"Wah, gila."
Jaemin dan Renjun sontak terpaku menatap dengan mulut ternganga tatkala melihat Mirae melayangkan tamparan kepada seorang lelaki di hadapannya ketika hendak menghampiri gadis itu di tempat parkir. Mereka berdua saling menatap seram menyaksikan kejadian yang tiba-tiba menyambut mereka begitu keluar dari hotel.
Keduanya pun hanya bisa terpaku di tempat, menyaksikan dengan kalut bagaimana tatapan Mirae kepada lelaki yang bersamanya sekarang. Jaemin menahan Renjun untuk tidak tergesa-gesa menghampiri selama tidak ada sesuatu yang buruk terjadi, membuat Renjun lantas melayangkan protes, "Kurang buruk apa kalau menampar orang??"
Jaemin menghela, mengisyaratkan Renjun untuk tetap diam di tempat sampai Mirae kemudian melirik dan menyadari keberadaan mereka berdua yang sedari tadi memperhatikannya dengan perasaan kalut bercampur bingung. Mirae kemudian melirik sekilas kepada lelaki di sana dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
Seakan paham dengan maksud Mirae, Jaemin memberi isyarat kepada Renjun untuk segera pergi dan masuk ke dalam mobil. Mereka berdua lantas langsung menyusul Mirae.
Renjun langsung membuka pintu bagian belakang sementara Jaemin hendak di depan. Jaemin menunduk sedikit melewati lelaki yang masih berdiri di dekat mobil Mirae tersebut. "Permisi, mas." Ia berucap pelan namun dengan wajah datar sebelum ikut masuk ke dalam mobil.
Begitu mendaratkan diri, Jaemin kembali menolehkan kepala keluar jendela menatap lelaki yang masih betah berdiri di luar sana menatap datar ke arah mereka namun sedetik kemudian menyunggingkan senyum miring.
Jaemin mengerjap, menyadari bahwa lelaki itu adalah lelaki yang kemarin, mantan Mirae maksudnya. Astaga, sayang sekali Jaemin tidak memperhatikan betul-betul waktu di luar tadi. Ia kemudian menoleh ke arah Mirae, hendak membuka mulut, namun Mirae sudah duluan menginjak pedal gas dan memutar setir membuat Jaemin akhirnya mengurungkan niat. Untuk meminta izin Mirae mengurus lelaki di luar itu. Mirae terlihat kesal sekali masalahnya.
"Noona -"
"Jangan dibahas." Mirae pun langsung menyergah tatkala Renjun yang di belakang membuka mulut.
Lelaki itu menatap datar sebelum kembali berbicara. "Iya, tapi menyetirnya pelan-pelan. Aku tidak mau mati di negara orang."
"Berhenti saja dulu." Jaemin menoleh dan ikut menyahut.
Menuruti perkataan Jaemin, Mirae memutar setir, memberhetikan mobilnya tepat di pinggir jalan yang berbatasan langsung dengan kanal. Membuat Jaemin dan Renjun akhirnya menghela. Bukan apa, jalan yang mereka lalui benar-benar tidak wajar sekali kalau dipakai kebut-kebutan.
Renjun menyenderkan tubuhnya memandangi Mirae. Sudah lama rasanya dia tidak bertemu dengan Mirae, sekarang bertemu Mirae tidak sedang dalam suasana hati yang bagus. Renjun mengerucutkan bibir ke samping, cukup paham bagaimana Mirae, akhirnya lelaki itu mengenakan kembali topi yang sedari tadi ia pegang. "Ayo, keluar. Aku mau cari udara," ucapnya dan langsung turun begitu saja tanpa menunggu persetujuan Mirae ataupun Jaemin.
"Astaga, Renjun. Nanti kau hilang lagi." Mirae langsung menyergah cepat dan ikut turun, mengingat kejadian Renjun tersesat sewaktu ke Indonesia karena nekat berjalan-jalan sendirian. Jaemin pun ikut turun menyusul Mirae yang tengah memperhatikan Renjun yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah tempat bertuliskan 'Ponte Arcari' tepat di atas pintu utama. "Coba lihat anak itu." Mirae berdecak.
"Apa disitu?" tanya Jaemin menaikkan kedua alis menatap Mirae.
"Restaurant Italia." Mirae menghela napas, menoleh menatap Jaemin sembari menaikkan sebelah alis, "Kau mau kesana?"
Jaemin mengidikkan bahu, "Siapa yang bisa menolak makanan?" ujarnya kemudian melangkahkan kaki begitu saja meninggalkan Mirae yang masih berdiri di dekat mobilnya.
Menghela untuk kesekian kali, Mirae akhirnya melangkah malas menyusul Jaemin dan Renjun masuk ke dalam tempat tersebut.
Ia mengedarkan pandangan, mendapati Jaemin yang baru saja menarik kursi dan Renjun yang sudah sibuk memilah buku menu. Yang benar saja. Mirae lantas kembali melangkah dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Jaemin.
Seusai memesan beberapa menu makan siang, Mirae dan Jaemin bersamaan mengeluarkan ponsel dari saku mereka lantas membuat Renjun menatap keduanya bergantian dan dengan sigap mengambil kedua ponsel itu dari tangan pemiliknya.
"Hey." Jaemin hendak melayangkan protes.
"Tidak akan kubiarkan kalian mengabaikanku karena benda ini." Renjun menutup kembali kedua layar ponsel tersebut dan meletakkannya di atas meja, tepat di hadapannya sebelum melanjutkan, "Ayo mengobrol tanpa ponsel."
"Kau juga sering mengabaikanku, kok." Jaemin menyahut sembari menyenderkan dirinya dengan sebelah alis yang terangkat.
"Kapan?" Renjun balik menatap. "Aku tidak pernah merasa mengabaikan kalian."
"Memang kau bisa sadar kalau sedang mengabaikan seseorang?"
"Kenapa tidak bisa?" Renjun menaikkan sebelah alis.
Mirae menghela, sebelum Jaemin dan Renjun memperdebatkan hal tidak penting, gadis itu pun membuka suara. "Setelah ini mau kemana?"
"Makanan kita saja belum datang, dan kau sudah bertanya setelah ini."
Gadis itu melirik ke arah Renjun. Pada akhirnya kembali menghela dan membenarkan posisi duduknya. Tidak ada habisnya kalau Renjun terus-terusan menjawab.
Tak beberapa lama, pelayan restaurant tersebut datang menyajikan makan siang di atas meja mereka.
"Setelah ini kita ke Anne Frank House saja. Aku penasaran disana," kata Renjun kemudian sambil mengambil alat makannya.
"Makananmu saja belum kau sentuh, dan kau sudah mau kesana."
Renjun mengerjap, menolehkan kepala, ke arah Mirae yang baru saja menjawab perkataannya tanpa menoleh ke arahnya sama sekali. Otaknya mencerna kata-kata Mirae yang baru saja gadis itu keluarkan sebelum bergumam pelan, "Siapapun, bantu aku."
Di depannya Jaemin malah cekikikan memperhatikan Renjun dan Mirae bergantian. "Satu sama, deh."
"Apa yang kau tahu tentang tempat itu?" Mirae menengadah, melontarkan pertanyaan pada Renjun sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Museum biografi yang didedikasikan untuk penulis buku harian Anne Frank," jawab Renjun. "Aku baca di internet semalam."
Mendengar jawaban Renjun membuat Jaemin ikut menengadah, menatap Renjun dengan sebelah alis yang terangkat, "Kukira rumahnya Anne Frank."
"Mungkin." Renjun mengidikkan bahu, "Aku juga tidak tahu banyak. Pasti Mirae tahu lebih banyak, kan dia tinggal disini."
Mirae diam, menatap Jaemin dan juga Renjun bergantian sebelum mengidikkan bahu dan menyahut, "Tidak. Makanya aku bertanya."
"Astaga." Renjun menghela, menatap Mirae tak percaya. Dia ragu Mirae tidak mengetahui soal tempat bersejarah di negaranya itu. "Kau ini memang baru keluar dari goa, ya?"
"Setelah dari tempat itu, kita ke rumah Mirae."
.
.
.
tbcHappy Birthday, Nanaaa
You're best boy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔