36-Chat

1.3K 275 45
                                    

"Itu, aku menulisnya sewaktu di Belanda kemarin."

Lelaki yang menghadap keyboard di depan Jaemin itu mengangguk paham, ia lantas memutar kursinya menatap ke arah Na Jaemin. "Kau mau merekomendasikan lagu ini untuk masuk ke album?"

Mendengar itu sontak membuat Jaemin segera menggelengkan kepala. "Tidak, aku mau menyimpan lagu pertamaku untuk diriku sendiri." Ia menyela. "Itu hanya permulaan soalnya."

"Oh begitu." Si lawan bicara kembali mengangguk mengerti, memutar kembali kursinya dan memusatkan atensi pada layar monitor di hadapannya.

Hening kembali menyusupi studio tempat dimana Jaemin berada sekarang. Lelaki itu memilih mengangkat kaki, dan merebahkan diri di atas sofa yang ia duduki. Memandang langit-langit ruangan, sesekali telinganya menangkap suara keyboard yang terdengar.

"Sepertinya ini permulaan yang bagus untukmu memulai karir sebagai penulis lagu."

Suara lelaki itu terdengar, membuat Jaemin menoleh menatap bagian belakang kursi miliknya. "Aku rasa itu kurang, aku mau belajar menciptakan lebih lagi."

"Kenapa tiba-tiba?" Produser itu kembali berujar, setelah mematikan layar monitornya, dia memutar kursi menatap kembali ke arah Jaemin. Dia sedikit tertawa kecil. "Kita lama tidak bertemu, dan kau datang-datang membawa lagu untuk diaransemen. Aku kaget lho."

"Kenapa kaget?" Jaemin mengerutkan dahi heran. "Kan aku juga biasa berpartisipasi dalam pembuatan beberapa lagu di album."

"Iya, tapi kali ini kau sendirian. Dan hanya aku penggubahnya."

Ah, itu. Jaemin mengangguk singkat, menatap lelaki di hadapannya sebelum membuka mulut dan kembali bersuara. "Aku mau jadi produser sih nanti, kalau karirku sudah meredup, aku mau jadi produser musik buat grup-grup baru di masa depan nanti."

"Pikiranmu itu panjang sekali." Lelaki itu -Na Jaeyeon, salah satu produser musik di SM. Ia tertawa kecil mendengar penuturan sepupunya itu.

"Emm, kalau menurutku, kau hanya perlu berinvestasi kan? Jadi di masa depan kau tinggal menikmati hasil kerja kerasmu, hidup bahagia bersama istri dan anakmu, ngapain susah payah bekerja lagi?"

Mendengar itu membuat Jaemin kemudian tertawa pelan, entah kenapa tawanya secara reflek keluar. Ia menarik napas dan menghela pelan. Mematri seulas senyum sebelum menyahut melanjutkan.

"Dari usia muda aku sudah terbiasa bekerja, tentu aku akan bosan kalau hanya berdiam diri di masa yang hyung sebutkan itu. Setidaknya, untuk kesibukanku," jelasnya, "ingat waktu aku cedera punggung dulu? Setahun aku tidak berbuat apa-apa, itu saja rasanya benar-benar membuatku frustasi."

"Kau sempat seperti orang gila dulu, terus meracau mengatakan merindukan teman-teman dan penggemarmu." Na Jaeyeon nampak kembali mengingat, bagaimama dulu Jaemin terus-terusan merengek padanya seperti bocah. Keduanya lantas tertawa kecil mengingat kejadian beberapa tahun lalu itu.

Jaemin menghela napas panjang, pandangannya kembali dialihkan kepada langit-langit ruangan. Sesaat ia melirik ke arah jam dinding tepat pada sisi ruangan di hadapannya. Pukul sebelas malam. Ia yakin teman-temannya sudah duluan pulang atau mungkin pergi secara diam-diam.

"Kau sudah makan malam?" Jaeyeon kembali bersuara.

"Sudah."

"Managermu sudah pergi? Ada jadwal lagi tidak? Mau kuantar pulang sekalian? Atau mau disini?"

Jaemin mendudukkan dirinya, menarik napas, menatap Jaeyeon di hadapannya. "Managerku sepertinya masih disini, tidak ada jadwal lagi, tidak perlu mengantarku pulang, aku akan sedikit lebih lama lagi di studiomu ini."

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang