🎗Happy Reading🎗
___________________________________
_____Rean membuka matanya yang terasa berat secara perlahan. Ruangan berwarna serba putih khas rumah sakit langsung menyambut indera penglihatannya.
"Akhirnya, lo sadar, Rean." Suara Arvin langsung memasuki indera pendengaran Rean. Ia langsung menatap lurus ke arah Arvin.
"Hana mana?" Suara lirih keluar dari mulut Rean. Sedetik kemudian, laki-laki itu meringis pelan ketika sudut bibirnya yang robek terasa sakit saat ia membuka mulutnya.
"Gue nggak nemuin Hana waktu bawa lo ke rumah sakit tadi malam." Nando menyahut seraya mengernyit heran.
"Marvel pasti bawa dia!" Rean berseru geram. Tidak mempedulikan tubuhnya yang terasa sakit, laki-laki itu hendak bangkit dari tidurannya. Namun dengan sigap, Devan segera menahan Rean agar kembali tertidur.
"Keadaan lo nggak baik-baik aja. Mending lo diam terus istirahat." Perkataan tegas keluar dari mulut Devan. Laki-laki itu tidak mau jika kondisi Rean semakin memburuk.
"Iya, Rean. Muka lo babak belur kayak gitu. Kayaknya untuk saat ini, gue lebih tampan dari lo, deh," kata Arvin.
"Tapi, gue--"
"Kak Hana baik-baik aja kok, Kak."
Seakan baru menyadari ada seseorang lainnya di ruangan ini, Rean menoleh sedikit terkejut. Mendapati Laura yang tengah duduk di atas kursi di samping brankarnya. Sepertinya, karena terlalu panik memikirkan Hana, Rean sampai tidak menyadari kehadiran gadis itu didekatnya.
"Ngapain lo di sini?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Rean, merasa heran dengan Laura yang bisa berada di ruangannya.
"Dia yang ngasih tahu kita kalau lo pingsan habis dikeroyok di sebuah gang sempit." Nando menyahut, memberitahu Rean kalau mereka bertiga mendapat info tentang dirinya dari Laura.
Rean mengernyit, menatap Laura penuh tanya. "Gimana lo bisa tahu?" Seingatnya, tidak ada seorang pun di gang sempit tersebut. Bahkan, gang tersebut sepertinya jarang dilewati orang-orang.
Laura terdiam sejenak, tampak bingung memikirkan jawaban. "Aku... Aku nggak sengaja lewat situ, Kak. Terus lihat Kakak pingsan seorang diri. Jadi, aku mutusin buat telepon Kak Nando."
"Ngapain lo bisa lewat sana?" Rean kembali bertanya. Belum merasa puas dengan jawaban Laura karena masih membuatnya heran dengan alasan gadis itu yang melewati gang sempit tersebut.
Laura terdiam. Gadis itu menundukkan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa.
"Udahlah, Rean. Harusnya lo bilang makasih sama Laura. Dia juga semalaman nemanin lo di sini," jelas Nando.
Rean terdiam, tidak berniat membuka suaranya kembali. Pikirannya tidak merasa tenang karena belum memastikan keadaan Hana. Juga laki-laki itu masih heran dengan Hana yang meninggalkannya di tempat kejadian juga gadis itu yang tidak datang ke rumah sakit. Apa Marvel melakukan sesuatu kepada gadis itu?
"Rean!"
Panggilan Devan membuat Rean menoleh, menatap laki-laki itu dengan pandangan heran.
"Gue, Arvin dan Nando mau pergi dulu, mau bahas sesuatu. Lo tetap di sini, jangan kemana-mana. Nanti kita balik lagi."
Rean mengernyit. "Bahas apa?"
Devan terdiam sejenak. "Bahas mengenai sesuatu yang seharusnya kita lakukan sebagai sahabat lo." Jawaban Devan, membuat Rean semakin mengernyit tidak mengerti, namun laki-laki itu tidak berniat bertanya sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
REANDRA [END]
Fiksi Remaja#Spin-off Feeling of Regret [Follow sebelum membaca] Hight ranks #1 in Fiksiremaja [18-07-21] #2 in Fiksiremaja [17-07-21] #3 in Fiksiremaja [19-07-21] #8 in Fiksiremaja [18-03-21] #3 in Badboy [20-07-21] #9 in Teenfiction [20-07-21] [Terdapat kata...