Part 18

6.1K 524 201
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya gais...

💫Happy Reading💫

_________________________________
_____________


"Rean! Sahabat gue! Gimana, gimana? Kemarin lancar, kan?" Suara bernada tinggi Arvin menyambut kedatangan Rean yang baru saja memasuki kelas. Untung saja, suasana kelasnya belum terlalu ramai, karena hari masih cukup pagi.

Rean tidak menghiraukan pertanyaan Arvin. Laki-laki itu memilih langsung duduk dibangkunya. Ia menatap sejenak ke arah bangku Devan yang kosong. Sepertinya, laki-laki itu belum tiba di kelas, sama seperti Nando yang belum menampakkan batang hidungnya.

Arvin tidak menyerah, laki-laki itu bangkit berdiri dan perpindah duduk menjadi di samping Rean. Tepatnya, di kursi Devan.

"Cerita sama gue, Rean! Gue penasaran, nih." Arvin berkata dengan nada antusias. Menatap Rean dengan pandangan penuh harap agar laki-laki itu mau menceritakan sedikit tentang kencannya kemarin bersama Hana.

Karena bagaimanapun, Arvin ikut andil dalam hal ini. Jadi, jika semuanya lancar ia juga akan merasa senang karena sarannya berhasil.

Rean menghela napasnya. Laki-laki itu mengubah posisi duduknya menjadi sedikit menyamping, membuat dirinya dan Arvin kini duduk berhadapan. "Lo ngomong apa ke Mama gue?"

Arvin terdiam, tidak menyangka jika Rean akan langsung menanyakan hal ini kepadanya. Sedetik kemudian, laki-laki itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang tertata rapi. "Gue cuman ngomong apa adanya."

"Hana bukan pacar gue."

"Tapi, dia calon pacar lo." Arvin menyahut tegas dengan nada yakin.

"Itu belum tentu terjadi."

"Itu pasti terjadi."

Rean menatap kesal ke arah Arvin. Sedangkan yang ditatap, malah memasang wajah tanpa dosanya. Lagipula, Arvin tidak merasa ada yang salah dengan kata-katanya. Menurutnya, semua perkataannya benar.

"Udah, Rean. Lebih baik, jangan bahas itu. Sekarang, kita bahas kencan lo. Gimana, lancar gak?" Nada bicara Arvin terdengar penasaran dan tidak sabaran karena Rean masih belum menjawab pertanyaannya sedari tadi.

Rean kembali menghela napasnya. Laki-laki itu mengubah posisi duduknya kembali menghadap ke depan. Tangannya mulai mengambil beberapa buku pelajaran dari dalam tas-nya dan diletakkan di atas meja.

Melihat hal itu, Arvin berdecak kesal. Lagi-lagi Rean tidak mempedulikan pertanyaannya. Apa laki-laki itu tidak bisa melihat wajahnya yang penasaran akan jawaban dirinya?

"Rean!"

Rean menoleh pada Arvin yang terus-terusan menganggunya sedari tadi. Sepertinya, jika Rean tidak menjawab pertanyannya, laki-laki itu tidak akan pernah diam sampai kapan pun.

"Nggak lancar."

Jawaban bernada tenang yang keluar dari mulut Rean, membuat Arvin sontak melotot. "Nggak lancar gimana?" tanyanya bingung.

"Kemarin, Hana kelihatan bosan."

"Bosan? Kok bisa dia bosan? Padahal, lo ganteng, Rean. Gue jamin, siapa pun gadis yang jalan sama lo, pasti nggak akan ngerasa bosan."

Rean hanya mengendikan bahunya acuh ketika mendengar perkataan Arvin yang kurang nyambung. Apa hubungannya rasa bosan dengan wajah tampan?

Arvin terdiam sejenak. Laki-laki itu terlihat sibuk berpikir. Merasa heran mengapa Hana bisa merasa bosan ketika jalan bersama Rean. Padahal selama ini, Arvin yakin kalau Hana juga sangat menyukai Rean.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang