Prolog

14.8K 964 63
                                    

Dua bulan lebih tidak menyentuh pelajaran, tidak akan membuat otakku tumpul. Sudah kubilang, aku tidak perlu belajar. Lantas kututup kumpulan soal-soal untuk ujian universitas di meja belajar dan beranjak mengambil gelang ikat rambut di dalam laci nakas samping tempat tidur dan mengucir rambut sebelum meraih ponsel di atas tempat tidur dan melenggang melangkah keluar dari kamar.

Setelah menutup pintu kamar, kulihat Ellen juga baru saja keluar dari kamarnya. Kakakku yang satu itu sudah mulai sibuk kembali beberapa minggu belakangan ini. Shooting, pemotretan, dan sebagainya. Aku menghela tatkala ia melangkah dan tiba di hadapanku, "Aku mau jadi manager-mu saja."

"Kau belajar saja yang benar," ucapnya sekilas kemudian melangkah melewatiku.

Aku memperhatikannya menuruni tangga rumah, memperhatikan langkahnya yang benar-benar hati-hati. Tidak salah memang dia adalah public figure. Sampai kemudian rambut pendek pirang merah itu menghilang dari tangga, aku memutuskan untuk mengambil langkah berlawanan menuju ke balkon rumah. Aku butuh udara sekarang.

Sampai di balkon rumah, dapat kulihat mobil yang dikendarai Ellen baru saja keluar. Tanganku menggenggam pada pagar balkon, lantas kembali menghela. Orang tuaku sudah pergi bekerja sejak pagi, dan Ellen baru saja memulai aktivitasnya hari ini. Dan aku, benar-benar seperti pengangguran. Tiba-tiba aku ingin kembali ke Seoul -Mereka sedang apa, ya, sekarang?

Sudah dua bulan dan jadwal mereka pun bukan di bawah kendaliku pula. Sepertinya lebih sibuk sekarang, mereka tidak memberikan kabar dan aku pun rasanya tidak ingin mengganggu. Mataku mengarah ke arah pergelangan tangan kananku, mengulas senyum kecil melihat pemberian Jaemin sewaktu mengantarku.

Asal kalian tahu, anak itu manis sekali.

Seketika ponsel yang sedari tadi ada pada tangan kiri yang kugenggam bersamaan dengan pagar balkon itu berdering. Membuatku menautkan alis menatap layar, membaca nama kontak yang terpajang di sana. Aku mengerjap, baru saja dipikirkan, namanya sudah tertera di layar. Lantas langsung kujawab panggilan tersebut lalu menempelkan ponsel pada telinga kanan sampai suara dari seberang sana terdengar, jelas sekali aku mengenal suara itu.

"Bisa jemput aku di 'Schiphol Airport' sekarang?"

.
.
.
Prolog




Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang