"Tolong kirimkan file tadi padaku." Mirae berucap tanpa menoleh pada lawan bicara yang kini berjalan beriringan dengannya usai bersamaan keluar dari ruang rapat.
Wanita di sampingnya itu mengangguk mengerti, ia lantas menatap ke arah Mirae di sampingnya. "Bukannya kau mau ke divisi perekrutan karyawan?"
Mendengar itu membuat Mirae tiba-tiba saja menghentikan langkah, tampak sedikit terkejut agaknya. "Oh iya, aku lupa."
"Ada apa mereka memanggilmu?"
"Mereka butuh berkasku dan beberapa data untuk arsip karyawan," jawab Mirae.
Tampak berpikir sejenak, wanita di hadapannya itu menatap sedikit tak yakin dengan kedua alis yang terangkat. "Seharusnya mereka sudah punya itu saat merekrut karyawan, kan?"
"Aku disini jalur nepotisme, bukan direkrut mereka." Ia tertawa kecil kemudian. "Aku pergi dulu," lanjutnya lantas langsung berbalik melangkah ke arah berlawanan tanpa menunggu balasan.
"Kau punya kemampuan, Mirae. Tidak termasuk nepotisme." Wanita yang masih berdiri disana itu bergumam sembari menggeleng pelan, masih menatap Mirae yang perlahan makin melangkah menjauh di depannya. Ya, benar saja. Bahkan tanpa memenuhi satu kualifikasi wajib pun Mirae tetap dipertahankan disana, bahkan meng- handle proyek untuk grup yang terbilang cukup terkenal.
Disana, Mirae berhenti di depan pintu lift, menunggu sebentar hingga pintu lift di hadapannya terbuka. Netranya langsung mendapati Haechan dan Mark yang juga berada di dalam sana.
Melihat Mirae, Haechan langsung mengangkat tangan kanannya dengan sebuah senyum yang terpatri pada wajah. "Halo, noona," sapanya.
Sambil melangkah masuk, gadis itu hanya membalas dengan gumaman. Sampai kemudian Mark kembali menekan tombol lift, dan pintu lift kembali tertutup dengan mereka bertiga di dalamnya.
"Mau ke lantai bawah juga, kan?" Barulah Mark bertanya, kedua alisnya terangkat menatap Mirae yang menjawab dengan anggukan sebelum kemudian ia kembali bersuara, terdengar cukup bangga. "Wah, instingku memang tidak diragukan."
"Agak gila, biarkan saja." Haechan mendekat, sedikit berbisik pada Mirae walaupun tahu tentu Mark yang masih berada disana mendengarnya. Ia lantas kembali pada posisinya, masih menatap Mirae. "Kami mau makan siang, nih. Ayo, bareng."
"Kalian saja, aku masih ada urusan," jawab Mirae seadanya.
Mendengar itu, Haechan menghela samar. "Jangan lewatkan makan, noona."
"Aku makan dengan baik." Jawaban Mirae terdengar, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Ketiganya lantas langsung keluar dari sana. Mirae menatap Haechan dan Mark bergantian. "Sampai jumpa," ucapnya singkat sebelum berbalik pergi meninggalkan keduanya.
Sementara Mirae pergi, tengah Mark dan Haechan saling menatap kemudian.
"Merasa beda tidak?" Haechan bersuara sedikit ragu.
Mark mengidikkan bahu sebelum menyahut. "Sepertinya begitu."
Masih sedikit heran, tanpa melanjutkan konversasi, keduanya lantas melangkah pergi mengambil arah yang berbeda sesuai dengan tujuan mereka dari awal. Makan siang. Tentu saja.
"Oi, Jeno, Jaemin!" Tangan kanan Haechan terangkat ke atas menyusul seruannya terhadap kedua orang lelaki beberapa jarak di hadapan mereka.
Yang dimaksud tentu langsung menghentikan langkah dan berbalik menatap dengan kedua alis terangkat dan pandangan bingung yang nyaris tak terbaca.
"Pasti kalian mau makan siang?" tebak Mark, menatap keduanya bergantian.
Jeno mengangguk menjawab. "Iya, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔