2-Canal

6.8K 725 24
                                    

"Na Jae -"

"Tidakkah kau rasa disini aman?" Jaemin memotong perkataan Mirae yang baru saja akan melontarkan protes lantaran ia melepaskan masker nya begitu kembali ke areal parkir hotel setelah dibantu oleh Mirae untuk memesan sebuah kamar dan meletakkan barang-barang di sana.

Mirae berdecak, "Tapi tetap saja." Tetap saja pasti ada yang akan mengenali Jaemin, "Apa salahnya, sih, waspada?"

Jaemin menghela. Terkadang dia juga suntuk harus seperti ini. Mungkin Mirae berlebihan, mana mungkin ada yang akan sadar kalau Na Jaemin sedang berada di negara orang sekarang. "Ayo pergi," ucapnya kemudian dan langsung masuk begitu saja ke dalam mobil Mirae.

Mirae ikutan menghela, menyingkap rambut ke belakang sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil dan mendaratkan dirinya pada kursi kemudi tepat di sebelah Jaemin. Tangannya yang hendak memutar kunci, tiba-tiba terhenti tatkala matanya terkunci mengikuti gerak arah lelaki yang tengah merangkul seorang gadis di sampingnya melewati mobilnya untuk masuk ke dalam hotel tersebut. "Wah," gumamnya tanpa sadar. Jelas ia mengenali lelaki itu. Berdecak sebelum sebuah umpatan keluar dari mulutnta, "Klootzak."

Jaemin sontak menoleh, menaikkan sebelah alis menatap Mirae yang masih menatap datar ke arah sepasang kekasih yang sudah menghilang dari pandangannya.

Ntahlah, sudah berbulan-bulan lewat. Namun kekesalan Mirae tatkala netranya menemukan lelaki itu lagi secara sengaja ataupun tidak berada di hadapannya, itu benar-benar membuatnya ingin segera menghampiri dan melayangkan sebuah tamparan.

Jaemin yang masih memandangi Mirae sontak melepas pandangannya dan langsung mengeluarkan ponsel, menggerakkan jari membuka aplikasi translate dan mencoba mengetik apa yang dikatakan oleh Mirae barusan. Dia tidak pernah mendengar ataupun membaca yang satu itu. "Wow..." Gumamnya menatap layar ponsel setelah menemukan hasil.

*Bajingan.

Lantas lelaki itu kembali menolehkan kepala ke arah Mirae, "Siapa itu?"

Mirae berdecak dan kembali memutar kunci mobilnya sebelum meloloskan sebuah jawaban, "Bukan siapa-siapa."

Jaemin menaikkan sebelah alis di samping Mirae. Bukan siapa-siapa gimana?, pikirnya. Jelas-jelas Mirae mengumpat ketika melihat lelaki asing yang berjalan merangkul seorang perempuan tadi. Pada akhirnya ia hanya menghela napas, membiarkan Mirae diam dan mulai mengeluarkan mobil dari tempat parkiran. Matanya sedikit melirik ke arah Mirae, menoleh lagi ke depan, lalu balik lagi menatap Mirae di sampingnya, "Mau kemana kita?"

"Terserahmu."

"Kau yang menyetir, 'kan?"

Mirae menoleh sekilas, "Kau mau kemana?" ujarnya sementara Na Jaemin kembali menghela napas. Sekarang dia kesal kepada lelaki yang tadi dilihat oleh Mirae, karena dia mood Mirae jadi jelek begini.

Perusak suasana, desisnya dalam hati.

Memendam semua kekesalannya, Jaemin berlagak seperti sedang berfikir sembari mengedarkan pandangan ke pinggir-pinggir jalan. Barangkali ada tempat yang bisa didatangi di sekitar sini saja.

"Parkirkan saja mobilmu, lalu kita jalan kaki."

Mirae menoleh sekilas lalu kembali fokus ke arah jalan dengan sebelah alis yang terangkat. Benar, orang-orang yang sedang berlibur ada baiknya menikmati udara musim gugur di Amsterdam, berjalan-jalan di sekitar kanal, memakan makanan di pinggir jalan ketimbang dengan kendaraan yang membuat macet seperti ini. Ia akhirnya mengangguk, menuruti Jaemin untuk memutar setir dan segera memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, di bawah-bawah pohon, dekat dengan kanal yang biasa menjadi tujuan orang untuk berjalan-jalan.

Keduanya melepas seatbelt bersamaan dan langsung turun. Menghirup segarnya udara musim gugur kota Amsterdam hari ini.

"Musim apa yang paling cocok di tempat ini?" Jaemin membuka pembicaraan dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku jaketnya. Udara musim gugur di Amsterdam lumayan dingin juga rupanya. Mungkin pengaruh udara musim dingin yang akan tiba sebentar lagi, mengingat ini sudah masuk pada bulan Oktober.

"Musim panas," jawab Mirae kemudian.

Jaemin mengedarkan pandangan, memandangi kanal Brouwersgracht yang diisi oleh perahu-perahu, juga deretan sepedah yang berjejer pada pagar pembatas kemudian mengidikkan bahu sebelum kembali meloloskan sebuah kalimat, "Musim gugur juga bagus kok." Ia menoleh ke arah Mirae yang hanya menarik kedua sudut bibir seadanya. Raut wajahnya masih sama, sayang sekali Jaemin tidak bisa membaca tatapan gadis itu. Lantas meloloskan sebuah helaan sebelum kembali berucap, "Apa seperti ini Rachel Choi?"

Mirae menoleh, menaikkan kedua alis menatap heran ke arah lelaki di hadapannya sekarang, menagih maksud dari apa yang diucapkan Jaemin dari mulutnya barusan. Tidak menangkap juga apa yang ia dengar barusan. Saling menatap sampai akhirnya Mirae mengalihkan pandangan dan menghela, dengan kedua tangan yang diletakkan di pinggang, "Tidak tau kenapa aku kesal, bukan kesal, tapi aku tidak tau apa ini." Ia menyingkap rambut ke belakang. Aneh, walaupun perasaannya lebih didominasi oleh perasaan kesal. "Efek samping melihat mantan," gerutunya.

Sontak membuat Jaemin tertawa mendengar apa yang dikatakan Mirae barusan, "Bisa-bisanya begitu." Ternyata mantan, pikirnya dalam hati.

Yang ditertawakan malah menatap sebal, lantas berdecak, "Kau tidak tau apa-apa."

Jaemin mencoba menghentikan tawanya. Mungkin benar, Jaemin juga tidak tahu apa yang dilalui Mirae dengan si mantan itu sampai-sampai melihatnya saja membuat Mirae mengumpat dan kesal hingga mempengaruhi suasana hari ini. Jaemin menarik napas, memandang ke sekeliling, "Dimana aku bisa mendapat es krim?"

Mirae menoleh menaikkan kedua alisnya, "Kau mau es krim?"

"Untukmu," balas Jaemin, "Kata orang es krim bisa bikin mood cewek meningkat."

"Tidak usah, kita jalan saja." Mirae melangkahkan kakinya mendahului Jaemin, pergi ke arah jembatan membuat Jaemin ikut melangkah cepat menyusul Mirae ke sana. Tempat ini tidak terlalu ramai juga, pikirnya.

Mirae berhenti lalu berbalik, tangannya menggenggam pagar pembatas yang ada di jembatan tersebut, memandangi perahu-perahu yang ada di aliran air di bawahnya.

"Naik itu, yuk." Suara Jaemin kembali terdengar.

Membuat Mirae menoleh menatap lelaki di sampingnya bergantian dengan perahu kanal yang dimaksud oleh Jaemin, sontak menggelengkan kepala, "Tidak, jangan coba-coba membawaku ke atas sana. "

"Kupikir kau tidak takut apapun." Jaemin mengembalikan pandangan ke arah kanal dengan senyum kecil yang muncul pada wajahnya sebelum kembali melanjutkan, "Ternyata Choi Mirae ini juga punya ketakutan, ya."

"Ada banyak yang kutakutkan," sahutnya,  "Aku takut naik perahu..." Mirae menoleh ke arah Jaemin sekilas, lalu mengembalikan pandangannya ke depan, "Aku takut orang tuaku."  Jaemin menolehkan kepala, menatap serius ke arah Mirae yang masih memandang lurus ke depan sampai gadis itu kembali melanjutkan, "Aku takut dapat nilai rendah."

"Pasti kau gila belajar."

Mirae tertawa kecil mendengar celetukan Jaemin. Menundukkan kepala sampai rambut-rambutnya jatuh. Itu yang diucapkan orang-orang yang mengenalnya dulu, tapi setidaknya itu tidak cocok lagi untuk dia yang menjelma menjadi Choi Mirae. Mengembalikan pandangan ke depan, lantas menghela dan kembali meloloskan sebuah kalimat, "Aku juga takut punya hubungan lagi."





.
.
.
tbc

Telat banget ㅠㅠ




Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang