"Dia sudah minta maaf, dan aku memaafkannya. Jadi, tidak usah diperbesar." Anna melirik seseorang yang duduk di sampingnya. Seorang lelaki yang terlihat berusia belasan tahun dengan surai hitam berantakan itu hanya menundukkan kepala. Gadis itu lantas mengembalikan kembali pandangan ke arah pria berseragam polisi di hadapan mereka. "Lepaskan saja dia, aku yakin dia tidak akan mengulangnya."
"Anda sudah memafkannya. Tapi Nona Choi, dia tetap berbuat tindakan kriminal dan kami harus memprosesnya." Pria di hadapan mereka berdua lantas menghela napas berat sebelum membuka mulut untuk kembali melanjutkan. "Dia mencopet tas anda dan anda malah membiarkannya, anak ini pasti akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dia hanya bocah kriminal amatir naif yang akan berpikir bahwa semua orang seperti anda, Nona."
"Tidak, dia tidak akan melakukannya lagi, aku yakin, aku percaya padanya." Anna yang berucap yakin menggantungkan kalimat, melirik sekilas ke arah lelaki di sampingnya. "Aku mengenalnya kok."
"Benar?" Polisi itu menautkan alis nampak tak yakin.
Sementara Anna mengangguk mencoba meyakinkan, mencoba meminta polisi di hadapannya ini segera membiarkannya dan anak laki-laki itu pergi dari sana. Ia lantas menaikkan kedua alis menatap. "Apa aku harus membayar uang jaminan? Katakan, agar cepat selesai. Anda pasti memiliki banyak kerjaan ketimbang hanya mengurus kasus kecil seperti ini, kan?"
Sempat tak yakin ketika menatap kedua orang di depannya, pria itu kemudian memilih menghela dan mengangguk pasrah. Benar, pekerjaannya masih banyak dan Anna sudah memilih jalan damai tanpa memperumit masalah. "Baiklah, kalian bisa pergi sekarang."
Gadis bersurai cokelat itu tersenyum lega, mengucapkan terima kasih sebelum berdiri dari duduknya. Mekangkahkan kaki keluar dari kantor polisi diikuti lelaki bermasalah yang tadi duduk di sampingnya itu.
Sampai di depan pintu utama, Anna menghentikan langkah. Membuat lelaki di belakangnya juga ikut berhenti tiba-tiba dan mengernyitkan alis heran tatkala Anna berbalik menghadapnya.
Beberapa detik Anna memandangi lelaki di hadapannya sebelum lelaki itu mulai membuka mulut. "A- anda betulan mengenal saya?"
"Tidak." Anna menyela cepat. "Aku hanya tidak ingin seorang siswa SMA yang masa depannya masih panjang sepertimu memiliki catatan kriminal rendahan seperti itu," jelasnya, "sangat tidak etis."
Lelaki itu terhenyak mendengar perkataan yang keluar dari mulut Anna. Ia menelan saliva gugup, Anna baru saja membuatnya menundukkan wajah malu, bungkam, dan merasa bersalah setengah mati. "Maaf," cicitnya pelan.
"Jung Jaehyun."
Kembali ia menaikkan pandangan setelah Anna menyebutkan namanya. Menatap netra biru milik Anna ragu.
"Itu namamu, kan?" Gadis itu menaikkan kedua alis.
Lelaki yang ia sebut Jung Jaehyun itu mengangguk pelan.
Membuat Anna menghela napas. "Marga kalian bahkan sama," gumamnya tak percaya. Tak memperdulikan tatapan heran sang lawan, Anna masih tetap menatap lekat Jung Jaehyun di hadapannya. "Dengar, aku mengenal dua laki-laki bernama Jung Jaehyun." Ia menjeda kalimat dengan dua jari yang terangkat.
Menurunkan jari tengah sembari melanjutkan. "Yang pertama, Jung Jaehyun seorang lelaki tampan yang bisa kau temukan wajahnya di televisi ataupun internet. Lelaki baik yang baik hati dan disukai banyak orang terutama wanita. Dia seorang idol, member dari sebuah boygrup kalau kau tidak tahu."
Lelaki itu memperhatikan dengan seksama. Anna menarik napas, menurunkan jari telunjuknya yang tersisa. "Dan yang kedua, Jung Jaehyun teman kecilku. Lelaki baik, sangat malah. Manis, dan pengertian. Sungguh lelaki idaman seperti Jung Jaehyun yang pertama. Memiliki banyak penggemar di sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔