istirahat." Arvin berkata dengan nada santai.

Rean melepaskan tangan kedua laki-laki itu dari pundaknya. Kemudian, ia melangkahkan kakinya meninggalkan mereka untuk menuju kelas tanpa berniat menanggapi perkataan Arvin barusan.

"Untung gue ganteng, jadi udah biasa dikacangin." Arvin mengelus dadanya dengan nada sok dramatis. Mencoba maklum dengan sikap Rean yang memang sering mengabaikan ucapan orang-orang jika menurutnya tidak terlalu penting.

"Nggak ada sambungannya sama tampang lo, anjir!" Nando berkata ngegas. Menatap Arvin dengan nada tidak santai.

"Terserah gue! Sirik aja lo," sahut Arvin sambil menarik lengan Nando dengan kasar untuk segera menyusul Rean. Sementara Devan, laki-laki itu juga ikut melangkahkan kakinya menyusul mereka bertiga.

°•°•°•°

Hana mengatur napasnya sejenak. Berjalan cepat disepanjang koridor rupanya cukup menguras tenaga. Gadis itu kemudian menghela napas lega ketika menyadari kalau Rean tidak mengikuti dirinya.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang