1-Schiphol

9.5K 871 65
                                    

Sembari menyeret koper, lelaki bermasker serta topi warna hitam itu celingukan kesana kemari. Mampus, gerutunya dalam hati. Dia tidak mengerti harus kemana dan bagaimana sekarang. Memperhatikan keramaian dalam bandara Schiphol, ia berdecak. Salahnya memilih untuk nekat berangkat duluan dari Incheon ke Amsterdam sementara teman-temannya yang lain akan baru terbang lusa nanti.

Mengingat sekarang sudah menginjakkan kaki di negara kincir angin itu, terlintas satu nama di pikirannya. Lantas mengeluarkan ponsel dari sakunya —menggerakkan jari di atas layar sebelum menempelkan benda itu pada telinga kirinya.

Beberapa detik sebelum panggilan itu terhubung, dan meloloskan sebuah kalimat dari kedua bibirnya, "Bisa jemput aku di Schiphol Airport sekarang?"

"Jangan bercanda, Na Jaemin."

Ia sudah menduga tentang jawaban yang akan terdengar dari seberang telfon di sana. Jaemin tentu mengenal seperti apa respon yang akan diberikan oleh gadis itu. Meloloskan sebuah helaan sebelum ia kembali membalas, "Serius, Choi Mirae."

Sambungan telfon terputus tiba-tiba tepat setelah Jaemin mendengar seruan gadis di seberang telfon memintanya untuk menunggu, membuat lelaki itu menarik ponsel tersebut dari telinganya, menatap sebentar dan tertawa kecil sebelum memasukkan kembali ponsel tersebut. Pandangannya kembali mengedar kesana kemari mencari tempat menunggu yang sekiranya akan memudahkan Mirae untuk menemukannya nanti sembari menyeret koper. Ah, sudah lama sejak bisa jalan bebas begini.

Beberapa menit Jaemin menunggu sembari mengetuk-ngetukkan jarinya pada koper dan celingukan kesana kemari sampai matanya menemukan seorang gadis berkacamata hitam dengan rambut pirangngya yang juga berjalan cepat memasuki bandara dengan pandangan yang mengedar kesana kemari, membuat Jaemin berdiri tegak dan menatap tak percaya, "Gila, itu Mirae?"

Jaemin menurunkan masker, bersamaan dengan pandangan Mirae yang menoleh ke arahnya, lantas gadis itu bergerak menghampiri Jaemin sembari melepaskan kacamatanya, "Betulan serius ternyata," ujarnya begitu tiba di hadapan Jaemin.

"Kapan aku pernah bercanda denganmu?" Jaemin menaikkan kedua alis menatap gadis di hadapannya. Wah, yang di hadapannya ini Mirae bukan? Atau seperti ini kah gambaran seorang Rachel Choi?

Mirae mengidikkan bahu, "Kau sering mengucapkan hal tidak masuk akal kok selama di Seoul," ucapnya kemudian melirik ke arah koper Jaemin. Berpikir mungkin Jaemin mau liburan, datang sendiri tanpa ada orang lain. Ia lantas mengenakan kembali kacamata hitamnya, "Ayo," lanjutnya dan langsung berbalik melangkahkan kaki.

Tengah Jaemin masih menatap tak percaya sebelum meloloskan sebuah helaan dengan sebelah alis yang terangkat sebelum kembali mengeluarkan sebuah kalimat, "Dia bilang tidak masuk akal?"

***

Suara decitan terdengar begitu Mirae menginjak rem secara tiba-tiba membuat mobil yang dikendarainya berhenti secara mendadak di persimpangan jalan akibat menghindari terjadinya kecelakaan dengan sebuah bus yang baru saja lewat. Membuat keduanya mengatur napas karena terkejut.

"Hati-hati, Choi Mirae." Jaemin menoleh ke samping dengan ekspresi cemas yang masih tergambar dari wajahnya.

"Tertabrak bus tidak akan membuatmu langsung mati, kok."

Lelaki itu kembali menoleh menatap tak percaya ke arah Mirae yang sudah mulai menginjak pedal gas kembali, lantas berdecak, "Coba lihat bicaramu itu."

Menggerakkan tangannya memutar setir, Mirae kembali menginjak rem membuat mobil yang dikendarainya itu terparkir tepat di pinggir jalan. Menatap lurus ke depan dengan ekspresi datar yang mencoba tenang, sementara perasaannya sendiri masih kalut. Membuat Jaemin kembali menoleh dan ikut menatap heran Mirae di sampingnya, "Kenapa?"

"Tanganku gemetaran, nih." Mirae menggigit bibir bawah memandangi tangannya yang menggenggam erat setir di hadapannya itu, berkali-kali menarik napas. Padahal mungkin sudah lewat semenit yang lalu mereka berdua nyaris bertabrakan dengan sebuah bus. Namun reaksi dari perasaan kalut Mirae baru muncul sekarang. Tangannya yang gemetar. Kakinya pun ikut lemas, ditambah perasaan campur aduk tidak karuan yang membuatnya tidak tenang.

Jaemin yang menatap Mirae cemas langsung beralih meraih ransel yang diletakkan pada jok belakang. Sepertinya dia punya sesuatu di sana. Menggeledah ransel itu dan meletakkannya kembali ke tempat semula setelah mengeluarkan sebotol air mineral yang sepertinya tadi sempat diletakkan oleh ibunya sebelum berangkat. Membuka tutupnya, lantas langsung memberikan air tersebut kepada Mirae, "Ini coba minum dulu."

Diraihnya botol air milik Jaemin itu dan meneguk cepat, mencoba untuk sedikit lebih tenang. Mirae bahkan baru menyadari kalau yang tadi itu benar-benar mengerikan. Kalau telat menginjak rem sedikit saja, tidak tau apa yang akan terjadi. Hal bodoh macam apa yang diucapkannya pada Jaemin tadi?

Mengambil kembali botol air dari tangan Mirae dan menutupnya, Jaemin lantas meletakkan botol tersebut di atas dasbor dan kembali menatap Mirae. Dia bahkan bisa membaca kalau Mirae benar-benar kalut. Ia tidak tahu kalau ternyata Mirae bisa sampai seperti ini, dan dengan reaksi yang telat pula. Tangannya bergerak menggenggam tangan Mirae yang berada pada setir mobil. Dapat dirasakannya, tangan itu bahkan menjadi dingin sekali. Jaemin yakin Mirae benar-benar kalut. Menghela napas, Ia kemudian meloloskan sebuah kalimat, "Tarik nafas, dan coba tenang."

"Aku mati kalau tidak menarik napas."

Lelaki itu mengembalikan pandangan pada gadis di sampingnya. Mirae dan mulutnya itu... "Bukan tarik nafas seperti biasa itu maksudku."

Baru hendak menyahut, Mirae kembali mengatupkan bibir. Tidak ada maksud mengajak Jaemin berdebat dalam kondisi sekarang. Terlebih nada suara Jaemin dan tatapannya sekarang menyorotkan rasa cemasnya pada Mirae. Bagaimana bisa ia memperdebatkan hal tidak penting begitu? Memilih mengikuti perkataan Jaemin, ia kemudian menarik napas panjang membuat udara kembali memberikan pasokan oksigen ke dalam paru-paru sebelum menghela.

"Iya, begitu maksudku." Jaemin melepaskan genggaman tangannya pada Mirae, "Gimana sekarang?"

"Lumayan, sih."

Mendengar jawaban Mirae membuat lelaki itu mengerucutkan bibir ke samping. Lumayan... Bagaimana tolak ukur dari kata lumayan? Ia kemudian ikut menghela, menyandarkan diri sembari mengeluarkan ponselnya dari saku, "Nanti saja jalannya, tunggu benar-benar tenang."

"Kau berlebihan."

Jari Jaemin berhenti seketika di layar ponsel dan langsung menoleh ke arah Mirae dengan tatapan datarnya, "Apa maksudmu berlebihan? Kau mau berkendara dengan keadaan kalut seperti itu sementara kau sendiri tidak bisa pelan kalau membawa mobil?"

Oh. Sontak ia menolehkan kepala menatap Jaemin. Ternyata lelaki bertopi di sampingnya bisa juga berbicara dengan mengomel sepanjang itu. Ia kemudian memilih untuk menghela dan ikut menyenderkan dirinya, melemparkan pandangan ke arah jalan di depan tempatnya memarkirkan mobil.

Jaemin melepaskan topi yang ia kenakan, menampilkan rentetan surai nya yang sepertinya baru saja diganti warna menjadi cokelat. Lelaki itu terlihat mengarahkan ponselnya tepat di hadapan wajah, dengan penampilan kamera depan. Mengambil satu foto dan tersenyum puas sebelum jarinya kembali bergerak melakukan sesuatu pada selca yang baru saja diambilnya. Ntah mengedit, memposting, atau apapun.

Gadis di sampingnya menolehkan kepala, dengan sebelah alis yang terangkat sebelum meloloskan sebuah kalimat, "Ngapain kau kesini?"

"Aku?" Jaemin menoleh, mematikan layar ponsel sembari menimbang-nimbang sebelum menjawab tak yakin, "Ketemu kamu mungkin?"









.
.
.
tbc


Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang