18-Night

2.6K 405 26
                                    

Jisung, Chenle, Renjun, dan Mirae tiba lebih dulu di rumah pertanian setelah iseng meninggalkan Jaemin, Renjun, dan pamannya —Choi Jiseok.

Mereka tiba tepat setelah matahari terbenam. Turun dari mobil sembari tertawa dengan keisengan mereka di negara orang. Terhadap teman sendiri pula. Mirae pun tanpa pikir panjang ikut turut serta.

Tidak masalah, pikirnya. Lagipula dia juga sudah memberitahukan pamannya ada dimana mereka sekarang. Bukan masalah besar meninggalkan Jaemin dan Jeno selama ada pamannya selaku manager mereka disana.

"Noona, kau tinggal disini?" Chenle menoleh dengan kedua alis yang terangkat ke atas begitu melihat sebuah rumah berwarna merah bata yang terlihat sangat gelap tanpa pencahayaan dengan halaman luas yang ditumbuhi beberapa tanaman di hadapan mereka.

"Tidak," jawab Mirae, "rumah ini cuman terkadang disinggahi." Mirae lantas langsung melangkahkan kaki melewati mereka bertiga.

Jisung dan Chenle hanya mengangguk paham sembari memandang ke sekeliling. Sepi. Sangat sepi. Hanya ada rumah Mirae, pohon-pohon di setiap pinggir jalan, dan beberapa lampu jalan yang menyala.

Tak lama, perhatian mereka teralihkan kepada lampu depan yang tiba-tiba menyala. Sedikit terkejut, namun kemudian menghela menyadari kalau Mirae lah yang ternyata sudah berada di dalam rumah.

"Seram, ah." Jisung langsung melangkah cepat meninggalkan kedua temannya itu yang juga buru-buru melangkah menyusul Jisung untuk masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk ke dalam, Jisung dan Chenle melihat-lihat ke sekeliling rumah mengamati sementara Renjun dan Mirae sudah terduduk di atas sofa dengan ponsel masing-masing.

"Kalian masih sering diganggu sassaeng?" Mirae menengadahkan kepala, mengalihkan pandangan dari ponsel menatap Renjun di hadapannya.

Renjun balik menatap Mirae, mengangguk sesaat sebelum menjawab, "Terkadang."

"Min Eli?" Mirae menautkan alis bertanya.

"Dia tidak terlihat. Sebenarnya, dia sudah berhenti jadi sassaeng, tapi kemarin tiba-tiba muncul lagi ketika kau menjadi manager, terus hilang begitu kau pergi." Renjun menjelaskan lalu mengidikkan bahu sedetik kemudian. "Kupikir kalian kenal, baru saja aku mau menanyakan gadis itu denganmu," lanjutnya, "aku risau bagaimana hidupnya sekarang."

Mirae mengerjap melemparkan tatapan aneh mendengar pernyataan Renjun. Entah Renjun ini terlalu baik atau bagaimana, tapi apa ada orang yang masih mencemaskan hidup sassaeng-fan yang sudah mengganggu grup mereka?

"Kalian kok bisa saling mengenal begitu, sih?" Mirae bertanya penasaran. Pasalnya, Renjun ke Min Eli itu bahkan terlihat seperti teman. Apalagi mendengar pengakuan Renjun barusan.

Renjun menatap Mirae, menaikkan sebelah alis tanpa kunjung menjawab. Lantas menyandarkan dirinya pada sandaran sofa sebelum menghela pelan. "Noona mau tau saja."

Mirae mencebik sebal lantas ikut menghela. Perhatian mereka kemudian teralihkan kepada Jiseok yang baru saja datang masuk melalui pintu depan. Membuat Renjun kembali membenarkan posisi duduk. "Loh? Hyung tau kami kesini?"

"Dasar anak-anak nakal." Jiseok mendelik dan melangkah masuk, meletakkan tas ranselnya di atas sofa. "Ngapain kita disini?"

Mirae mengidikkan bahu. Bodoh sekali, mereka benar-benar tidak merencanakan apa yang harus dilakukan setelah menempuh perjalanan yang bisa dibilang cukup jauh dari perkotaan tempat mereka bisa jalan-jalan.

Jiseok menghela pelan, dia sibuk, ntah kenapa juga ikut terjebak di dalam sini dengan anak-anak ini pula.

"Lagipula kalian ngapain ke Amsterdam?" Mirae menautkan alis menatap pamannya. "Tanpa staff dana manager lain pula."

Ex Manager ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang