Mematikan mesin dan melepaskan seatbelt setelah berhasil memarikirkan mobilnya di depan rumah, Mirae lantas langsung beranjak turun dan melangkahkan kaki menuju halaman rumah. Sesekali menyingkap rambutnya ke belakang dengan pandangan yang lurus ke depan.
Terus melangkahkan kaki, membuka pintu rumah yang tidak tertutup dengan rapat lalu masuk ke dalam.
Ia melangkah mengendap, berusaha membuat suara-suara. Renjun sempat bilang kalau Jaemin ingin mencoba menulis lagu dan meminjam kamar gadis itu. Tentu Mirae tidak ingin mengganggu fokus Jaemin hanya karena suara kakinya.
Dia tahu sendiri rasanya sangat kesal ketika fokus terpecah hanya karena suara langkah kaki, suara tetesan air, bahkan suara napas orang lain. Benar-benar mengganggu. Atau hanya Mirae saja yang seperti itu?
Tunggu sebentar, Mirae mendadak menghentikan langkah. Kepalanya menoleh tepat kepada sebuah pintu kamar di sudut ruangan dimana ada Jaemin di dalam sana. Menautkan kedua alisnya berpikir, kenapa jadi seperti maling di rumah sendiri, ya?
Ia kemudian mengidikkan bahu tak peduli. Ya biarlah, tidak baik juga mengganggu orang lain kendati orang itu sering sekali mengganggu, kan?
Perhatian Mirae kemudian teralihkan kepada suara notiikasi dari ponselnya, lantas segera mengeluarkan ponsel itu dari saku dan membuka layar. Kedua alisnya tertaut sedetik kemudian tatkala membaca nama si pengirim pesan, kepalanya menoleh ke arah pintu kamarnya sekilas sebelum mengembalikan pandangan ke arah ponsel dan membuka isi pesan tersebut.
Jaemin
Rumahmu tidak ada hantunya kan?Mirae lantas tertawa singkat. Mengerucutkan bibir ke samping, ia pun melangkah mengendap ke arah pintu kamarnya. Ia berdiri membelakangi pintu kamar sebelum mengetikkan balasan lagi kepada Jaemin sambil cekikikan sendiri.
Ada, kok. Aku sering diganggu kalau di dalam kamar
Pesan terkirim. Mirae tidak tahu pasti bagaimana reaksi Jaemin, ntah dia takut atau percaya akan hal seperti itu ataukag tidak. Namun, Mirae dapat mendengar suara langkah kaki dari dalam kamarnya mendekat. Jelas itu milik Jaemin yang tengah melangkah terburu.
Menahan untuk tidak tertawa sampai gadis itu mendengar suara pintu yang terbuka disusul suara sentakan. "Astaga, setan!"
Jaemin sontak mundur selangkah ke belakang. Mengatur napas sembari mengerjap menatap datar apa yang ada di hadapannya sekarang. Sialan, hampir saja. Lelaki itu menghela lega namun masih melemparkan tatapan datar tatkala Mirae berbalik dan langsung melontarkan tawa begitu melihat wajah terkejut Na Jaemin.
Menyadari pandangan dan ekspresi Jaemin yang tak kunjung berubah, Mirae langsung menghentikan tawanya. Menaikkan kedua alis menatap Jaemin. "Kau marah, ya?"
Lelaki itu menelan saliva, lantas mendengus jengah. Mengabaikan Mirae dan melangkahkan kaki keluar dari tempat tersebut masih dengan secarik kertas, sebuah pena, dan ponsel di tangannya.
Mirae mengamati langkah Jaemin yang berjalan begitu saja melewatinya menuju ke arah pintu belakang dan keluar lewat sana. Membuat Mirae menghela pelan, menggigit bibir bawah sedikit menyesali perbuatannya barusan. Tidak mengira juga kalau Jaemin bisa kesal karena hal seperti ini.
Memasukkan kembali ponsel ke dalam saku, Mira pun ikut melangkah menyusul Jaemin melalui pintu belakang dimana menuju ke arah taman yang terletak di belakang rumahnya. Pemandangan hijau langsung menghiasi mata tatkala ia keluar. Matanya mengedar ke sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔