39-Flashback

1.4K 273 41
                                    

Seoul, Musim Gugur 2017

Lelaki itu, Na Jaemin, tengah duduk berdiam diri pada salah satu bangku taman tak jauh dari kantor agensi. Sebagian wajahnya tertutupi oleh topi. Ia mengeratkan jaketnya, menarik napas dalam-dalam. Membiarkan udara malam hari mengisi paru-parunya. Lantas menghembuskannya pelan. 

Dia baru saja dari rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin terkait kondisinya yang menyebabkan ia tak bisa beraktivitas dalam pekerjaannya seperti biasa. Sudah beberapa bulan sejak dirinya libur, berdiam diri di rumah sembari memulihkan keadaannya. 

Rasanya benar-benar menjenuhkan ketika hanya berdiam diri tanpa bisa berbuat apapun. Meniadakan aktivitas panggung, mengurangi aktivitas sosial media, astaga rasanya benar-benar seperti hidup dengan setengah jiwa. Ia merindukan teman-teman dan penggemarnya, teramat.

Namun, ya mana bisa juga bekerja dengan kondisi cedera seperti ini. 

Lagi-lagi ia menghembuskan napas panjang. Kepalanya menengadah, memandang ke arah langit malam yang diselimuti gumpalan awan. Jaemin tidak dapat melihat bintang, hanya bulan yang sedikit tertutup awan di atas sana. Tidak tahu kenapa, rasanya ia gundah sekali sekarang.

Benar-benar tanpa alasan.

Sesaat ia sedikit tersentak merasakan getaran diiringi deringan ponselnya. Tangannya bergerak merogoh saku jaket dan mengeluarkan benda itu dari sana. Membaca layar sejenak sebelum jarinya tergerak untuk menjawab panggilan dan menempelkan ponselnya pada telinga kanan. 

"Iya?" Jaemin bersuara, bersamaan ia menolehkan kepala mendapati orang lain yang duduk pada bangku di belakangnya. Diabaikannya orang itu lantas kembali menyahuti suara dari ponselnya. "Ibu belum tidur?"

"Bagaimana aku tidur kalau kau belum pulang?"

Mendengar suara ibunya yang terdengar cemas dari seberang sana, Jaemin malah tertawa kecil. "Tenang, aku pulang dengan Jaeyeon hyung nanti. Aku masih ingin diluar."

"Dimana Na Jaeyeon?"

"Ada urusan sebentar," jawab Jaemin.

Dapat ia dengar suara helaan pasrah ibunya sebelum wanita kesayangannya itu kembali bersuara. "Jangan terlalu larut, kau masih harus istirahat."

"Iya." Lelaki itu membalas dengan seulas senyumnya, lantas langsung menarik kembali ponsel itu dari telinganya tatkala sambungan telfon diputus. 

Dipandanginya ponsel itu dengan senyum yang mengembang. Mendengar suara ibunya benar-benar menyenangkan. Lantas, dimasukkannya kembali benda itu ke dalam saku jaketnya. Menarik napas sembari menyandarkan diri pada bangku taman tempatnya duduk.

Sesaat kemudian ia tersadar, lantas kembali menoleh ke belakang dimana ada seorang gadis yang duduk tepat di belakangnya. Jaemin mengerjap, berjaga-jaga, ia tidak tahu apa orang ini mengenalinya atau tidak. Lelaki itu membuka mulut, berniat menegur.

Namun diurungkannya niat itu tatkala gadis yang ia pandangi kini menempelkan ponsel pada telinga, menghentikan Jaemin untuk bersuara. Lelaki itu memutar tubuh, memandangi dari belakang. Ia memiringkan kepala, memandangi dengan kedua alis yang tertaut keheranan mendengar gadis yang membelakanginya itu mulai berbicara di telfon dengan bahasa yang tidak ia mengerti.

Alhasil Jaemin hanya memandangi surai cokelat itu dari belakang. Beberapa saat ia seperti itu sampai gadis di hadapannya menarik kembali ponsel dari telinganya dan memutus panggilan. Barulah Jaemin hendak membuka mulut. Namun, lagi-lagi terhenti. Ia tampak berpikir sejenak, orang ini bisa bahasa Korea atau tidak ya? Kalau dikacangin gimana? Kalau dianggap orang jahat gimana? Kalau dia terganggu gimana?

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang