❣Happy Reading❣
__________________________________
________"Rean, bolanya oper sini, woy!" Nando berteriak ketika bola sepak yang ditendang Arvin barusan menggelinding tak jauh dihadapan Rean.
"Rean!" Nando kembali berteriak karena Rean malah terdiam di tengah lapangan. Laki-laki itu seperti tidak berniat menendang bola yang ada dihadapannya.
Masih diam di tempatnya, Rean tampak tidak terganggu dengan suara Nando yang terus meneriaki namanya agar menendang bola.
Devan menghela napasnya. Sedari tadi, ia memang sudah menyadari kalau Rean sedang tidak baik-baik saja, pikiran laki-laki itu seperti tengah kacau. Hal itu, terlihat dengan Rean yang tidak pernah fokus selama bermain sepak bola.
Siang ini, anggota inti TIGER memilih bermain sepak bola di lapangan ketika jam istirahat tiba. Niat mereka ingin menghibur Rean yang akhir-akhir ini sering terlihat murung. Mereka tidak tahu pasti masalah apa yang dihadapi Rean karena laki-laki itu tidak pernah mau menjawab pertanyaan mereka.
"Kita udahan aja mainnya, nggak seru kalau kayak gini." Devan memutuskan, membuat Nando dan Arvin menghela napas kecewa karena masih belum puas bermain sepak bola.
"Sebenarnya, lo kenapa sih, Rean? Akhir-akhir ini lo sering banget nggak fokus. Ada apa?" Arvin berjalan menghampiri Rean dengan Nando di sampingnya. Sementara Devan, laki-laki itu sedang mengistirahatkan tubuhnya di pinggir lapangan.
Rean menatap Arvin dan Nando sejenak. Kemudian, laki-laki itu melangkah melewati keduanya. "Nggak ada," jawabnya singkat sambil berjalan menuju pinggir lapangan.
Arvin menghela napasnya pelan. Laki-laki itu mengalihkan pandangan, menatap Nando yang berdiri di sampingnya. "Menurut gue, Rean kayak gini karena Hana," katanya yakin.
Nando terdiam. Laki-laki itu menganggukan kepalanya. "Gue juga mikir kayak gitu," sahutnya ketika mengingat kembali dirinya yang tak sengaja melihat interaksi Hana dan Rean di taman tempo hari.
Sementara Rean, laki-laki itu memilih duduk di pinggir lapangan. Mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikirannya yang terasa lelah.
"Pasti Kakak haus."
Sebuah suara yang memasuki indera pendengaran Rean bersamaan dengan sebuah botol mineral yang disodorkan kehadapannya, membuat Rean mendongakkan kepala.
Laki-laki itu menghela napasnya pelan ketika melihat Laura yang sudah berdiri dihadapannya sembari memasang sebuah senyuman. Akhir-akhir ini, gadis itu memang sering sekali muncul dihadapan Rean.
Melihat Rean yang malah terdiam tanpa berniat menerima botol mineral yang disodorkannya, Laura menghela napas kecewa. "Aku mohon, Kak. Jangan tolak terus pemberian dari aku. Lagian, aku ngasihnya juga tulus, kok." Laura berkata, ia tidak mau jika Rean kembali menolak pemberiannya seperti kotak makanan yang ditolak laki-laki itu tempo hari.
Rean terdiam. Menatap sejenak botol mineral yang disodorkan gadis itu. Hingga akhirnya, laki-laki itu memilih untuk menerimanya. "Thanks. Lain kali, nggak usah repot-repot," ujarnya dingin.
Laura memperlebar senyumnya. Gadis itu memilih duduk di samping Rean tanpa permisi. Tatapan matanya menatap lekat wajah Rean dari samping yang tampak berkeringat.
"Kakak keringetan." Laura berkata seraya mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan bersiap untuk mengusap keringat yang memenuhi wajah Rean.
Namun tanpa diduga, Rean mencekal pergelangan tangan gadis itu, membuat tangan Laura berhenti di udara. Tatapan mata Rean terlihat menajam ketika menatap Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
REANDRA [END]
Fiksi Remaja#Spin-off Feeling of Regret [Follow sebelum membaca] Hight ranks #1 in Fiksiremaja [18-07-21] #2 in Fiksiremaja [17-07-21] #3 in Fiksiremaja [19-07-21] #8 in Fiksiremaja [18-03-21] #3 in Badboy [20-07-21] #9 in Teenfiction [20-07-21] [Terdapat kata...