21-What Happen?

2.3K 373 27
                                    

Sedari tadi, di dalam mobil sementara Mirae tengah fokus menyetir, Renjun hanya diam menatap ke arah luar jendela. Dimana jalan sudah mulai dilalui oleh kendaraan-kendaraan lain dan sinar matahari juga mulai tampak, tidak gelap seperti mereka pergi tadi. 

"Renjun, kau mendengarku?"

"Huh?" Lelaki itu lantas membenarkan posisi duduknya dan menoleh kepada Mirae dengan alis yang terangkat dan ekspresi wajah yang jelas terkejut. "Apa?"

Melihat reaksi Renjun, membuat Mirae menghela pelan. Sedari tadi ia berbicara dengan hembusan karbondioksida sisa pernapasan mereka berdua rupanya. "Kau melamun," kata Mirae, "tidak kerasukan hantu gedung kedutaan kan?"

"Memang disana ada hantunya?" Renjun menatap Mirae serius. "Hantu yang seperti apa? Kau bisa lihat?"

Mirae mencebik, merotasikan mata malas. Memilih kembali diam mengabaikan Renjun yang masih menatap penasaran masalah hantu gedung kedutaan. Yang benar saja. Memang Mirae percaya hantu?

Sementara Mirae mengembalikan fokusnya menyetir, Renjun menghela pelan sembari mebgerucutkan bibir ke samping lalu mengalihkan pandangan. Mirae yang memulai pembicaraan, Mirae juga yang mengabaikannya.

Sesekali lelaki itu berkedip, memandang bangunan-bangunan yang mereka lewati di pinggir jalan diikuti beberapa kali hela pelan mengundang Mirae untuk melirik ke arahnya sekilas.

"Ada yang kau pikirkan?" tanya Mirae dengan pandangan yang lurus ke depan.

Renjun menolehkan kepala, dapat dilihat Mirae dari ekor matanya. Air wajah Renjun yang tidak secerah biasanya. Mirae tahu persis dan benar-benar sadar kalau pikiran Renjun sekarang tengah berputar-putar. Melihat Renjun yang lebih banyak diam dari biasanya.

Apa dia lelah? Energinya terlihat menurun drastis secara tiba-tiba.

"Aku berpikir ..."

Mirae menghela, menginjak rem tepat di depan lampu merah sebelum merotasikan mata malas. "Iya, aku tau kau berpikir," selanya jengah, "pertanyaanku, apa yang kau pikirkan?"

"Memikirkanmu..."

Baru saja Mirae hendak membuka mulut melayangkan sahutan, suara klakson terdengar dari belakang. Membuat Mirae buru-buru mengalihkan fokus dan kembali menginjak pedal gas.

Renjun tertawa kecil, ia tahu Mirae hendak melayangkan protes atas jawaban yang menurutnya mungkin bercandaan semata untuk mengalihkan. Tapi rasanya tidak salah, toh Renjun memang memikirkan Mirae. Memikirkan percakapan Mirae dengan ayahnya yang sempat ia dengar tadi.

Melihat Mirae yang sudah kembali fokus menyetir tanpa melanjutkan pembicaraan seakan suara klakson mobil barusan sudah membuatnya lupa akan topik obrolan yang baru saja mereka bicarakan, Renjun mengembalikan pandangan ke luar kaca jendela mobil.

Pembicaraan yang ia dengar, dan ia sadar itu lancang tapi tidak sengaja, nama Min Eli, semua bermain di dalam kepalanya. Tidak ada sangkut pautnya dengan dia sih, tidak ada kepentingan juga dengan apa yang melibatkan Mirae. Lagipula Mirae sekarang jauh, tidak tinggal dekat dengan mereka lagi. Kenapa repot memikirkan?

Sementara Renjun sendiri paham tidak seharusnya menerjunkan diri ke dalam permasalahan orang, penasaran akan permasalahan orang lain, masalah hidupnya saja belum tentu bisa ia atasi.

Lantas menolehkan kepala pada Mirae yang memandang lurus ke depan. "Kita kembali ke rumahmu?"

Mirae menoleh sekilas pada Renjun di sampingnya sebelum mengangguk dan menjawab. "Mau kemana lagi memang?"

***

Ketika matahari baru saja mengintip dari ufuk timur, Jaemin terlihat sudah menyibukkan dirinya di bagian dapur. Memanfaatkan bahan yang tersedia, dan alat-alat yang tersimpan rapi disana.

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang