"Haechan."
Jaemin menoleh sekilas ke arah Mirae yang tengah fokus menyetir menjawab pertanyaannya sebelum jarinya bergerak di atas layar ponsel menjawab panggilan video yang baru saja masuk lantas memosisikan ponselnya tepat di depan wajah.
"Ada apa?" katanya.
Dari layar ponsel, ia dapat melihat Haechan menaikkan kedua alis sebelum mendengar suara lelaki itu dari seberang sana. "Memang harus ada apa-apa dulu? Tidakkah kau tahu aku merindukanmu?"
Mendengarnya membuat Jaemin menatap tak percaya ke arah layar ponsel, lantas menggeleng pelan. "Wah, kalimatmu barusan terdengar horror."
Terdengar suara tawa Haechan dari sana, lantas lelaki itu mengalihkan pembicaraannya. "Kau dengan noona yang satu itu?"
Jaemin langsung menghadapkan ponselnya ke arah Mirae yang tengah menyetir, gadis itu melirik sekilas sebelum menyahut, "Apa? Kau rindu padaku?"
"Wah, noona. Kau tambah cantik."
"Iya, aku juga merasa begitu." Mirae kembali menjawab.
Ponsel itu kemudian langsung diarahkan kembali oleh Jaemin menghadap kepadanya. Menaikkan kedua alis lantas bertanya, "Kau sendirian? Dimana?"
"Di dorm, dengan orang ini." Haechan terlihat mengarahkan ponselnya ke sisi lain. Menampilkan Mark yang tengah melahap makanan. Lelaki itu kemudian menoleh kepada ponsel Haechan. "Halo," sapanya sebelum Haechan kembali menghadapkan ponselnya itu ke arah dirinya sendiri. "Aku ingin melihat Amsterdam juga, tapi kau malah di dalam mobil. Tidak apa, yang penting melihat Mirae. Haha."
Jaemin menaikkan sebelah alis, melirik ke arah Mirae sekilas yang tengah tertawa kecil mendengar perkataan Haechan sebelum mengembalikan pandangan ke arah si penelfon di hadapannya. "Kalau tidak ada yang penting kututup, ya?"
"Wah, sejak kapan kau jadi sekejam itu?" kata Haechan tak percaya, menatap Jaemin seolah-olah itu adalah hal di luar nalar. Lantas suara tawa Mark pun ikut terdengar dari seberang sana.
Mirae menggeleng pelan mendengar percakapan mereka. Ia kemudian memutar setir dan memarkirkan mobil, melepaskan seatbelt, lantas menoleh ke arah Jaemin dan ponselnya sebelum tiba-tiba mengambil ponsel itu dari Jaemin dan menghadapkan layar tersebut ke arahnya. Mengulas senyum yang jarang ia tunjukkan lalu menyapa dengan cara terwajar. "Hai, apa kabar?"
Hening. Diam beberapa saat sebelum suara dari seberang sana kembali terdengar. "Wah, Choi Mirae. Sekarang kau yang terdengar horror." Itu suara Mark.
Mirae berdecak, "Aku seenaknya salah, aku ramah salah. Aku cantik memang yang paling benar."
"Iya, iya, cantik, terserahmu."
Jaemin mengambil kembali ponselnya tatkala Mirae baru saja hendak membuka mulut lagi. Menghadapkan ponsel itu ke arahnya. "Sudah ya, kami sibuk," ucapnya kemudian menutup sambungan secara sepihak begitu saja.
"Dia belum selesai bicara." Mirae menyahut di sampingnya.
Membuat Jaemin menoleh kemudian menggeleng. "Tidak penting. Sekarang kita mau kemana?"
Mirae menunjuk keluar dengan dagunya mengisyaratkan Jaemin untuk turun. Lelaki itu mengangguk dan ikut melepaskan seatbelt nya dan turun dari sana bersama Mirae.
Pandangannya mengedar ke sekeliling. Mirae memarkirkan mobil di pinggiran kanal. Ada beberapa mobil lain juga di sana dan banyak sepeda yang berada di tempat itu. Motor-motor juga terparkir di seberangnya.
Mata Jaemin kemudian mengarah tepat ke arah bangunan di hadapan mereka. Menautkan alis dan kembali menoleh ke arah Mirae. "Itu kampus?"
Mirae mengikuti arah pandang Jaemin ke arah bangunan di hadapan mereka, lantas mengangguk menjawab, "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔