42-Talk

1.5K 273 53
                                    

"Choi Mirae, tidak pulang?"

Mirae mengalihkan pandangan dari layar monitor begitu mendengar namanya disebutkan. Mengedip sekali, nampak mencerna pertanyaan yang dilontarkan barusan sebelum sesaat kemudian menggeleng pelan. "Aku pergi sebentar lagi," jawabnya.

"Jangan bekerja terlalu keras." Gadis bersurai cerah di hadapan Mirae itu kembali bersuara sembari menyampirkan tasnya pada bahu kanan. "Tidak perlu memikirkan perusahaan, toh kita bekerja hanya untuk mendapatkan gaji." Ia melanjutkan tengah Mirae mengulas senyum tipisnya. Lantas gadis itu langsung berbalik melangkah. "Aku duluan, Choi Mirae."

Begitu rekan kerja yang paling sering berbicara dengannya itu menghilang dari balik pintu ruangan, senyum tipisnya menurun perlahan tergantikan bibirnya yang mengerucut ke samping sembari menatap layar monitor yang masih menyala. Sesaat menghela pelan dan menyenderkan dirinya.

Mengingat kembali perkataan yang dilontarkan temannya tadi itu membuatn Mirae tertawa kecil. "Padahal kan aku mengambil pekerjaan ini karena suka." Ia bergumam sendiri. Menengadahkan pandangannya ke arah langit-langit ruangan, menutup matanya perlahan. Dalam diam kembali memikirkan kata-kata yang didengarnya beberapa saat barusan.

Memikirkan, kasihan sekali ibunya bekerja keras untuk perusahaan kalau semua karyawan ternyata memiliki pemikiran yang sama seperti itu.

Atau semua orang memang bekerja untuk uang?

Mirae kembali membuka mata, membenarkan posisi duduk, menatap layar monitor di hadapannya sembari tertawa kecil. "Sepertinya aku yang memang terlalu naif."

Menggeleng pelan, menampik semua isi pikiran, Mirae hendak mengembalikan fokus kepada pekerjaan. Atensinya hendak kembali kepada layar monitor, tangan kanannya bergerak menyentuh kembali mouse di atas meja.

Ketika fokusnya benar-benar kembali, seketika buyar tatkala telinganya menangkap denting notifikasi dari ponsel di sisi kanan meja yang layarnya sekarang tengah menyala. Mirae menarik keatas kedua sudut bibirnya dengan terpaksa, menatap layar ponsel dengan beberapa kedipan mata lalu menghembuskan napas. "Hei, ponselku sayang. Kamu tau betapa berusaha aku untuk fokus?"

Ia mendengus malas, kembali melepaskan atensi dari layar sembari tangannya bergerak mengambil ponsel itu. Membuka layar, melihat notifikasi, lantas mengerjap begitu membuka pesan yang baru saja ia terima.

Jaemin
Masih di gedung yang sama?

"Oh iya," gumamnya pelan, "gara-gara Taeyong nih ah, jadi lupa."

Melupakan bahwa dari kemarin ia mau bertemu dengan lelaki itu. Mirae meletakkan asal ponselnya ke atas meja tanpa mengirimkan kembali balasan untuk pesan Jaemin sebelum kemudian bergerak menyimpan file dan mematikan komputer lalu bangkit dari duduknya sembari meraih tas di atas meja dan melangkah keluar dari ruangan.

Diluar, ia mendapati koridor sudah sangat sepi. Ah, dia tidak sempat melihat jam tadi. Berpikir mungkin sekarang sekitar jam sepuluh atau sebelas malam. Suara sepatu yang beradu dengan lantai terdengar sangat jelas tatkala kakinya melangkah.

Mirae naik ke lantai atas menggunakan lift. Melanjutkan langkah mencari ruangan tempat Jaemin berada, dia tahu dimana padahal Jaemin sama sekali tidak mengatakannya. Beberapa langkah, kemudian berbelok mendorong pintu sebuah ruangan yang didapatinya. Studio tempat Na Jaeyeon biasa bersemayam.

Begitu masuk, benar, ia mendapati Na Jaemin disana tengah duduk dari balik keyboard. Dia tahu akhir-akhir ini Jaemin sering menghabiskan waktu luang di studio tempat kakak sepupunya sering bekerja ini. Entah sejak kapan.

"Kau ngapain?" Mirae bersuara, menutup kembali pintu ruangan tersebut.

"Cari nafkah."

Dapat Mirae dengar lelaki itu tertawa pelan usai mengatakannya. Ia tak menyahuti lagi kemudian. Tangannya bergerak merogoh tas tangan yang ia genggam, mengeluarkan sebuah gelang rantai dari dalam sana. Yang sempat diberikan Jaemin padanya. Kakinya melangkah mendekat menyodorkan benda itu kepada Jaemin yang balik menatap dengan kedua alis terangkat.

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang