"Jangan berani-berani kau, Choi Jiseok."
"Noona —"
"Aku menitipkan anakku padamu bukan untuk kau hasut seperti itu."
"Bukan —"
"Kau pikir aku mau membiarkan anakku bekerja di industri semacam itu?"
"Noona —"
"Kau pikir aku tidak tahu bagaimana perusahaan industri hiburan yang dibawahi orang-orang kapitalis itu bekerja?"
"Noona dengarkan —"
"Kau pikir aku akan membiarkan anakku bekerja di industri kotor semacam itu?"
"Noona —"
"Kau pikir akan kubiarkan anakku ada di balik layar dari industri seperti itu??"
"Noona —"
"Orang tuanya memiliki bisnis sendiri, kenapa dia harus bekerja untuk perusahaan orang lain? Perusahaan AI ku bahkan lebih baik dari industri hiburan seperti itu!"
"Noona, bahasa Koreamu buruk. Berikan ponselnya pada ayah Rachel, aku mau bicara dengan kakakku."
Jiseok menyela, memotong secara cepat mencegah wanita di seberang sana untuk berbicara lebih panjang lagi.
"Dia sedang keluar, ponselnya tertinggal."
Mendengar itu membuat Jiseok kemudian menghela pelan. "Baiklah, sampai jumpa." Ia kembali berucap cepat dan langsung memutuskan panggilan telfonnya secara sepihak. Lantas menghembuskan napas berat.
"Itu... Ibunya Choi Mirae?" Lelaki di sebelahnya —Na Jaemin bersuara, dengan kedua alis yang terangkat ke atas, menatap penasaran. Sebelum Choi Jiseok membalasnya dengan anggukan dan Jaemin kembali membuka mulut berujar tak percaya. "Sekarang aku tidak heran kenapa dia bisa punya mulut se-ember itu."
"Padahal kau sama saja."
Jaemin lantas mendelik kepada managernya yang satu itu, menatap tak setuju. "Aku berisik tapi tidak secerewet kau dengan Mirae ya, hyung."
"Masa?" Jiseok memusatkan atensinya pada Jaemin dengan tatapan tak percayanya dilontarkan pada lelaki di sampingnya itu.
"Kayaknya."
Mendengar itu lantas membuat Choi Jiseok di sampingnya tertawa pelan, menyenderkan tubuhnya dan menghela napas.
Jaemin meraih botol air dari atas meja di hadapan mereka. "Perkataan ibunya Mirae benar semua, ya," katanya sembari membuka tutup botol air mineral di genggamannya lantas menenggak air tersebut menghilangkan rasa tercekat pada lehernya.
"Dia saja yang sok suci, mana ada yang bersih di dunia bisnis."
"Hyung sok tahu sekali, padahal tidak semua seperti yang kau lihat dan jalani sekarang." Jaemin menyela. "Perusahaan entertaiment seperti ini kan memang beda dengan yang diluaran sana?"
"Tetap saja."
"Tapi, kenapa tiba-tiba mau merekrut Mirae lagi?" Jaemin mengubah topik, tatapan penasarannya tertuju pada pria paruh baya di sampingnya itu.
"Anak itu sempat menyusun konsep untuk grup, idenya bagus, dan perusahaan ingin merekrutnya," jelas Jiseok yang disusul anggukan Jaemin, tak lama Jiseok tertawa kecil sebelum kembali membuka mulut. "Perusahaan sudah mengirimkan e-mail padanya, dan kau tau? Dia mengira SM salah kirim e-mail." Ia berujar sambil menggeleng tak percaya mengingat perkataan Mirae padanya tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔