"Aneh, kan? Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang salah kenapa dia marah?" Mirae menangkupkan dagu pada telapak tangan yang bertumpu di atas meja, memandangi Jaemin sembari menaikkan sebelah alis heran. "Betulan kerasukan? Memang betulan ada yang begitu?"
"Choi Mirae, itu bukan marah." Jaemin menghela pelan. "Ada sesuatu yang mengganggunya, sudah terlihat dari awal kalian datang kok."
"Kau tau darimana?" Mirae bergerak maju, menatap antusias seakan mereka berdua tengah berada dalam topik pembahasan yang menegangkan.
"Kau pikir selama ini dia tinggal dengan siapa?"
Menghela pelan, Mirae menyenderkan dirinya. Pandangannya beralih kepada Jisung, Jeno dan Chenle yang tengah sibuk bermain game pada ponsel di sofa.
"Kau jadi banyak bicara." Jaemin kembali bersuara membuat Mirae mengembalikan pandangan padanya. "Cerewet sekali."
"Dari dulu aku juga banyak bicara, dari sejak dengan kalian."
Jaemin tak menyahut, sampai Mirae menolehkan kembali kepala sebab kehebohan Jeno, Chenle, dan Jisung. Lantas mengembalikan pandangan pada lelaki di hadapannya.
"Kau tidak ikut mereka?" tanyanya sembari mengangkat kedua alis.
"Dan meninggalkanmu sendiri disini?" Jaemin menghela pelan melanjutkan dengan gumaman kecil. "Menemanimu mengobrol juga pilihan yang bagus, kok."
"Baiklah, ayo pergi."
Pandangan mata seisi ruangan tertuju pada pria paruh baya yang baru saja turun dari lantai dua. Mereka menatap ke arah lelaki yang sedari tadi mereka tunggu itu.
Mirae bahkan sampai menghela dan merotasikan mata malas. "Paman lama sekali bersiap," katanya, "mereka yang artis betulan saja tidak bersiap selama paman."
Yang dimaksud, Choi Jiseok, menatap satu persatu seisi ruangan sebelum kembali menatap Mirae dan menjawab malas, "Mereka itu mau bagaimanapun juga tetap tampan, pamanmu ini sudah tua."
Sontak suara tawa dari sofa menyambar, Jisung menatap sembari menyimpan ponselnya. "Akhir-akhir ini hyung sering sekali memuji."
"Apa? Aku? Memujimu?" Jiseok menatap Jisung dengan kedua alis tertaut lantas melontarkan tawa kecil. "Maaf, aku tidak mengenalmu."
"Humormu payah." Mirae dan Jaemin berseru bersamaan.
Jiseok menelengkan kepala, mengembalikan pandangan kepada Mirae dan Jaemin yang menatapnya aneh. Mirae lantas menghela pelan, mengabaikan ekspresi bingung pamannya. Memilih mengeluarkan kunci mobil dan meletakkan benda itu di atas meja. "Bawa saja mobilku, aku sudah memanggil taksi untuk kesini."
Jaemin hendak membuka mulut, namun segera teralihkan dengan suara hentakan kaki menuruni tangga kayu di sisi ruangan disusul Renjun yang bersuara sembari melangkah mendekat. "Kita pergi sekarang? Aku tidak sabar mau jalan-jalan lagi."
Dengan mata memicing, Jaemin menatap Renjun sebelum menyahut. "Kau bahkan baru kembali dari keluar berasama Mirae."
"Hanya keluar." Renjun mengidikkan bahu. "Bukan jalan-jalan."
"Tempat ini jauh, menggunakan taksi pasti tarifnya mahal," sahut Jiseok menyela pembicaraan Renjun dan Jaemin. Menatap Mirae bingung.
Mirae menghela pelan, entah kenapa pamannya malah mempermasalahkan hal seperti ini. Ia menangukpkan dagu pada telapak tangan dengan siku bertumpu pada meja sebelum berucap enteng, "Orang tua ku cari uang kan untuk dibuang-buang. Sudah, pergi sana. Keburu sore."
"Choi Mirae -"
"Na Jaemin." Mirae menyahut cepat menatap Jaemin. Tahu benar kalau lelaki yang tengah duduk di hadapannya, menatapnya tak percaya ini, akan memberikan bermenit-menit ceramah lagi. Sebelum itu, Mirae menghentikan dan mengulas senyum tipis yang terkesan dipaksakan. "Nikmati waktu liburanmu saja, Nana." ugh, lidah sialan. Kenapa rasanya aneh sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔