"Jisungieeee ~~~ Chenle yaaa ~~~"
Suara Jaemin yang sengaja dibuat seimut mungkin mengisi ruang tengah dorm mereka. Lelaki itu menggelayutkan tangannya pada Chenle sementara Jisung sudah lebih dulu lari menghindar sembari memandang geli.
Ah, hyung nya yang satu itu kumat lagi. Ia bergidik dan memilih melangkahkan kaki ke belakang.
"Hyung ini kenapa sih?" Chenle melangkah menjauh begitu Jaemin melepaskan tangannya. Dia sudah biasa begini, tinggal satu atap tentu membuatnya terbiasa. Jaemin hanya sedang gabut dan butuh seseorang untuk diganggu saja, pikirnya. Ia hanya pasrah.
Sementara si pembuat keributan hanya tertawa kecil melihat ekspresi kedua adiknya itu. Ia memilih merebahkan diri di atas sofa, melihat teman-temannya yang sedang mondar mandir melewatinya.
Sesaat tersadar, ia tak melihat seorang lagi sejak tadi. Lantas membuatnya menautkan alis dan bertanya pada Renjun yang kebetulan lewat. "Jeno mana?"
Renjun menghentikan langkahnya sesaat, masih dengan ekspresi wajah seperti mengumpulkan nyawa, lelaki yang masih mengenakan piyama tidurnya itu tampak berpikir sesaat, mengingat-ingat. "Tadi dia bilang mau ke kantor agensi, tapi tidak tau sih itu nyata atau mimpi. Aku baru bangun soalnya." Ia tampak mengucek sebelah matanya.
Terdiam menatap, Jaemin menghela sesaat kemudian. "Mandi sana," katanya.
"Tanpa kau suruh." Renjun bergumam, namun masih dapat ditangkap oleh pendengaran Jaemin. Lelaki itu lantas kembali melanjutkan langkahnya, hendak segera pergi ke kamar mandi sebelum niatnya untuk mandi pagi hilang tiba-tiba.
Renjun masuk ke dalam kamarnya. Merasa nyawanya sudah kembali seutuhnya ke dalam tubuh, ia bergerak mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Kebetulan layar ponsel itu menyala bersamaan dengan suara dentingan notifikasi yang terdengar.
Sedikit menyipitkan mata, ia membaca notifkasi pesan yang muncul di layar ponselnya itu. Sebelum kemudian mendengus pelan. "Pesan dua hari lalu baru dibalas sekarang," gumamnya, "padahal aku yang artis disini." Diletakkannya ponsel itu kembali ke tempat semula. "Nanti aja deh balasnya, gantian sok sibuk." Lantas berbalik, dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Meninggalkan ponsel itu masih dengan layarnya yang menyala di atas sana.
Min Eli
Kudengar kalian mau ke Osaka
Min Eli
Temui aku di sana saja
***
"Choi Mirae!"Gadis itu tersentak menghentikan langkah tatkala suara berat seorang laki-laki menyerukan namanya secara tiba-tiba. Ia lantas berbalik, hendak mengomel. Netranya mendapati Jeno yang berjalan cepat mendekat padanya.
"Apa tidak bisa santai memanggilnya?" keluh Mirae.
Lelaki itu malah menghela dan menurunkan maskernya. "Kau saja yang gampang kaget."
Mirae hendak mengumpat, namun ia urungkan. Memilih melontarkan pertanyaan kepada lelaki di hadapannya. "Ngapain di lantai karyawan?"
"Ah ya, itu, mau nanya." Jeno menatap Mirae dari balik kacamatanya.
Kedua alis gadis itu tertaut, menanti Jeno lanjut membuka mulut. Agak heran juga Jeno tiba-tiba menghampirinya begini, seingatnya dia jarang berinteraksi dengan lelaki di hadapannya ini.
"Kok kontak Kim Ah Reum tidak aktif? Kau tau kenapa? Aku mencoba menghubunginya sejak kemarin."
"Ya, dia sibuk berarti." Mengidikkan bahu, Mirae menjawab seadanya. "Kau tau dia baru masuk kuliah, pasti sibuk. Kenapa sih memang? Penting sekali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔