Jeno
Coba saja aegyoPembodohan part 2, desis Mirae dalam hati seusai membaca pesan balasan dari Jeno barusan. Ia pun mendengus jengah, tidak pernah mengira kalau meminta maaf bisa menjadi serumit ini. Jaemin jarang marah sih, ya. Apalagi padanya.
Kembali menjatuhkan kepala pada tali ayunan, matanya mengarah kepada Jaemin yang sudah melipat kertas di hadapannya dan tersenyum puas. Membuat Mirae ikut menyunggingkan senyum tipis melihatnya. Itu semacam perasaan senang ketika tujuan sederhana mu terselesaikan dengan mulus.
Sepertinya Jaemin sudah menyelesaikan aktivitas menuangkan ide nya. Mirae merasa punya kesempatan untuk menganggu --membujuk kembali maksudnya. Oh sial, ia berdecak dalam hati. Sejak kapan Mirae berusaha berpikir hanya untuk sekedar meminta maaf?
Padahal dia merasa tidak melakukan kesalahan yang besar. Atau Na Jaemin sedang sensitif?
Ia melihat Jaemin yang sudah bangkit dari duduk dan melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah, membuat Mirae tambah menatap heran. Sudah, begitu saja?
Gadis itu menghela pelan, Jaemin tidak seperti itu. Apa dia kerasukan hantu yang benar-benar ada di kamar Mirae. Mirae menggeleng pelan, pemikiran bodoh macam apa itu? Tidak ada hantu di dunia.
Mirae mengurungkan niat untuk berdiri, tatkala ia merasakan ponselnya bergetar disusul dentingan notifikasi yang masuk. Lantas kembali membuka layar ponsel dan membuka pesan tersebut.
Areum
Jeno dan yang lain sudah sampai?Mirae menghela pelan sembari mengetikkan balasan pada Ah Reum. Awalnya ia hanya berpikir biasa saja terhadap kedua anak itu. Tapi semakin lama malah menyadari, bukankah gadis itu terlalu peduli pada Lee Jeno? Sampai hal seperti ini saja ditanyakan padanya.
Setelah mematikan kembali layar ponsel dan menyimpannya ke dalam saku, Mirae langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ikut masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang menyusul Jaemin.
Begitu di dalam, ia menemukan Jaemin yang tengah duduk di atas sofa dengan pandangan yang fokus kepada layar ponsel. Oh ayolah, itu hanya Jaemin. Tapi, kenapa jadi canggung sekali menghampirinya. Dia bahkan tak yakin kalau lelaki itu betulan kesal setengah mati padanya. Mirae hanya iseng sekali. Tidak akan membuat Jaemin pingsan atau semacamnya di dalam sana.
Lagi-lagi ia menghela. Mengabaikan Jaemin dan melangkahkan kaki ke arah meja makan sebelum mendaratkan diri di sana. Kembali mengeluarkan ponsel setelah mendengar suara notifikasi dari sana. Hari ini sepertinya banyak sekali pesan masuk disaat dia tidak menonaktifkan nada notifikasi pada ponselnya itu.
Jaemin mendongakkan wajah dari ponsel, pandangannya lurus menatap Mirae yang tengah menggerakkan jari membuka pesan di atas ponselnya. Lelaki itu menaikkan alis penasaran tatkala melihat Mirae menyunggingkan senyum miring setelah merotasikan mata membaca pesan itu dan tertawa kecil kemudian. Jaemin memiringkan kepala menatap, apa ada yang salah dengan otaknya?
Sepersekon kemudian Mirae menoleh ke arah Jaemin tiba-tiba, membuat lelaki itu buru-buru mengembalikan pandangan ke layar ponsel. Sedikit kikuk. Ah, apa-apaan, gumamnya dalam hati. Jaemin tetaplah Na Jaemin.
Di sana, Mirae mengulum senyum menahan tawa menyadari Jaemin yang salah tingkah. Tentu saja Mirae tahu. Bukankah seseorang memang bisa merasakan kalau sedang diperhatikan? Itu terbukti benar untuk Mirae, kendati sebagian dia terkadang memilih untuk tidak peduli. "Na Jaemin," panggilnya kemudian.
Tidak merespon panggilan Mirae, Jaemin hanya kembali memfokuskan diri pada ponsel di hadapannya kelewat serius, sampai Mirae pun sadar kalau ia hanya berpura-pura fokus. Ah, kau itu sebenarnya mudah sekali dibaca, Na Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔