40-Forget

1.3K 269 51
                                    

Jaemin duduk bersila di atas tempat tidur, menyenderkan dirinya, menatap sekilas ke arah Jeno yang tengah sibuk dengan ponsel di kasur sebelah, dan mengalihkan pandangan kepada Renjun yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Haechan balik duluan, ya." Suara Renjun langsung mengisi ruangan saat itu juga. "Datang akhir, pulang lebih dulu."

Jeno nampak melepas pandangannya dari ponsel, menatap Renjun dari balik kacamatanya sesaat kemudian tertawa kecil. "Dia sibuk."

Pandangan Renjun teralihkan ke arah layar ponsel yang menyala, sesekali bergetar, tergeletak di atas meja tepat di hadapannya. "Jaemin, banyak notifikasi ponselmu." Ia memandang ke arah Jaemin yang masih menatap tanpa arti.

"Biarkan dulu, aku lagi phobia ponselku."

Tak hanya Renjun, Jeno yang ada disana pun ikut menatap aneh temannya yang satu itu. Jeno mengedip sekali sebelum kemudian membuka mulut sambil tertawa pelan. "Ya, kau lagi aneh rupanya."

"Iya, aneh." Jaemin menghela napas kemudian hendak turun dari kasur. Namun, langkahnya terhenti tatkala pandangannya teralihkan kepada Renjun yang sudah mengenakan mantel dan hendak memakai masker membuatnya mengernyit. "Mau kemana?" tanyanya, "kembali ke Korea masih dua jam setengah lagi."

"Mau ketemu seseorang." Renjun menjawab. "Bilang manager hyung aku jalan bentar, ya," katanya lagi berucap cepat sembari melangkah dan keluar ruangan begitu saja.

Jaemin pun mengerjap melihat Renjun yang sudah menghilang dari balik pintu tiba-tiba, namun kemudian menghela pelan dan beranjak turun dari atas tempat tidur.

"Aku sempat lihat dia membuat janji dengan Min Eli." Kembali terdengar suara Jeno membuat Jaemin mengalihkan pandangan padanya. Dapat ia lihat Jeno kembali berucap malas. "Kenapa harus perempuan sinting seperti itu sih?"

Terkekeh pelan, Jaemin lantas menyahut menjawab. "Tidak apa, dia suka cewek sinting."

Sontak Jeno mengerjap menatap Jaemin yang sudah meraih kembali ponselnya padahal tadi mengatakan phobia. Masih ditatapnya Jaemin, sebelum sesaat kemudian menghela pelan. Berpikir, kalau Jaemin tidak paham dan tidak mengerti serta tidak tahu siapa yang dimaksud Jeno. 

"Kau juga suka yang sinting kan?" sahut Jeno lagi. "Choi Mirae contohnya."

Melepaskan pandangan dari ponsel, raut wajah Jaemin berubah menatap Jeno dengan kedua alis yang tertaut dan dahi yang berkerut. "Ya, cuman aku yang boleh bilang begitu, kalian jangan mengatai orang sembarangan, ya."

"Dasar bucin." Jeno berdecak, menatap mengejek.

Lantas Jaemin tertawa pelan. "Bercanda, sayang," ia berucap lagi. "Kalau Mirae dengar, kau bakal dilempar."

"Kalau Mirae dengar perkataanmu tadi, dia akan membalas sama denganku." Lelaki itu tertawa pelan. 

Lantas menghela napas mengabaikan Jaemin yang menatapnya bingung. "Dari sebagian cewek sinting di dunia, kenapa harus Min Eli coba?" Jeno menegakkan tubuh, melanjutkan topik percakapan. "Padahal penggemar banyak yang mengantri untuk jadi pacarnya, lebih waras pula, kenapa harus cewek itu?"

Akhir-akhir ini Jaemin jarang melihat Jeno cerewet dan banyak bicara begini kecuali saat rekaman konten. Alhasil lelaki itu meletakkan kembali ponselnya di atas meja, mendaratkan diri pada salah satu kursi disana dan memusatkan atensi pada Jeno di hadapannya. "Bukankah itu berbeda? Walaupun penggemar punya tempat di hatinya, tapi tentu berbeda kan? Kau paham itu, Jeno."

"Ya, tapi jangan dengan sassaeng juga lah." Entah mengapa Jeno jadi frustasi sendiri. "Seperti tidak ada yang lebih waras saja."

"Sassaeng?" Tatapan Jaemin kepada Jeno lagi-lagi memancarkan keheranan.

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang