23-Dam Square

1.9K 313 31
                                    

Jaemin berdecak sebal. Menggesek-gesekkan sepatunya di atas tanah sesekali melihat teman-temannya yang sibuk berfoto-foto di depan bangunan dam square, di antara banyaknya pengunjung yang meramaikan alun-alun kota Amsterdam. Menghela pelan, lelaki itu kembali menggerutu sebal dengan bibirnya yang mengerucut. Dia ingin ikut Mirae, tapi malah dibuang kesini juga.

"Ambil ini."

Jaemin mendongak, mendapati Choi Jiseok berdiri di hadapannya sembari menyodorkan segelas es kopi. "Makasih, hyung," ucapnya seraya mengambil gelas tersebut dari tangan Jiseok.

Mengangguk pelan, Jiseok melangkah melalui Jaemin. Mendudukkan diri pada anak tangga yang dibuat di tengah alun-alun tersebut. Jaemin menoleh sekilas sebelum mengikuti Jiseok untuk mendaratkan diri tepat di samping managernya yang satu itu sembari menyesap gelas kopi di tangannya.

Kepalanya menengada ke atas, sedikit menyipitkan mata menghalau sinar matahari menusuk netra. Dibenarkannya letak topinya dan mengembalikan pandangan ke depan. "Panas sekali, ya."

Jiseok menyahut dengan gumaman mendengar perkataan Jaemin barusan. Sesekali menyesap kopi pada gelas di genggamannya. Matanya memandang jauh mengamati member lain tengah bersenang-senang dengan sendirinya mencari berbagai spot foto dam square. Ia lantas menoleh kepada Jaemin. "Kenapa kau tidak ikut  bersenang-senang dengan mereka alih-alih merana disini?"

"Aku tidak merana."

Semilir angin tiba-tiba berhembus agak kencang melewati tempat itu. Membuat Jiseok melontarkan tawa tertahannya. "Lihat, angin saja mentertawakanmu."

"Ah, hyung mengejekku." Jaemin kembali menggerutu sebal. Pandangannya jatuh ke arah kakinya yang ia selonjorkan ke depan. Energi dalam dirinya seperti terbang mengikuti angin yang barusan lewat.

"Kau ini berlebihan sekali," cibir Jiseok, "seperti ditinggal nikah saja."

'Lantas, apa aku harus kabur lagi ke Seoul menyelinap dengan kalian?'

Perkataan Mirae tadi kembali berputar dalam kepala. Menyeruput gelas kopinya, Jaemin lantas menoleh pada Jiseok di sampingnya dengan kedua alis terangkat sebelum bertanya penasaran. "Kenapa orang tua Mirae tidak mau anaknya pergi jauh?"

Jiseok menoleh, menatap, kemudian menghela. "Kalau kau bilang ke ibumu kau ingin tinggal di Belanda, apa ibumu akan mengizinkan?"

"Tidak tahu." Jaemin mengidikkan bahunya. "Belum pernah coba."

Menghela pelan, Jiseok meletakkan gelas kopinya di samping. Mengubah posisi duduknya sedikit menghadap kepada Jaemin. "Orang tua Mirae terlalu berharap banyak padanya, tidak mungkin membiarkan anak itu jauh dari pengawasan." Jiseok menjeda kalimatnya sembari tertawa kecil. "Berlebihan sekali memang."

"Aku mau tanya lagi tentang —"

"Kalau soal Mirae," Jiseok memotong, menghela dan melanjutkan, "tanya saja langsung pada orangnya."

Jaemin mengangguk pelan. Pandangannya kembali mengarah kepada teman-temannya yang masih sibuk mengambil gambar di bawah terik matahari De Dam. Entah sudah berapa banyak foto yang mereka ambil dan pasti akan membuat mereka bingung hendak posting foto yang mana.

Menyesap kembali kopinya, Jaemin lantas bangkit dari duduknya. Meletakkan gelas kopi di genggamannya tepat di samping Jiseok, dan melangkah pergi menyusul teman-temannya.

Jiseok terpaku, managernya itu menatap Jaemin yang sudah melangkah menjauh. "Wah, lihat, dia meninggalkanku."

.

"Loh, sudah datang." Jisung berujar begitu melihat Jaemin melangkah mendekat. "Dari mana aja?"

"Kepo."

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang