3-Photo

5.4K 631 30
                                    

Setelah bosan hanya memandangi kanal, Jaemin mengajak Mirae untuk berkeliling. Sesekali ia menghela melihat raut wajah Mirae yang masih saja suram tidak berubah sedari tadi. Padahal cuaca sekarang ini sangat bagus, dia sampai penasaran, apa yang sudah dilakukan lelaki itu sampai-sampai Mirae jadi seperti ini ketika tidak sengaja melihatnya.

Mengeluarkan ponsel dari sakunya, ia kemudian menyodorkan benda itu kepada Mirae yang disambut tatapan bingung dan kedua alis terangkat sebelum sebuah kalimat lolos dari bibirnya, "Fotoin, dong."

Mirae menghela, menjadi fotografer member dream adalah pekerjaan dadakan yang diterimanya semenjak menjadi manager waktu itu. Namun diraihnya juga ponsel milik Jaemin, "Kau tidak membawa kamera?" tanyanya.

"Ketinggalan di tas." Jaemin membalas sembari berbalik melangkah ke arah tempat yang akan menjadi latar dari fotonya disini. Mirae mundur beberapa langkah, memperhatikan Jaemin yang sudah berdiri dengan pose nya berlatarkan kanal dengan sepeda-sepeda yang berjejer di pinggirannya juga jejeran bangunan yang berdiri rapi di seberang kanal tersebut.

Setelah mengambil beberapa gambar, Jaemin kembali mendekat dan mengambil ponselnya dari Mirae. Melihat hasil-hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasil foto yang diambil Mirae untuknya. Pantas saja Renjun senang jika Mirae yang mengambilkan foto untuknya.

Jaemin mundur beberapa langkah, mengangkat kembali ponsel dan menekan tombol pada kamera beberapa kali setelah mengarahkan kamera ponsel nya kepada Mirae, membuat gadis itu menoleh, "Apa-apaan?"

Mengabaikan gerutuan Mirae, dilihatnya hasil keisengan yang baru saja ia perbuat dari layar ponsel. Beberapa detik sampai kembali mengulas senyum tipis sebelum meloloskan sebuah kalimat, "Kalau natural begini lebih bagus fotonya."

Ikut penasaran, Mirae pun melangkah mendekat dan mengambil ponsel itu dari Jaemin. Menggeser slide foto di layar tersebut yang menampilkan foto hasil jepretan Jaemin sembari mengangguk-angguk kecil. Ia pun mengambil langkah mundur, mengangkat ponsel Jaemin, mengarahkan kamera ke arah lelaki tersebut lantas kembali mengambil gambar tanpa aba-aba.

Jaemin mengerjap, "Mirae, wajahku pasti jelek kalau begitu caranya." Ia protes dengan kaki yang melangkah ke arah Mirae, mengambil ponselnya dari tangan gadis itu. Memandangi foto hasil jepretan Mirae barusan. Sampai ia dengar kembali Mirae bersuara.

"Kan kalau natural lebih bagus kau bilang."

Menengadahkan kembali kepala menatap Mirae yang tengah menatapnya polos, Jaemin menghela lalu mengembalikan tatapan pada ponselnya, "Tidak masalah, bagaimana pun, pasti gadis-gadis di luar sana akan bilang 'tetap ganteng kok'."

Tanpa sadar Mirae merotasikan mata dengan sebuah helaan, mengembalikan pandangan ke arah kanal dengan kedua tangan yang ia silangkan di depan dada. Hembusan angin yang tiba-tiba, membuat surai nya berterbangan. Jaemin dan rasa percaya dirinya itu...

"Itu sepedanya bisa dipakai?" tanya Jaemin sembari kembali ponsel ke dalam sakunya lalu menaikkan sebelah alis sampai Mirae menoleh ke arahnya sebelum ia melanjutkan, "Atau hanya pajangan?"

"Kau mau naik sepeda?"

"Tidak, cuman nanya." Jaemin mengembalikan tatapan polosnya ke arah sepeda-sepeda yang berjejer di pinggiran kanal. Mengundang tatapan aneh Mirae yang kemudian diabaikannya. "Ayo ke tempat lain."

"Seoul-Amsterdam tidak dekat, memang kau tidak lelah?" Mirae menaikkan kedua alis menatap Na Jaemin yang memang tidak ada lelahnya dan selalu terlihat bersemangat, "Lanjut nanti saja, istirahat dulu, ayo kembali."

"Jangan." Lelaki itu langsung menyergah tatkala Mirae hendak berbalik untuk pergi dari tempat tersebut, "Waktuku di tempat bagus seperti ini akan sia-sia kalau hanya dipakai untuk istirahat."

Mirae terdiam, menatap Na Jaemin. Ia terdiam cukup lama menatap datar lelaki di hadapannya itu. Ah, kalimat Jaemin barusan mengingatkan dia kepada dirinya dulu. Ia pun menghela, "Ya sudah, kau mau kemana?"

"Aku tidak mau berpergian seperti ini." Kalimat yang lolos dari mulut Jaemin mendadak membuat gadis itu keheranan, dengan alis yang sebelah terangkat menagih maksud dari perkataan tersebut sebelum akhirnya Jaemin kembali melanjutkan, "Jangan muram begitu, kita baru ketemu lagi lho. Harusnya kau menemaniku dengan perasaan bahagia, mendeskripsikan tempat-tempat disini. Paham tidak?"

"Aku bukan pemandu wisata." Mirae dengan cepat menyahut dan merotasikan mata, lantas melangkahkan kaki meninggalkan Jaemin yang masih berdiri di tempat menatap Mirae yang sudah melangkah semakin menjauh menuju tempat tadi mereka memarkirkan mobil.

Lelaki itu menghela kemudian mencebik, "Apa lawakanku tidak lucu?"





***





Hal yang tadi rupanya tidak mengubah apapun. Suasana hening menyelimuti mobil yang dikendarai oleh Mirae. Jaemin pun turut merasa, kalau Mirae jauh lebih pendiam saat di Amsterdam ketimbang sewaktu gadis itu masih di Seoul. Ia pun menyerah, memilih untuk menolehkan kepala melemparkan pandangan keluar jendela mobil, menikmati pemandangan musim gugur kota Amsterdam dari mobil yang sedang dikendarai. Sampai matanya terpaku pada sesuatu yang terlewat, mengerjap dan duduk tegak, lantas memberikan intrupsi, "Mirae, berhenti."

Mirae sontak kebingungan, namun langsung memutar setir untuk meminggirkan mobil dan berhenti tanpa menyahut lalu menoleh menatap Jaemin yang tidak melepaskan pandangan dari luar jendela mobil, "Kenapa?"

"Coba mundur, deh."

Mengikuti Jaemin, Mirae akhirnya membuat mobil tersebut bergerak mundur beberapa meter sampai Jaemin memberinya isyarat untuk berhenti, ia mengikuti arah pandang Jaemin keluar sebelum menurunkan kaca jendela mobil di samping Jaemin. Mata mereka berdua menemukan sebuah papan yang ditempel pada sebuah bangunan, sepertinya itu papan iklan. Bangunan itu pun bangunan yang besar dan beberapa orang berlalu lalang masuk dan keluar dari dalamnya.

Jaemin memandangi papan iklan dimana menampilkan gambar seorang model dengan rambut pirang sebahu di sana sebelum menolehkan kepala kepada Mirae dengan kedua alis yang terangkat, "Itu Choi Ellen noona, 'kan?"

Mirae memandang papan iklan tersebut dan mengangguk meng-iya kan pertanyaan Jaemin. Itu diambil memang untuk iklan, ketika kakaknya usai menandatangani kontrak untuk menjadi brand ambassador dari sebuah merk yang ternama di negaranya.

"Ellen noona ternyata public figure?" tanya Jaemin lagi yang dibalas anggukan Mirae sebelum ia menatap heran dan kembali meloloskan pertanyaan, "Terus kenapa malah jadi stylist di agensiku?"

"Terserah dia lah." Mirae menaikkan kembali kaca mobil dan menginjak pedal gas, mengabaikan pertanyaan Jaemin untuk dijawab secara serius. Merasa jawabannya akan panjang dan rumit, dan benar tidak untuk dijelaskan.

Jaemin hanya mengidikkan bahu dengan respon dari Mirae itu. Ketika ia menolehkan kembali kepalanya, melemparkan tatapan ke arah Mirae, ternyata ia baru sadar kalau Mirae sekarang tidak menggunakan kacamatanya. "Mirae, kau bisa melihat?"

"Jae, aku tidak buta."



.

.

.

tbc

huhu, kentang.

















Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang