Part 13

6K 537 231
                                    

Happy Reading✨

_______________________________
____________


"Mau ke kantin kapan?" Rean bertanya seraya menatap Nando dan Arvin yang duduk dibelakangnya. Mekipun bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun, kedua laki-laki itu masih sibuk mengerjakan tugas. Lebih tepatnya, sibuk menyalin tugas milik Devan dan Rean.

"Bentar, bentar. Ini dikit lagi beres." Nando menyahut tanpa menghentikan aktivitas menulisnya. Laki-laki itu terlihat fokus menulis agar PR biologi yang pelajarannya akan dimulai setelah istirahat, bisa cepat selesai.

"Tangan gue pegal, anjir!" Arvin mengeluh. Namun meski begitu, ia tetap melanjutkan aktivitas menulisnya karena perutnya sudah lapar dan ingin cepat-cepat pergi ke kantin.

Devan menatap kedua temannya dengan malas. "Makanya, PR tuh dikerjain. Bukan nyontek ke teman."

"Gue lupa." Sahutan kompak keluar dari mulut Arvin dan Nando secara bersamaan.

"Bukan lupa. Tapi, nggak peduli." Rean berkata santai.ia sudah cukup hafal dengan sifat mereka yang tidak pernah mempedulikan tugas-tugas sekolah.

"Gue ke kantin duluan, ya. Mau bareng Nadine." Devan sudah hendak bangkit dari duduknya, merasa kesal karena harus menunggu mereka terlebih dahulu. Padahal dirinya sudah berjanji pada Nadine, kalau istirahat sekarang dirinya akan makan bersama gadis itu di kantin.

Akan tetapi, sedetik kemudian Devan kembali terduduk ketika Nando menarik paksa tangannya dengan kuat agar tidak melangkah meninggalkan mejanya.

"Bareng-bareng aja ke kantinnya. Biar gue bisa cuci mata kalau satu meja sama cewek."

Mendengar hal itu, Devan sontak melotot. "Nadine pacar gue. Jadi, lo harus jaga pandangan!" serunya tegas pada Nando yang masih sibuk menulis.

Nando meringis. "Maksud gue, bukan Nadine. Tapi temannya yang cantik itu. Yang namanya Hana," sahutnya asal.

Mendengar kata Hana, Rean sontak menoleh menatap Nando. Ada sedikit perasaan tidak suka ketika Nando mengatakan hal seperti barusan.

Arvin yang menyadari tingkah Rean, segera menyenggol lengan Nando pelan. "Hana juga udah ada yang suka, bro. Cari yang lain aja."

Nando terkekeh. Tatapannya langsung menuju pada Rean. Semenjak melihat Rean yang membantu Hana menyapu di lapangan tempo hari, Arvin dan dirinya memang langsung menyimpulkan kalau Rean sepertinya menyukai Hana. "Gue becanda, elah. Lagipula, gue udah suka sama cewek lain."

"Jangan ngobrol terus bisa nggak? Gue mau ke kantin, nih." Devan berujar kesal.

"Akhirnya, beres..." Arvin dan Nando menghela napas leganya. Kedua laki-laki itu merentangkan sejenak kedua tangannya yang terasa pegal.

"Yuk, ke kantin," ajak Arvin sambil membenahi bukunya dan hendak bangkit dari duduknya diikuti yang lain.

Namun, suara salah seorang teman sekelasnya, membuat mereka serentak mengurungkan niatnya untuk bangkit berdiri.

"Rean, ada yang nyariin," ujar Vito dari ambang pintu kelas sebelum dirinya melangkah keluar.

"Siapa?" Rean bertanya bingung.

Sedetik kemudian, seorang gadis berjalan sedikit ragu memasuki kelas dan langsung berjalan menghampiri meja Rean. Suasana kelas yang sedang sepi karena sebagian besar pergi ke kantin, membuat gadis itu sedikit menghela napasnya lega.

"Laura?" Nando langsung membuka suaranya dengan nada heran ketika melihat kedatangan Laura. Di tangan gadis itu terdapat sebuah jaket juga satu kotak bekal makanan.

REANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang