Part 11

6.4K 572 175
                                    

🌟Happy Reading🌟

______________________________
____________

Suara deruman beberapa motor terdengar tak jauh dari gerbang SMA Rajawali. Lantas, beberapa motor tersebut sontak menghentikan lajunya ketika melihat gerbang sekolah yang menjulang tinggi, kini sudah tertutup rapat.

"Kok gerbangnya udah ditutup sih, anjir?" tanya Nando sembari menatap gerbang yang berdiri kokoh tak jauh dihadapannya.

"Karena kita datang terlambat, bego! Jadi gerbangnya udah ditutup," sahut Arvin.

"Ini semua gara-gara lo sih, Vin. Kenapa malam ngajak begadang, jadinya kesiangan, kan?" Nando berujar dengan nada sedikit kesal. Pasalnya, tadi malam Arvin, Rean dan Devan menginap bersama di rumah Nando dan begadang sampai larut malam, membuat mereka semua menjadi telat bangun pagi.

"Heh, bambang! Tadi malam aja lo nggak masalah kita begadang, kenapa jadi nyalahin gue?" Arvin berkata dengan nada tidak terima.

"Jangan berisik!" tegur Rean sambil menatap keduanya, membuat Nando dan Arvin akhirnya memilih mengatupkan bibirnya rapat.

"Kita ke belakang sekolah." Devan membuka suaranya memberi arahan. Laki-laki itu segera melajukan motornya menuju belakang sekolah diikuti yang lain. Untung saja Pak Didit--satpam sekolah tidak melihat kehadiran mereka, sepertinya pria itu saat ini sedang tidak berada di pos satpam.

Menghentikan laju motornya ketika sudah sampai di belakang sekolah, mereka berempat segera mendorong motornya menuju sebuah halaman berukuran sedang yang berada di dekat sana, tempat biasa mereka menyimpan motor ketika sedang terlambat datang ke sekolah.

"Motor kita aman nih di sini?" tanya Nando ragu. Karena semenjak kepindahannya di SMA Rajawali, ini pertama kalinya ia datang terlambat ke sekolah.

"Tenang aja. Seorang pun nggak bakal ada yang berani nyentuh barang punya TIGER." Arvin menyahut santai seraya mengikuti Devan dan Rean yang sudah terlebih dahulu berjalan mendekati tembok belakang sekolahnya.

"Wah, mantap. Bagus, deh." Nando berkata seraya berjalan menyusul mereka.

"Gue rindu manjat tembok ini," cetus Arvin ketika mereka berempat sudah berdiri di depan tembok belakang sekolah yang terbentang cukup tinggi. Karena beberapa bulan ini ia sering datang tepat waktu ke sekolah, membuat Arvin merasa rindu dengan momen dirinya yang sering memanjat tembok belakang sekolah bersama yang lainnya.

"Cepat naik duluan!" titah Devan pada Arvin. Mereka takut jika ada seseorang yang melihat mereka datang terlambat.

Arvin mengangguk. Laki-laki itu bersiap untuk memanjat tembok tinggi tersebut. Namun, suara seseorang yang yang memasuki indera pendengaran mereka, membuat Arvin mengurungkan niatnya dan menolehkan kepala ke sumber suara diikuti yang lain.

"Kalian mau apa?"

Helaan napas lega keluar dari mulut mereka ketika melihat seorang gadis berseragam sama tengah berjalan menghampiri. Mereka pikir tadi, itu adalah suara seorang guru.

"Laura? Ngapain di sini?" Nando membuka suaranya lebih dulu daripada yang lain. Laki-laki itu berjalan mendekati Laura sembari memasang senyuman manis.

Laura menatap sejenak ke arah Rean, Devan dan Arvin secara bergantian. Lantas, menatap Nando yang berdiri tak jauh dihadapannya. "Aku datang kesiangan, Kak. Terus, tadi nggak sengaja lihat kalian ke arah sini. Jadi, aku ikutin." Laura meringis pelan. Sedikit kikuk ketika mengakui kalau ia malah mengikuti kakak seniornya itu.

"Kalau gitu, lo mending manjat bareng kita aja, gimana? Daripada nanti dihukum kalau ketahuan," usul Arvin yang berdiri di belakang Nando.

Devan berdecak pelan. Sedikit risih dengan kehadiran gadis itu. Karena ia yakin, memanjat tembok bersama seorang gadis pasti sedikit menyusahkan.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang