4-Alike

4.5K 585 21
                                    

"Ayo cepat, lama sekali, sih!"

Manager Choi —Choi Jiseok yang baru saja menutup resleting ransel nya setelah mengambil sesuatu dari sana lantas menghentikan aktivitas, memilih menoleh ke arah Jisung yang tengah berdiri di belakangnya. Memasang tatapan serius sebelum berucap datar, "Berani sekali kau meneriakiku."

Jisung mengatupkan kedua bibirnya. Oke, manager nya itu menanggapi serius ternyata ketika ia hendak main-main ingin bertindak sebagai orang paling tua disini. Melihat wajah serius Jiseok yang tidak kunjung hilang, Jisung malah menyengir kuda, "Hehe. Maaf, hyung."

"Nanti saja, ya, main-mainnya." Jiseok berdiri sembari menyampirkan ransel miliknya, "Sekarang kita pergi, kasian Jaemin sendirian pasti dia kesepian."

Jisung menaut, kesepian apanya, sih? desisnya dalam hati. Mengingat bahwa Jaemin baru saja mengirimi mereka pesan di grup chat mereka (yang tidak ada para manager tentunya) lengkap dengan fotonya bersama Mirae, Jisung yakin kalau hyung -nya yang satu itu sudah menjelajahi kota Amsterdam di hari yang sama ketika ia baru saja mendarat di negara kincir angin itu.

"Padahal orang itu sudah bersenang-senang tanpa kita." Jisung mendelik —mengidikkan bahu sebelum mengikuti Jiseok keluar dari dorm.

Dua hari terakhir lelaki itu menemani Jisung di dorm, ketika para member dikasih kesempatan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing ataupun pergi liburan sendiri, untuk beberapa alasan, Jisung memilih untuk tetap di dorm dan meminta Jiseok menemaninya ketika Haechan sibuk dengan jadwal lainnya. Takut ada yang mengganggu, kata Jisung waktu itu.

"Kita ke Incheon, jemput Jeno, dan langsung ke bandara," kata Choi Jiseok begitu hendak masuk ke dalam mobil setelah meletakkan koper di dalam bagasi.

"Tahu." Jisung menyahut dan mendahului lelaki itu untuk duluan masuk ke dalam mobil milik managernya tersebut.

Jiseok menghela dan menatap datar ke arah Jisung yang sudah duluan berada di dalam mobil, lantas berdecak sebal, "Coba kalau sama manager Nam atau manager Yoo, mana berani dia seperti itu."

Jisung menyipitkan mata, melihat Jiseok berbicara sendiri —ia pun menghela napas dan memijat pelipis, "Manager pun sampai jadi tidak waras mengurus kami."

Kemudian mengalihkan pandangan ke arah Choi Jiseok yang sudah beranjak masuk ke dalam mobil, Jisung menatap tak yakin, "Hyung yakin mau menyetir?" Jiseok menoleh, menatap heran sebelum Jisung kembali melanjutkan, "Aku rasa hyung butuh pengobatan jiwa."

Tolong ingatkan Choi Jiseok bahwa yang di sampingnya ini, yang sedari tadi tidak berhenti berbicara ini, adalah artis asuhannya yang paling muda, Park Jisung yang disukai banyak orang di luar sana, sehingga Jiseok tidak kehabisan kesabaran untuk melayangkan jitakan dengan tangan besarnya juga sebuah umpatan. Menenggelamkan semua jengahnya, Jiseok kemudian menghela, "Aku kasian dengan hyung-hyung mu." Yang tinggal satu dorm dengan Jisung lebih tepatnya.

"Aku juga kasihan dengan hyung."

Lagi-lagi Choi Jiseok menghela mendengar jawaban dari Jisung. Anak satu itu benar-benar tidak ada canggungnya kalau yang di sampingnya adalah manager Choi nya, ataupun para hyung nya. Lelaki paruh baya itu memilih untuk menginjak pedal gas dan memutar setir ketimbang membalas kembali perkataan Jisung yang tidak akan ada habisnya.

Membiarkan Choi Jiseok fokus menyetir, Jisung mengeluarkan ponsel dari saku jaket yang ia kenakan. Membuka layarnya dan mendapati beberapa notifikasi pesan dari sana, mengamati satu persatu pesan tanpa membuka hingga matanya menemukan beberapa pesan dari kontak-kontak yang tidak ia kenali. Lantas menghela napas dan menyenderkan kepala, "Kok bisa, sih, nomorku bocor begini?"

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang